Warning: Only For 18+
Happy Reading
.
Dalam ingatanku yang masih tersisa, kami juga pernah menjadi keluarga yang bahagia. Meskipun papa sibuk bekerja, ia tidak pernah lupa bahwa tiap malam minggu di akhir bulan kami selalu punya acara makan malam di luar. Ibu yang selalu menyediakan makanan setiap hari di atas mejapun selalu mengingatkan kami akan hari spesial ini dan hari ini aku sengaja pulang cepat dari kampus karena momen berkumpul dengan mereka adalah sesuatu yang paling kunantikan.
Saat itu sudah menunjukkan jam 5 sore dan seharusnya Kak Nida sudah pulang dari kantor begitupun Elan yang baru saja menghubungiku memintaku pulang lebih cepat karena ada kejutan yang menunggu di rumah. Sama sekali tidak terbayangkan bahwa kejutan yang menanti adalah kejutan bahwa kakak yang kami kagumi, kakak yang kami banggakan, mengaku hamil sementara dia belum menikah. Jangankan menikah, pacar saja kami tidak tahu kalau dia punya. Kak Nida adalah perempuan yang tidak pernah terlibat dengan laki-laki. Mendengar dia hamil rasanya seperti banjir di musim kemarau.
"Bilang sama ayah siapa yang sudah menghamili kamu!" Ayah sudah beberapa kali bertanya namun Kak Nida enggan memberikan jawaban. Dia menangis menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangan. Sekujur tubuhnya bergetar. Aku tahu semua orang yang ada di rumah ini sedih dan kecewa namun aku tahu pasti bahwa Kak Nida lah yang paling merasa sedih dan kecewa dengan dirinya sendiri melebihi siapapun.
"Untuk apa melindungi laki-laki berengsek seperti itu hah? Lihat apa yang sudah dia lakukan kepada kamu. Cepat bilang siapa dan ayah akan melaporkan dia ke polisi karena sudah memperkosa kamu. Ayah tidak akan membiarkan laki-laki itu bebas." Ayah menarik kerah kemeja Kak Nida namun dibalas dengan tepisan kasar, adegan yang baru pertama kali kulihat sepanjang hidupku sebab yang kuingat adalah ayah bukan perempuan kasar dan Nida adalah anak yang penurut.
"Dia tidak memperkosa aku. Aku saja yang bodoh karena kemakan rayuan dia. Aku yang bodoh. Percuma juga aku kasih tahu siapa orangnya. Ayah tidak akan bisa menemukan orang itu." Kata Nida frustrasi. Seakan menyerah akan laki-laki itu. Sepertinya dia sudah melakukan banyak hal untuk meminta pertanggung jawaban laki-laki itu tapi hasilnya nol.
Mama melemparkan tes pack yang ketiga ke atas meja dengan wajah yang lebih marah dari sebelumnya, "Dites berapa kali juga sama saja. Hasilnya tetap positif. Anak kamu hamil, Mas. Hamil!" Kata mama. Dia memang bukan ibu kandung kami tapi apa harus dia bilang seperti itu di depan ayah dan kami? Bukankah seharusnya sebagai perempuan yang paling dewasa di sini dia memeluk Kak Nida bukannya ikut menyalahkan? Kalau Kak Nida tahu akan dikhianati seperti ini oleh laki-laki itu, Kak Nida juga tidak akan melakukan hal yang melewati batas dalam berpacaran. Semua wanita yang hamil diluar nikah juga pasti berpikir yang sama.
"Kalau kamu tidak mau bicara, biar ayah yang mencari laki-laki berengsek itu di tempat kerja kamu. Dia pasti teman kerja kamu, kan? ayah akan mencarinya dan membunuhnya dengan tangan papa sendiri karena sudah menghamili kamu."
Kak Nida menahan papa dengan balasan yang mampu membuat kami semua tidak bisa berkata apa-apa, "Dia sudah tidak ada, dia menghilang, dia tidak mau tanggung jawab, Pa. percuma ayah cari dia. Dia sudah tidak ada di negara ini. Dia sudah meninggalkan aku setelah tahu aku hamil. Dia tidak mau ada aku dan anak ini." Kak Nida menangis lebih keras. Ia bahkan mulai memukul perutnya dan mulai menyalahkan janin yang dikandungnya.
Aku ikut menangis tanpa suara. Dalam hati berteriak kenapa ini harus terjadi kepada kakakku di antara banyaknya perempuan di bumi ini? Kenapa harus masa depan kakakku yang direnggut oleh laki-laki berengsek itu? Apa salah kakakku?
![](https://img.wattpad.com/cover/352425694-288-k849028.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mama (Completed)
Gizem / GerilimIrene, bukan terpaksa menjadi mama muda namun ia tulus menjaga dan merawat Ditto seperti anak kandungnya sendiri meski di umurnya yang masih belia. Ia rela meninggalkan keluarganya dan membawa pergi Ditto menjauh dari penolakan. Namun hidup sepaket...