7

79 11 2
                                    


*Luna Pov* 

Sekarang aku sudah berusia 13 tahun menginjak kelas 1 SMP Negeri dekat SDku. Karena Zonasi aku mendaftar di sana. Betapa senangnya aku semua teman di SMP itu kebanyakan berasal dari SDku. Apalagi Priyo sahabat terbaik rasa keluarga, sekolah di sana juga. Bapak ibu ku dan bapak ibu Priyo ternyata teman sewaktu mereka SD juga. Jadinya silahturahmi berjalan dengan lancar meski berbeda keyakinan.

Aku lupa menjelaskan diawal bahwa keyakinan keluargaku kristen, padahal aku sang sejatinya memuja Sang Budha. Apalah daya selama kultivasiku dan doa ku panjatkan kepada Sang Budha dan Dewi Bulan Chang'e. Berkat Dewi Bulanlah aku mendapatkan anugerah. Jika aku berdoa kepada guruku, bukankah itu aneh itu artinya aku meminta jodoh pasangan kepada guruku. Maka dari itu sebagai perwujudan bunga. Aku memuja Dewi Bulan dan juga kepada Sang Budha. Dikarenakan keluarga yang merawatku kristen, aku akan mengikuti ibuku ke gereja berdoa setiap minggu meski jarang-jarang karena kesibukan bapak dan ibu. Kalau Ara mah jangan di tanya alasannya sibuk mulu, nggak pernah ke gereja buat doa. Dasar anak itu, kalau bukan anak bapak ibu udah aku ikat dibawah pohon mangga.

Sedangkan untuk keyakinan keluarga Priyo, mereka muslim. Bahkan taat banget doanya bisa setiap hari, solatnya 5 waktu entah bolong atau nggak hanya mereka yang tau sih. Keluarga Priyo dari keluarga sederhana, ibunya memiliki usaha berdagang kue buatan tangan sendiri. Kuenya emang enak banget sih, ibuku suka membelinya dalam jumlah yang banyak kalau ada arisan gitu. Sedangkan bapaknya Priyo kerja di gojek jadi ojek online gitu. Keluarga mereka itu sederhana dan bahagialah.

-Skip-

"Luna, kamu yakin tidak ikut kita pergi?" tanya bapak

Aku mendengar itu menolehkan kepalaku ke bapak sembari mengerjakan PR ku di malam hari. Secara aku ikut ekstra pramuka karena itu wajib setiap hari jumat.

"Nggak bapak, PR luna banyak sekali" jawabku

Hari ini bapak, ibu dan kak Ara akan keluar untuk menghadiri pesta pernikahan salah satu teman kolega bapak.

"Ya udah, ibu bapak dan kakak keluar dulu" ucap ibu yang terlihat rapi dengan dress nya

Sedangkan bapak dan Ara terlihat rapi dengan setelan jasnya yang senada.

Aku sedikit heran kenapa Ara tidak memakai dress seperti ibu. Aku beranjak dari kursiku secara aku mengerjakan PR di ruang makan sambil nyemil sih, mengikuti untuk mengantarkan kepergian keluarga kecilku.

"Bapak, kok kak Ara makai jas bukan dress?" tanyaku

Bapak yang mendengar itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang secara aku emang berada di belakang bapak.

"Gak papa, itu senyaman kakakmu ya dik" jawab bapak

Ibu hanya tersenyum mendengarnya. Mereka melambaikan tangan setelah menaiki mobil sedangkan Ara cuman sok cool gitu, nggak peduli mah dengan aku.

Selang 1 jam kemudian, telepon rumahku berdering. Bibi ART yang mau mengangkat telepon rumah ku hentikan.

"Bi, biar luna saja. Siapa tau dari bapak" ucapku 

Bibi ART mengangguk dan pergi berlalu

"Halo?" tanyaku

Kukurutkan keningku secara yang terdengar hanya suara tangisan saja

"Haloo?" panikku

Akhirnya ada jawaban dan itu seperti suara Priyo. Kenapa Priyo menangis

"Bapakku.... Lun... Bapakku... Hiks... Hiks..." Ucapnya terbata-bata sambil menangis

"Kenapa bapak, Yo?" tanyaku mulai panik

"Bapak Lun... Bapakku di rumah sakit" jawabnya terdengar sedu

Hukuman Sang Peri CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang