Happy reading!
.
.
Anne berjalan dibelakang jordan yang sedang menggendong niel, mereka akan pergi ke playground seperti apa yang di katakan jordan sebelumnya.
Anne hanya tersenyum sendu saat mendengar niel yang tidak berhenti mengoceh, dan jordan yang juga dengan senang hati membalas dan menjawab semua ocehan niel.
"Ann, duduk di depan aja, ngapain di belakang?" sergah jordan ketika melihat anne yang membuka pintu belakang mobilnya.
"Loh, emangnya nggak apa-apa, kak?" tanya anne,
"ya, nggak apa-apa. Kayak sama siapa aja, udah sini duduk di depan."
Anne tidak bisa menolak, ia menutup kembali pintu belakang mobil yang sempat dibuka nya, dan beralih membuka pintu depan mobil lalu duduk dengan tenang.
"Eh, niel sini bunda pangku aja" ucap anne.
"Nggak mau, niel mau nya di pangku sama om jordan," tolak niel.
"Relax, anne....," ujar jordan lembut.
"Tapi kan, kakak mau nyetir, nanti takut susah kalau harus mangku niel"
"Nggak susah. Kamu nggak perlu khawatir gitu."
Lagi-lagi anne menurut, ia sama sekali tidak bisa melawan jordan yang sudah sangat baik padanya semenjak ia bercerai dengan mantan suaminya.
"Are you ready, niel?!" tanya jordan,
"I'm readyy!!!" balas niel antusias.
"Let's gooo!!" pekik niel dan jordan bersamaan.
Anne yang melihat interaksi keduanya hanya bisa terkekeh, niel dan jordan terlihat seperti anak dan ayah, walaupun faktanya bukan.
Setelah sampai di tempat yang mereka tuju, anne membiarkan niel untuk main di playground, sedangkan ia dan jordan duduk di sebuah bangku panjang untuk memantau niel.
"Gimana kabar kamu, anne?" tanya jordan.
"Baik, kak. Kakak sendiri gimana?" jawab anne.
"Baik juga, selama 2 minggu ini si niel ada rewel nggak?"
"Nggak sih, kak. cuma dia sering nanyain kapan ayah nya pulang. Ya...., Aku ngerti, semakin bertambah umur niel dia bakal semakin paham dengan keadaan. Tapi aku nggak tega kalau misalnya dia harus tau dan paham sama keadaan ini."
Jordan menatap sendu anne, anne sudah ia anggap sebagai adik nya sendiri, jadi ia sangat-sangat iba melihat keadaan yang harus dihadapi oleh anne.
Mengandung tanpa suami yang mendampingi, melahirkan dan membesarkan niel pun tanpa suami. Namun, jordan akan berusaha semaksimal mungkin agar ia bisa memberikan bantuan pada anne, walaupun anne tidak hanya sekali-dua kali menolak bantuan nya dengan alasan tidak enak hati.
"Yang sabar ya...., Nanti kalau niel udah mulai ngerti dan paham sama keadaan keluarganya, kamu coba jelasin pelan-pelan, saya yakin niel pasti mau dengerin semua penjelasan kamu. Kalau misalnya kamu kesusahan dan butuh bantuan, jangan sungkan-sungkan buat minta bantuan ke saya, karena kamu udah saya anggap sebagai adik saya sendiri, anne."
Anne tersenyum sendu. "Makasih banyak ya, kak. Kaka juga udah aku anggap sebagai kakak aku sendiri." balas anne.
"Iya, sama-sama."
Anne kembali menegakkan tubuh nya yang awalnya sedikit membungkuk, jujur, Pegal sekali rasanya. Hah.., seperti nya meminta pijatan pada niel saat di rumah nanti adalah ide yang bagus!
••••
Anne, niel, dan jordan sekarang sudah duduk anteng di atas kursi sambil menyantap makanan mereka masing-masing. Setelah niel puas bermain, niel merengek karena perut keroncongan.
Jadi mereka memutuskan untuk mencari restoran terdekat saja, bukan restoran yang mewah dan bagus. Hanya restoran biasa, yang memiliki vibes vintage.
"Bwundwa.." panggil niel dengan mulut yang penuh.
"Di telan dulu nasi nya, sayang.." tegur jordan.
Sedangkan yang ditegur hanya menampilkan cengiran polosnya yang sangat mirip dengan masalalu, anne.
"Bunda" panggil niel lagi setelah menelan nasinya.
"Hum?" sahut anne.
"Kenapa nggak om jordan aja yang jadi ayahnya niel, kan om Jordan baik, terus juga sayang sama niel, sama bunda juga."
Uhuk!
Saking terkejutnya dengan perkataan niel barusan, anne sampai tersendak. Jordan dengan sigap pun langsung menyodorkan segelas air putih pada anne.
"Ekhem! Ya ampun, niel.., kamu ngomong apa?" tanya anne tak habis pikir.
"Ihhh, bunda nggak dengerin niel ngomong ya? Yaudah deh! Niel ulangin!"
"Ehhh, jangan-jangan!" Sergah jordan, niel merengut kesal, kenapa om jordan melarang nya?!
"Kenapa sih om?!" tanya niel tersungut-sungut.
"Nggak apa-apa, tapi jangan ngomong gitu lagi ya? Kasian bunda kamu, sampai keselek gitu loh, pasti tenggorokan nya sakit. Emang niel mau kalau bunda niel sakit?"
"Nggak mau!"
Jordan terkekeh, "nah maka dari itu, jangan di ulangi lagi ya?"
"Iyaaaaaaa"
Anne menghela nafas lega, astaga jantung nya hampir copot saat mendengar pertanyaan polos tadi terlontar begitu saja dari mulut anak nya.
Mereka melanjutkan kembali acara makan mereka yang sebelumnya sempat terhenti karena niel.
"Hum.., padahal kan apa yang niel tadi bener, kenapa nggak om jordan aja yang jadi ayah niel, huh!" gumam niel pelan tetapi masih bisa di dengar oleh anne dan jordan.
"Astaga.." lirih anne tak habis pikir.
Sedangkan pria yang ada di samping nya juga hanya bisa geleng-geleng kepala."
••••
"Gimana hasilnya?"
"Masih sama pak, maaf."
Jevan menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi, kacau. Itulah keadaan jevan sekarang.
Jevan memijat pelipisnya, kepalanya terasa sangat pusing seakan-akan ingin pecah, tetapi ada satu hal yang membuat nya tetap memaksakan diri untuk bekerja.
"Tolong tetap cari, sampai penjuru dunia pun saya minta kamu cari. Berapapun yang kamu mau bakal saya kasih, asal kamu bisa menemukan istri dan anak saya."
Cih, istri katanya? Hey, sadarlah! Seseorang yang kau cari bukanlah istri mu lagi.
To be continue..
Hehe, up nya malam banget nggak sih aku? Wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Jevan & Anne | Jaeròse
Fanfiction𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐫𝐣𝐮𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐫𝐢𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐧𝐚𝐦𝐚 '𝐉𝐞𝐯𝐚𝐧𝐝𝐫𝐚 𝐀𝐫𝐬𝐞𝐧𝐢𝐨' 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐞𝐛𝐞𝐫𝐚𝐝𝐚𝐚𝐧 𝐢𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐚𝐤𝐧𝐲𝐚. "𝐀𝐤𝐮 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬...