Fabi senantiasa menggenggam tangan Kaluna, ia tidak melepas genggaman nya itu. "Alfred, kakung dan eyang ada?."
"Ada Nona, mereka sudah menunggu kedatangan anda." Fabi mengangguk lalu berjalan kembali masuk ke dalam ruang tamu dimana sang ayah dibesarkan.
Begitu melihat Kedua orang yang sangat ia sayangi tengah duduk sambil menonton acara berita. Fabi tersenyum simpul. "Itu eyang dan kakung. Masih terlihat muda walaupun umur sudah 70 tahun lamanya."
"Mereka masih sehat bugar begitu."
"Iya, paling mereka sakitnya cuma karena demam atau kecapean."
Setelah mengatakan itu Fabi mengajak Kaluna untuk menghampiri kedua orang tua ayahnya itu.
"Eyang, Kakung." Panggil Fabi lembut.
Kedua orang yang sudah tak lagi muda itu menoleh, mereka sama-sama menampilkan senyum manis "Fabi!." Keduanya berdiri lalu memeluk cucu kesayangan mereka ini.
"Rindu. Kakung rindu cucu kesayangan kakung ini." Ucap nya seraya mengelus rambut Fabi yang sebatas bahu itu.
"Fabi juga rindu. Rindunya sudah tidak terlukiskan lagi."
Mereka melepas pelukan itu, tangan keriput milik sang eyang mengelus pelan pipi tembem milik Fabi "jika saja jakarta dan bandung dekat. mungkin eyang dan kakung akan mengunjungi rumah kalian setiap hari."
"Tidak boleh. Harus aku, ayah, mamah, dan kak Gilang yang berkunjung. Jangan kalian." Ucapnya sewot.
Kakek tua itu tertawa pelan, lalu pandangannya beralih pada sosok perempuan yang sejak tadi meremat tali tas selempang milik nya "perempuan cantik ini siapa? Pacar kamu, Fabi?." Tanya nya lembut.
Fabi menoleh pada arah tunjukkan Kakung nya "iya Kakung. Dia pacar Fabi, Kaluna namannya."
"Namanya cantik sekali. Seperti orangnya." Ucap eyang.
Kaluna hanya tersenyum manis lalu ia mendekati eyang dan kakung "Eyang, Kakung. Saya Kaluna pacarnya Fabi." Kedua orang itu mengangguk.
"Ayo duduk, pasti kalian capek habis dari rumah sakit langsung kesini."
Fabi dan Kaluna mengangguk lalu duduk di sofa yang kosong yang berada di samping eyang. "Fabi. Kamu kesini sudah bilang ke ayah dan mamah kamu?." Tanya Eyang.
"Sudah Eyang."
"Kalo ke orang tua si cantik ini kamu sudah izin?." Kini giliran Kakung nya yang bertanya.
Fabi bingung dia tidak tau harus menjawab apa "emm belum Kakung."
"Seharusnya kamu izin, jakarta bandung itu jauh nak."
Fabi menggaruk lehernya yang tidak gatal "maaf, Fabi lupa."
"Eyang, Kakung, kalian tenang saja. Aku sudah izin kok." Ucap Kaluna lembut.
"Dan diizinkan tidak?."
Kaluna mengangguk "diizinkan, Kakung."
"Syukurlah. Lain kali kamu izin Fabi, soalnya kamu bawa anak orang."
"Iya Kakung, maaf. Lain kali engga lagi."
"Kalian pasti belum makan kan?." Fabi mengangguk "iya eyang."
"Kalian mandi, abis itu kita makan malam bersama. Eyang sudah masak banyak."
"Kenapa eyang yang masak. Memangnya maid tidak ada?."
"Eyang mu kan memang begitu, Fabi. Jika ada cucu, atau anak Kakung dan eyang yang dateng. Pasti eyang yang masak."
"Harusnya eyang tidak perlu lakukan itu. Namanya kami merepotkan eyang kalo begini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Valaira (END)
Short StoryDisclaimer!!! 1. Banyak kata kasar 2. Banyak kata 🔞 3. Typo bertebaran. Visual hanya pemanis, jangan disangkut pautkan ke real life. Hidup berdua dengan sang Ayah tidak serta Merta membuat sifat Fabi sapaan akrab nya menjadi dingin dan arogan. Ju...