Happy reading!
.
.
Malam yang sunyi berganti dengan pagi yang cerah, sinar matahari masuk melalui sela-sela jendela membuat tidur seorang wanita berambut blonde terganggu.
Anne duduk dengan mata yang masih terpejam, ia mengerjap-kan matanya beberapa kali dan melamun sebentar untuk mengumpulkan nyawanya yang entah sedang bermain dimana.
Sekitar 2 menit kemudian, anne mulai sadar dari alam bawah sadarnya, setelah itu ia beranjak dan langsung keluar kamar; menuju kamar niel.
"Niel, bangun sayang.." anne menepuk-nepuk pelan pipi gembul niel.
Niel yang merasa terusik pun menggeliat, menepis tangan anne, lalu kembali tidur dengan kedua tangannya yang memeluk bantal guling.
"Ya ampun, bangun sayang, nanti kamu telat lho masuk sekolahnya," ujar anne lembut.
"Nanti bunda, 5 menit lagi.." sahut niel lirih.
Anne tersenyum teduh, ia mengangguk, menuruti permintaan putra nya. Ia menunggu sekitar 5 menit sambil mengusap-usap kepala niel lembut, yang membuat niel makin nyaman dalam tidurnya.
5 menit telah berlalu, namun niel sama sekali tidak ada niatan untuk bangun. "Niel, udah 5 menit. Sekarang bangun. Kalau nggak, nanti sore kita nggak jadi ke rumah aunty jian," ancam anne.
Anne mendengus saat ancaman nya tak diindahkan oleh putranya. Perlahan ia beranjak dan berjalan keluar kamar. "Yaudah, kalau gitu. Nanti bunda ke rumah aunty jian sendirian aja, mau liat dede bayi. Niel nggak usah ikut."
Mendengar itu, niel reflek membuka matanya dan langsung berlari menuju kamar mandi. Kelakuan niel berhasil membuat anne terkikik gemas.
"Belajar yang rajin, ya. Jangan nakal, yang sopan sama guru, terus bekal makan siangnya juga jangan lupa di makan. Bunda berangkat kerja dulu, nanti kalau udah pulang bunda jemput."
Niel terkekeh. "Iyaa bundaa, bawel banget sihh"
Anne merengut. "Bunda bawel, ya? Bunda terlalu cerewet, ya? Yaudah deh kalau gitu.... Maafin bunda," ujar anne lirih dengan mimik wajah sedih yang tentu saja itu palsu.
"Nggak gitu bunda, iya sih, bunda emang bawel, terus juga cerewet. Tapi niel suka, karena itu berarti bunda sayang sama niel."
"Hahaha, bunda bercanda, udah sana masuk. Bunda mau berangkat kerja dulu, nanti bunda jemput."
"Ay ay captain!" Tangan niel bergerak untuk hormat pada anne.
"Gemes banget anak bunda, sana, tuh udah di tungguin sama clara" ucap anne sambil menunjuk seorang gadis kecil yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka dari depan pintu kelas.
"Humm, yaudah, dadah bunda.."
Cup!
Cup!
Cup!
Sebelum pergi untuk memasuki kelasnya, niel tidak pernah absen untuk memberikan sebuah kecupan di kening, pipi, dan hidung anne. Begitupun dengan anne yang selalu dengan senang hati membalas semua perlakuan putranya.
Setelah niel lenyap dari pandangan nya, anne tersenyum sebentar, sebelum sesaat kemudian pergi untuk bekerja.
••••
"Kak, tadi ada yang order 2 cake birthday buat besok, bisa nggak?" Tanya kiara.
"Jam berapa emangnya?" Anne balik bertanya.
"Jam 7 malam, soalnya kan pesanan kita lagi numpuk banget kak, aku takut kita nggak sempet aja buat bikin nya," seloroh kiara ragu-ragu.
Anne menghela nafas panjang, lalu kembali menghembuskan nya. "Kita ada 25 pesanan lagi kan? Itu juga harus udah selesai dalam jangka waktu, 3 hari. 25 itu nggak dikit, jadi kalau saya minta kalian buat lembur bisa nggak? Tenang aja, nanti kalian saya kasih bonus kok, masing-masing 100 ribu."
Kiara yang awalnya lesu langsung berbinar-binar saat mendengar itu. "Serius kak?!" tanya nya antusias, anne mengangguk membenarkan.
"Iya, tolong kasih tau sama yang lainnya ya. Saya juga bakal bantu kalian kok, tenang aja." ucap anne.
"Iya, kak! Nanti aku sampai-in ke yang lainnya!" pekik kiara menggebu-gebu.
Anne tertawa kecil melihat kiara yang begitu semangat. Kiara—gadis cantik yang terpaksa berhenti sekolah dan malah bekerja di saat umurnya yang masih berumur 16 tahun. Bukan tanpa alasan gadis itu berhenti sekolah dan memilih untuk bekerja, alasan gadis itu adalah; ia bekerja untuk membiayai pengobatan ibunya yang sedang sakit parah, dan sudah terbaring lemah di rumah sakit sekitar 5 bulan.
"Yaudah, sana lanjut kerjanya, kalau cape boleh istirahat, tapi maksimal 10 menit, ya." tutur anne.
"Iya, siap kak!"
Anne memandang sendu punggung kiara yang membelakangi nya, malang sekali nasib gadis itu. Ayahnya meninggal saat ia baru berusia 2 bulan, dan tak ada sanak saudara yang mau menampung atau membantu ia dan ibunya. Sekarang, kiara harus bekerja demi membiayai pengobatan ibunya yang sedang sakit.
Setiap kali menatap lekat manik coklat kiara, anne bisa melihat tatapan teduh itu penuh dengan luka.
"Semoga masa depan kamu cerah, kiara.." gumam anne.
••••
Saat ini anne dan niel sedang berada di rumah jian—sahabat anne.
"I'm So sorry, aku baru bisa dateng karena belakang ini lagi sibuk banget.." ucap anne dengan perasaan tak enak hati.
"It's okay. Aku tau kok kalau kamu lagi sibuk, soalnya kemarin kata mas teo pas dia lewat toko roti kamu, rame banget, nyampe ngantri," balas jian.
Anne mengangguk menanggapi. Memang benar, toko roti nya yang ia buka sejak 3 tahun yang lalu itu sangat ramai, bahkan tidak hanya sekali-duakali orang-orang rela mengantri hanya demi membeli kue di tokonya.
"Iya, nih. Cape banget, pulang dari sini juga nanti aku mau langsung ke toko lagi, mau bantuin anak-anak bikin kue, kasian, banyak banget."
Jian memandang anne prihatin, wajah anne sudah ketara sekali lelahnya. pasti sangat sulit menjadi seorang single mom.
"Jangan terlalu dipaksain ya, anne. Kalau misalnya kamu cape, istirahat aja. Pola makan dan tidur kamu juga di atur, liat tuh, mata kamu udah mau kayak panda!" seru jian memperingati.
Mendengar itu, anne reflek berkaca di layar ponselnya, oh, sial! Benar apa yang dikatakan jian, matanya sudah hampir seperti panda, kantong mata nya sangat terlihat, karena beberapa hari ini terlalu sering bergadang, dan jam tidurnya juga asal-asalan.
"Nggak apa-apa, deh. Masih cantik" gumam anne pelan, tapi masih bisa di dengar oleh jian.
"Yeuuu, narsis!" cerca nya.
"Bodo amat!" sarkas anne.
To be continue..
KAMU SEDANG MEMBACA
Jevan & Anne | Jaeròse
Hayran Kurgu𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐫𝐣𝐮𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐫𝐢𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐧𝐚𝐦𝐚 '𝐉𝐞𝐯𝐚𝐧𝐝𝐫𝐚 𝐀𝐫𝐬𝐞𝐧𝐢𝐨' 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐞𝐛𝐞𝐫𝐚𝐝𝐚𝐚𝐧 𝐢𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐚𝐤𝐧𝐲𝐚. "𝐀𝐤𝐮 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬...