육-06

949 138 2
                                    

Happy reading!

.

.

Entah apa tujuannya, sore ini jevan sedang berada di sebuah taman yang cukup ramai, ada pasangan remaja yang sedang berkencan, ada keluarga yang sedang menghabiskan waktu bersama dan banyak lagi.

Jevan duduk di sebuah bangku taman berwarna putih, mengedarkan pandangannya kesana-kemari untuk sekedar memperhatikan taman ini. Saat sedang asik melihat kesana-kemari, matanya tak sengaja menangkap seorang anak kecil laki-laki sedang duduk sendirian di bangku yang tak jauh darinya.

Entah dapat dorongan darimana, jevan bangkit dari duduknya kemudian berjalan menghampiri anak kecil itu.

"Hai.." sapa jevan sedikit ragu. Merasa ada yang menyapanya, anak kecil itu mendongak. "Oh, hai om!" ucapnya anak kecil itu membalas sapa.

Deg!

Jantung jevan berdegup kencang ketika melihat wajah anak kecil itu, wajahnya.... Sangat mirip dengan dirinya saat masih kecil.

Jevan menggeleng-gelengkan. "Saya boleh duduk disini?" tanya jevan.

"Boleh kok, om. Duduk aja," jawab anak kecil itu mempersilahkan seraya sedikit menggeser posisi duduknya.

Setelah mendapat izin— Ah, sebenarnya tidak perlu izin juga sih, karena bangku ini kan disediakan untuk semua orang; umum.

Namun, jevan tak bisa seenaknya dan duduk begitu saja. Ia khawatir anak kecil itu akan ketakutan dan mengira bahwa dirinya adalah orang jahat.

"Kamu disini sendirian?" tanya jevan, berusaha membuka topik pembicaraan.

Anak kecil itu sedikit memiringkan tubuhnya untuk menatap jevan,

"Iya, niel sendirian, kalau om?" Benar tebakan kalian. Anak kecil itu adalah niel.

"Saya juga sendiri," begitu jawabnya.

"Nama om siapa? Nama aku Nathaniel putra arsenio." ujar niel memperkenalkan diri.

Nafas jevan tercekat. Ia menatap anak kecil yang duduk di sampingnya lekat. Wajah, dan marga anak itu, persis seperti dirinya. Apa ini? Apakah anak kecil yang bernama Nathaniel putra arsenio ini adalah putranya?

Tidak-tidak! Mungkin saja ini hanya sebuah kebetulan. Jevan juga pernah mendengar kalau setiap manusia memiliki tujuh kembaran. Mungkin anak kecil itu salah satu kembarannya. Dan, marga anak kecil itu, tidak hanya satu atau dua orang yang memakai marga 'arsenio' jadi, mungkin saja itu juga hanya sebuah kebetulan.

"Om, kok diem?" jevan sedikit tersentak saat mendengar pertanyaan yang berhasil membuat lamunannya buyar itu.

"Nama om siapa?" tanya niel.

"Nama saya, jevandra arsenio." jawab jevan.

"Wahhh, marga om sama niel sama!" seru niel girang.

Jevan terkekeh dan hanya menganggukkan kepalanya, canggung.

"Kamu kenapa disini sendirian, emang nggak takut di culik?"

Jevan & Anne | JaeròseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang