십-10

996 123 0
                                    


Happy reading!

.

.

Siang ini tepat pukul 11 siang, anne dan seluruh karyawan nya sedang kerepotan dan sangat sibuk karena pelanggan dan pesanan kue di toko mereka tiba-tiba membludak begitu saja.

Anne menyempatkan diri sebentar untuk masuk ke dalam ruangannya, sekarang sudah jam pulang sekolah niel, tetapi anne tidak bisa meninggalkan para karyawan nya begitu saja.

"Minta tolong kak jordan deh—ah iya kak jordan lagi diluar kota," gumam anne.

Anne bingung, ia ingin sekali rasanya menjemput niel saat ini juga, tapi ia tidak bisa meninggalkan para karyawan nya begitu saja, apalagi toko mereka sekarang sedang ramai. ralat, ramai sekali.

Anne menghela nafas panjang lalu kembali menghembuskannya, tidak ada pilihan lain, ia akan meminta tolong pada jevan untuk menjemput niel. Anne mencari-cari kontak jevan di ponselnya, setelah ketemu ia langsung menelepon jevan.

"Siang anne, ada apa?" tanya jevan setelah panggilan mereka tersambung.

"Jevan, aku minta tolong jemput niel di sekolahnya, toko kue ku ramai, nggak bisa di tinggal," sahut anne to the point.

"Oh, iya-iya, aku harus jemput niel jam berapa?"

"Sekarang,"

"Okay. Udah itu aja?"

"Ya, thanks,"

"No need."

Setelah itu anne langsung memutuskan sambungan telepon mereka sepihak.

Di sebrang sana, setelah sambungan telepon nya dengan anne terputus, jevan langsung pergi meninggalkan kantor untuk menjemput putranya.

Kini jevan sudah berada di depan sekolah niel, jevan celingak-celinguk mencari keberadaan niel, sedikit susah karena ramai.

"AYAHH!" jevan menoleh ke arah sumber suara, ternyata itu niel yang sedang berlari mendekati nya dengan senyum mengembang.

"Hap! Halo anak ayah," jevan membawa niel ke dalam gendongannya.

"Halo juga ayah.. kok ayah yang jemput niel? Bunda mana?" tanya niel sembari celingak-celinguk mencari keberadaan bundanya.

"Bunda hari ini sibuk, jadi ayah yang jemput. Emangnya niel nggak mau kalau ayah yang jemput?" jawab jevan.

"Ih bukan gitu, niel mau kok kalau ayah yang jemput, niel seneng bangetttt malah," ucap niel antusias.

Jevan terkekeh kecil. "Masa sih? Ayah nggak percaya, coba sini cium dulu baru ayah percaya," ujar jevan seraya berjalan menuju mobil.

Cup!

Satu kecupan jevan dapatkan di pipinya.

"Yang satunya juga dong,"

Cup!

Satu kecupan lagi jevan dapatkan di pipi kanannya.

"Nah, kalau gini ayah baru percaya."

"Hehe,"

Jevan mendudukkan niel di kursi penumpang yang berada di sampingnya, awalnya jevan ingin memangku niel, tapi niel menolak dan berkata ia ingin duduk sendiri.

Jevan & Anne | JaeròseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang