bab 2 keributan di jalan raya

315 9 1
                                    

Marie duduk menunggu di parkiran, sudah beberapa kali gadis itu menghubungi ayahnya untuk minta di jemput. Gadis itu sudah mengeluh karna ingin cepat-cepat pulang dan beristirahat, Kesabarannya setipis tisu jika harus menunggu terlalu lama.

"Ayah mana sih. Kok gak angkat telepon," batin Marie menatap layar ponsel.

Marie melihat ke arah sekitar, berharap ada seseorang yang bisa memberi Marie tumpangan. Matanya intens melirik segerombolan laki-laki menyalakan motor. Mereka terlihat buru-buru dan beramai-ramai.

"Apa gua minta anter pulang ke mereka aja ya? Siapa tau dikasih tumpangan," batin Marie walaupun ia tidak yakin akan diberi tumpangan.

Keenam cowok itu menjalankan mesin, keluar dari gerbang, dengan cepat Marie mencegat para cowok itu dengan kedua tangan direntangkan, memberi kode untuk berhenti.

"STOPPPP," Teriak Marie kencang, cowok-cowok itu mendadak mengrem berhenti.

"Astagfirulah neng! Hampir aja ke tabrak!" Pekik Teguh terkejut.

Marie menurunkan kedua tangan. "Boleh ikut numpang bareng gak? pliss" Pinta Marie memohon dengan kedua tangan, mata gadis itu berbinar-binar.

"Gabisa, kita lagi buru-buru." Celetuk aril saat merasa di tatap oleh cewe tidak di kenal, ia langsung mengas motornya dan lebih dulu meninggalkan teman-temanya.

"Meningan lo bareng si mamat aja," saran Rozi. Gadis itu menatap Mamat yang mengedipkan sebelah matanya genit, gadis itu menggedihkan bahu jijik.

"Lah, terus gimana ini, masa sama Mamat emang nya muat?"

"Maaf ini mah bukanya kita gamau numpangin kamu, tapi kita lagi buru-buru banget ya, hampura pisan ini mah." Kata Teguh sopan dengan sedikit campuran logat bahasa sundanya.

"Yaudah, biar dia bareng gue," ujar Verick tidak ingin membuang banyak waktu.

Mendengar itu lantas Marie kaget sekaligus senang, "serius??" Tanyanya dengan antusias, hati Marie langsung berbunga-bunga.

Gadis itu menaiki motor, berpegangan ke pundak Verick, cowok itu mulai menjalankan motornya.

Dalam perjalanan, senyum Marie tidak pernah luntur. Ia sangat tidak menyangka bisa pulang bersama dengan cowok yang ia sukai, ya tuhan tolong ini bukan mimpi kan??

Ternyata gini ya rasanya pulang bareng sama cowok yang kita suka.

Marie senang bisa sedekat ini dengan Verick, bahkan ia bisa mencium wanginya cowok ini.

Mood Marie yang tadinya turun drastis menjadi naik berkali-kali lipat hanya karna Verick memberi tumpangan.

"Tenang mar, lo gaboleh kelihatan norak, atau keliahtan suka. Lo harus tetap terlihat cool dan stay kalem oke," Batin Marie dalam hatinya.

Tiba-tiba di pertengahan jalan, suara-suara klakson motor berbunyi dengan ramai, satu persatu motor
berdatangan, mereka mensejajarkan dengan jarak motor Verick. Yang jelas Marie tidak tahu siapa mereka?

"Berhenti lo bangsat!" Teriak Reza ia adalah salah satu ketua dari Geng Gatharvia di jakarta. Ia bersekolah di SMK Bintara dan memiliki dendam terhadap Verick bahkan sekolahnya juga, ia benci sejak dulu karna telah merebut cewek yang sudah hampir 7 tahun bersamanya.

"Ternyata lo segila itu ya sama lubang, hahaha, lo cari apa sih dari cewek Rick, apa Maharani masih kurang buat lo?" Tanya Reza, mendengar itu Marie lantas mengkerutkan keningnya ada apa ini?

"HEH LO! gausah sokk tahu yaa!! Verick cuman nganterin gue pulang!" Teriak marie membela Verick agar tidak ada salah paham di antara mereka.

Reza terkekeh penuh kebencian. "Ohhh ya?? Lo pikir gue bakalan percaya sama omongan lo?" Reza menaikan alisnya.

Dengan cepat Verick menggas motornya, ia lebih memilih menghindari perdebatan karna mengerti situasi, ia tidak ingin orang asing terlibat dengan masalahnya.

Cowok dengan jaket kulit hitam itu meninggalkan Reza di belakang, kini mereka semakin menjauh. Verick melihat Rozi tengah mengendarai motor di depan, kedua orang datang menyalip Verick sembari membawa curulit besar.

Gerak-geriknya terlihat sangat mencurigakan.

Perasaan Verick mulai tidak enak, ia merasakan feeling yang kuat bahwa kedua musuhnya tengah mengincar Rozi.

Cowok itu menutup kaca helm, "pegang jaket gue!" Peringatnya kepada perempuan itu, sontak Marie dengan sigap memegang erat jaket Verick.

Tanpa rasa takut verick mengagas motor dengan kecepatan tinggi, ia sama sekali tidak takut dengan nyawa sendiri bahkan ia tidak peduli kalo dirinya sedang membawa prempuan, yang ia pikirkan adalah Rozi sahabatnya yang tengah terancam.

Anak buah gatharvia hampir saja membacok Rozi, namun aksinya gagal karna Rozi dengan cepat menghindar. Ia menjadi tidak fokus berkendara karna sedikit schok saat curulit itu hampir mengenai lehernya.

"ZI! AWAS HATI-HATI!" Peringat Verick terlihat cemas.

"GUE GAPAPA RICK, SANTAI!" Teriak Rozi kalem walaupun jantung sudah memberi tanda alaram dalam bahaya.

"Lo pegang jaket gue, jangan sampai lepas!" Kata Verick, Marie mengangguk menuruti perintahnya.

Verick bersejajar dengan anak gatharvia. Laki-laki itu berdiri dari motor, sebelah kaki kanan terangkat, dengan cepat menendang motor anak gatharvia hingga motor itu terjatuh ke aspal.

Melihat tingkah Verick, reaksi Marie terkaget-kaget kedua matanya melotot.

.

Marie turun dari motor begitu sampai di gang rumahnya, "Makasih ya udah anterin gue sampe gang rumah," ucap gadis itu tersenyum senang.

Verick mengangguk, "sama-sama, gue duluan," cowok itu membelokan stir motor dan pergi meninggalkan tempat.

Gadis itu menghela nafas panjang, ia pikir Verick akan menanyakan sesuatu atau basa-basi dulu? Namun, ternyata itu cuman harapan kecil yang tidak akan pernah Marie dapatkan.

Mengapa aku harus berharap? Verick saja tidak memliki perasaan apapun kenapa aku harus membuat harapan kecil.

Tapi, ia tidak peduli. Lagian mereka cuman pacaran belum tentu mereka menikah? Pasti ada kesempatan bagi marie kan?

BUTTERFLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang