bab 3 berhenti menyukainya?

242 8 3
                                    

Udah siap lihat marie patah hati?


"Eh gais lihat," Denise menyerahkan layar ponsel kepada teman-temanya. Memperlihatkan postingan Maharani bersama Verick di acara pesta ulang tahun. Keduanya terlihat mesra, seperti pasangan serasi.

"Mana coba lihat," Lyodra mendekatkan layar ponsel ke arah wajahnya agar bisa melihat dengan jelas. "Ohh, ini kemarin malem acara ulang tahunya si Maharani, dia kan kemarin ulang tahun," katanya.

"Lo di undang kesana gak lyodra?" Tanya Denise.

"Gak lah anjir, orang acaranya gede banget, kebanyakan tamunya juga orang kaya semua."

"Lo semua pengen tahu gak si Verick kasih kado apa di acara ulang tahun Maharani?"

"Apa?" Tanya Marie ikut berbicara, Ia juga ikut penasaran.

"Cincin tunangan!!" Teriak Lyodra heboh.

"Lyodra bisa gak sih gausah pake teriak-teriak segala?" Tanya wulan memutup kuping, kesal, saat orang-orang melirik ke arah meja keempat gadis itu. Namun Lyodra hanya cengegesan tanpa dosa.

Marie terdiam, mendadak hatinya seperti di tusuk pisau berulang kali. Sakit, dan ia sama sekali tidak bisa berbuat apapun selain diam.

"Pasti mahal banget tuh cincin, ya wajar sih mereka emang pasangan yang setara gak sih? Soalnya kedua orang tua kaya raya terus Maharani juga cantik, Verick juga ganteng, jadi sama-sama cocok," kata Wulan berpendapat.

Lyodra mengangguk setuju, "bener juga sih, beruntung ya Maharani bisa dicintai tulus sama Verick, mana ganteng banget lagi," timpal Lyodra merasa iri saat kembali menatap postingan kedua pasangan itu.

Marie lebih memilih untuk menyimak, ia tidak ingin tahu bagaimana foto itu, yang bisa Marie lakukan hanya memakan mienya.

"Eh itu barudak Ravgos datang aaaaaaaaaa...."

Lyodra salting sendiri, gadis itu bersembunyi dipundak Wulan, pipi Lyodra merah seperti tomat karna terpesona melihat ketampanan Aji.

"Ihh Lyodra! Bisa diem gak sih lu! Geli tahu," Wulan menepis kedua tangan Lyodra yang menempel, Wulan menggeser dirinya ke arah Marie.

Marie membalik badan melirik Barudak Vargos datang bersama Maharani. Di sana ada Verick juga yang menggenggam tangan Maharani. Terlihat dari cara Verick menatap Maharani begitu dalam, membuat Marie ada keinginan untuk berhenti menyukainya.

"Pulang yuk," ajak Marie merasa tidak nyaman dengan suasana ini.

"Kenapa? Bentar dulu ah gue mau minta nomor si Aji, hahah," seru Lyodra bersemangat. "Mumpung dia ada di sini mending gue minta nomornya, eh jangan lupa paparaziin," kata Lyodra memencet kamera lalu mengzoom, memotret Aji yang sedang tertawa.

Cekrek!

"Lyodraa!" Sahut Denise menyubit paha gadis itu.

Mendengar suara seperti memotret hal itu mengundang perhatian banyak orang tertutama Ravagos dan juga Maharani.

"Makanya kalo mau foto orang, minimal suaranya di matiin. Malu-malun tau," bisik Wulan tertawa kecil, ikut menundukan kepala, terdengar ada suara cekikikan keempat gadis itu.

Marie merasa tidak nyaman di tempat ini, suasana menjadi terasa berbeda. "Ayo pulang," ajak Marie lagi ia sudah tidak betah terlalu lama disini.

"Bentar mar, gue mau ke meja Aji," dengan nekat Lyodra berdiri, mendatangi meja Barudak Ravagos, nyali Lyodra besar, gadis itu tidak mengenal apa itu gengsi dan juga lingkungan.

"Astagfirullah Lyodraa! Jangan kesanaaa, ya Allah dia yang kesana gue yang malu," Denise menyusul Lyodra agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan.

.

BUTTERFLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang