5

83 11 2
                                    


*Luna Pov*

Perkenalkan namaku Luna Wijaya, sedangkan kakakku yang lahir 2 hari lebih dulu dari aku namanya Shiara Wijaya. Orang tuanya suka memanggil namanya Ara mirip kayak nama Idol JKT kata bapakku. Bapakku fans beratnya malahan. Ada-ada saja manusia di sini. Sedangkan aku kata Ibu, nama Luna diambil dari nama dewi bulan. Karena saat aku ditemukan bulannya terlihat sangat sempurna dan besar padahal hari itu bukan bulan purnama. Hanya bulannya terlihat putih bulat besar untuk pertama kalinya seperti fenomena alam yang tidak biasa. Seperti kelahiran atau kehadiran seseorang yang besar dan hebat. Melihatku terbesit nama luna dalam pikiran bapak. 

Di rumah ini aku memiliki kamar tersendiri begitu juga dengan Ara. Rumah ini memiliki banyak kamar. Bahkan di kamar atas ada 4 kamar sedangkan di kamar bawah ada 6 kamar. Bapak yang menentukan kamarnya. Kamar atas akan di isi oleh Ara yang dipojokan kiri kamar, karena Ara yang merengek meminta di sana. Sedangkan aku di sebelah kamarnya. Sebelah kamarku kosong. Sedangkan kamar di pojok kanan bapak dan ibu. Di lantai atas tidak hanya ada kamar, tetapi ada ruang kerja bapak dan ibu yang terpisah, ruang bioskop, ruang mainan bahkan ruang keluarga. Di lantai satu, 6 kamar di isi oleh ART dan sopir. Belum lagi ruang dapur yang luas, ruang keluarga juga, pokoknya rumah ini semua lengkap dan terisi. Belum lagi kolam renang di luar. Mobil, motor juga ada banyak. Entahlah namanya juga manusia kaya.

Meskipun aku ada di alam manusia. Aku tidak pernah meninggalkan meditasiku yang sudah kujalankan sejak bayi hingga hari ini. Bagimanapun juga energi dan kultivasiku masih bisa kurasakan. Aku masih bisa terbang, menginginkan apapun yang ku mau, bahkan teleportasi ke tempat yang ingin ku kunjungi juga bisa. Aku bahkan masih bisa melakukan semuanya tanpa kekurangan tenaga atau kehabisan sekalipun. Kurasa ilmuku masih ada semuanya. Hanya saja setiap aku ingin berusaha ke alam langit, aku pasti ke setrum dan bahkan lumpuh meski nantinya perlu waktu 1 jam untuk kembali kekeadaan semula. Dari sana aku mengerti hukumanku belum selesai dan aku sampai kapanpun belum bisa kembali ke langit sebelum ini semua berakhir.

Sesampai di kamar sehabis pulang sekolah dan dijemput oleh ibu, ku taruh tas gendongku di meja belajar. Kulihat BaoBao terbang datang ke kamarku lewat jendela. Melihat itu ku naikan sebelah alisku untuk mengangkat jendela kamarku hingga terbuka. BaoBao masuk melalui jendelaku.

BaoBao selalu bersamaku selama 7 tahun. BaoBao juga berusaha ingin kembali ke alam langit hanya saja kultivasinya belum sempurna jadi tidak pernah bisa mencapai alam nirwana.

"Master... Master..." Ucap BaoBao

"Apa kamu sudah makan BaoBao?" tanyaku

BaoBao yang mendengar itu menggelengkan kepalanya. Melihat itu aku mengeluarkan makanan burung dari laciku untuk BaoBao

"BaoBao... makanlah dulu" kataku

"Terima kasih master" Ucapnya sambil mematuk matuk biji kecil yang kuberikan

Ku merasa ada pergerakan yang datang ke kamarku. Ku meminta BaoBao sedikit bersembunyi dan makan di luar di dekat jendela dengan tenang. Hingga pintu kamarku di dorong dengan keras, tentunya pelakunya yang tak lain adalah saudara tak sedarahku ini Ara.

"Serius, lu nggak tau kak Rachel?" tanyanya dengan nafas tersengal-sengal

"Habis darimana, kak?" tanyaku lembut

"Jawab dulu pertanyaan gua, Lun" ucapnya

"Nggak kak" jawabku sambil menggelengkan kepalaku

"Ish serius ni, masak nggak tau. Kok lu bisa di cium kak Rachel?" tanyanya heboh sambil melompat ke kasurku

Aku yang posisinya lagi duduk di kasur terkejut dengan tingkahnya

"Kak, udah cuci kaki?" tanyaku

"Aduh diajak ngomong serius ni anak bocil." katanya

"Kok bisa kak Rachel cium lu sih?" tanyanya dilanjutkan lagi

"Aku mukaknya aja nggak tau apalagi namanya kak" jawabku sambil mengangkat dua bahuku

"Kok lu sih, padahal gua yang kasi bunga ke dia hari ini." katanya sambil berdiri dari kasurku sambil menghentakkan kaki kecilnya di lantai

Aku hanya bisa mengangkat kedua bahuku. Masa bodo lah bocil ini. Aku dikatain bocil lah dia apa cebol. Tawaku yang berusaha ku tahan

"Lu jangan deketin kak Rachel. Kak Rachel milik gua, inget itu." katanya dengan penekanan dan marah

"Ya... Ya... kak" ucapku "Bawel" kataku pelan yang sepertinya tidak dia dengar

"Bagus. Lu emang adik yang penurut" katanya dengan senyuman anehnya sambil keluar kamarku.

Emang dari dulu aku selalu ngalah sama ni cebol.. Ups maksudku kakakku. Mainan ngalah, makanan ngalah juga, sekarang ngalah lagi. Dahlah dasar manusia egois. 

Ku berdiri dan ku tutup pintu kamarku. Ku lihat BaoBao sudah bertengger di meja belajarku. Ku ambil buku di dalam tas untuk mulai ku kerjakan PR yang diberikan di sekolah.

Sambil mengerjakan PR di atas kasurku. BaoBao bersuara memecah konsentrasiku menjawab soal yang sebenarnya gampang sekali ku kerjakan.

"Master... Maaf hamba tidak sengaja melihat master di cium oleh gadis kecil. Apalagi di bibir master" Ucapnya sedih

Aku yang mendengar itu menoleh ke BaoBao mengerutkan kedua dahiku

"Kenapa?" tanyaku

"Hamba tidak ingin master terlena di dunia manusia dan melupakan tujuan awal master kembali ke langit" ucapnya sambil menunduk

Aku yang mendengar itu tersenyum senang mendengarnya

"Tenang saja BaoBao, master mu ini tidak akan terpengaruh dengan alam manusia" ucapku menenangkannya

Mendengar hal itu BaoBao bertingkah lucu dan senang melompat ke sana kemari. Melihat hal itu aku pun ikut tertawa dengan tingkah konyolnya.

'Tentu saja aku tidak boleh terpengaruh dengan manusia yang menghambat kembaliku ke alam nirwana. Aku sangat merindukanmu, guruku' batinku

Awalnya tidak ada benang merah perjodohan di jariku. Hanya saja hari ini gadis kecil yang menciumku tadi melilitkan benang merah perjodohan ke jariku dan bahkan gadis kecil itu dari awal sudah ada hubungan lilitan benang merah ke jari Ara juga. 

Dari bayi aku sudah melihat lilitan benang Ara berantakan dan banyak, yang akhir-akhir ini semenjak Ara kelas 1 SD terlihat jelas barulah dengan gadis tadi dan masih ada lilitan benang yang terlihat samar. Benang itu akan terlihat jelas setelah bertemu dengan pasangannya.

Kulihat lilitan benang merah di jariku lagi. Awalnya tidak ada, gegara gadis kecil yang bernama Rachel itu menjadi ada. Seharusnya aku tidak berjodoh dengannya menjadi berjodoh begini. Apa ini maksud ayahku Tuan Cai, Ara pembawa masalah. Aku bisa saja melepas paksa benang perjodohan ini, kalau aku sendiri tidak akan apa-apa karena ilmuku dan aku peri cinta tidak akan terkena efek setelah ini. Tetapi ini akan berefek kepada Rachel yang bisa berujung kepada kematiannya. Kecuali Rachel yang melepas benang merah ini dengan melupakanku dan tertarik dengan orang lain. Sehingga terjalin benang merah baru dengan orang itu. Maka benang merah di tanganku akan terbebas.

Ku hela nafasku pelan sambil memijit keningku. 'Kapan hukumanku berakhir' gerutuku

BaoBao yang melihatku mulai panik

"Master, apa kamu sakit?" tanyanya

"Tidak BaoBao, aku hanya mengantuk dan lelah" kataku sambil tersenyum

PR sudah ku selesaikan dan ku kembalikan ke dalam tasku.

Aku kembali ke kasurku yang empuk, kupejamkan mataku bagaimanapun aku masih anak-anak butuh tidur siang.

Hukuman Sang Peri CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang