7. Bad Guy does Exist

35 2 0
                                    

Warning: Only For 18+

Happy Reading

.

Sesampai di rumah aku melihat pemandangan yang lucu. Pemandangan yang membuat aku berpikir jika saja Ditto anak yang diinginkan oleh Kak Nida dan pacarnya, mungkin saja Ditto punya kesempatan untuk digendong oleh ayah kandungnya seperti bagaimana Wisnu menggendong Ditto dan memberi Ditto dot meskipun dengan cara menggendong yang kurang nyaman.

Pemandangan itu memang membuatku tiba-tiba berpikir mellow padahal tidak seharusnya aku merasa sesedih ini setelah menyelesaikan misi besar di hari pertamaku sebagai anggota gembong narkoba. Aku tidak bangga dengan pekerjaanku ini tapi ini adalah sebuah pekerjaan yang mempertaruhkan banyak hal termasuk keselamatanku sendiri dan aku berhasil melakukannya hari ini.

"Nu, gue harus bilang kalau ello udah cocok jadi bapak. Udah bisa nikahlah dan punya anak sendiri daripada ngerawat anak orang." Celutuk Hans lalu tertawa terbahak-bahak. Aku tidak habis pikir Wisnu bisa membuat lelucon seperti itu. Selama ini dia selalu saja kelihatan tidak mengenal kata 'lelucon' di mataku. Karena itu aku berpikir, terkadang sebenarnya mereka kelihatan seperti orang-orang yang normal jika saja mereka tidak menawan perempuan dan seorang bayi di rumah mereka.

Wisnu yang diledek menatapku sinis padahal Hans-lah yang meledeknya dan ternyata ia memintaku agar segera mengambil Ditto darinya. Aku dengan cepat mengambil Ditto dari gendongan Wisnu. Wisnu lantas meregangkan lengan dan lehernya, seakan telah melakukan pekerjaan berat yang menguras tenaganya yang nyaris tidak tersisa.

"Lain kali gue gak mau disuruh jaga anak ini. Ello tahu apa yang barusan dia lakuin? Gue habis dipipisin sama dia, tahu gak?" Celutuknya menunjukkan kaosnya yang lembab, bekas cipratan air kencing Ditto. Dan aku jadi merasa bersalah kepada Wisnu karena itu.

Hans dan Jo menahan tawa dan itu membuat Wisnu semakin jengkel kepadaku.

"Terima kasih sudah jaga Ditto selama aku nggak ada." Kataku pada Wisnu. Lebih baik berterima kasih dulu daripada minta maaf mungkin akan membuatnya semakin kesal.

Wisnu menyipitkan mata penasaran, ekspresi kesalnya hilang dalam sekejab, "Namanya Ditto?" Tanyanya penasaran. Aku mengangguk mengiyakan sambil melirik Jo yang tiba-tiba menggaruk rambutnya kelihatan salah tingkah. Semakin kuperhatikan dia membuat gerakan-gerakan yang tidak perlu menurutku. Seperti mengusap tengkuk dan tatapan matanya ke mana-mana.

"Ya. Namanya Ditto." Kataku memperjelas.

"Namanya sama dengan nama ...."

Jo tidak membiarkan Wisnu melanjutkan kalimatnya. Ia menarik bahu Wisnu dan menutup mulutnya dengan telapak tangan. Ia menyeret Wisnu menaiki tangga ke lantai dua. Kelihatan jelas Wisnu menuruti keinginan Jo karena dipaksa. Jo bahkan mengapit leher Wisnu, tidak ia lepas bahkan setelah Wisnu mengeluh kesakitan, meski mencoba melepaskan diri pun Wisnu tidak berhasil.

Aku tersenyum tipis, melihat tingkah mereka yang kekanakan. Tingkah mereka sekarang merubah anggapan awalku bahwa sebenarnya mereka tidak semenakutkan dulu. Melihat bagaimana Wisnu menjaga Ditto meskipun sebenarnya hanya terpaksa, Jo yang bersedia membantuku membawa Ditto ke rumah sakit dan membayar biaya perawatannya serta Hans yang akhirnya membiarkanku tetap di sini, mereka ternyata tetap manusia yang punya hati walau aku tidak tahu batas nuraninya sampai di mana.

Dan ternyata benar, setiap orang memang punya sisi baiknya masing-masing walau sekeras apapun hati mereka. Setidaknya tinggal bersama mereka di sini lebih baik daripada pontang panting di luar tanpa arah apa lagi bagi seorang perempuan dengan bayi tanpa suami. Tentu saja di luaran sana bukan hanya kesulitan yang kutemui tapi juga cacian yang sebenarnya sangat tidak perlu untuk kuanggap serius karena mereka tidak tahu hal apa yang sudah kulakui dan kukorbankan hingga bisa sampai pada tahap ini.

Young Mama (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang