Part 1 : Kehidupan baru

230 16 0
                                    

"Awal dari kedewasaan adalah ketika kamu tahu alasan kamu harus disakiti dan dihakimi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Awal dari kedewasaan adalah ketika kamu tahu alasan kamu harus disakiti dan dihakimi."

-Aksa Jeandra-

Tahun 2014

Setelah kepergian mendiang sang Ibunda dan kakaknya, Jean benar-benar merasakan kesendirian yang luar biasa. Derian, Papanya, menghilang tanpa jejak setelah kejadian tragis di bulan Oktober kala itu. Hidupnya sunyi, seolah-olah dia dibuang selama hampir 1 tahun lamanya.

Tapi, setelah hampir 1 tahun dia tinggal di rumah tetangganya, dia mendapat kabar bahwa Papanya sudah kembali. Namun tidak sendiri, melainkan dengan keluarga barunya.

Di rumah ini, dia sudah seperti sebutir debu yang hinggap tanpa harap. Tidak ada yang peduli dengan dirinya. Papanya lebih peduli dengan keluarga barunya dan lupa akan dirinya. Mamah Tiana tidak sebaik Bundanya, dan Jovan, kakak tirinya yang usianya terpaut 3 tahun dengan dirinya, tampak tidak menyukai keberadaanya.

Sebenarnya Jean tidak sendiri, nasibnya sama seperti seorang gadis yang kini sudah menjabat sebagai adiknya, lebih tepatnya adik tiri. Panggil saja dia Kania, gadis kecil yang kini berusia 6 tahun yang nasibnya tak seberuntung gadis lain. Masa kecilnya dia habiskan bukan untuk bermain, melainkan hanya duduk di atas kursi roda memandangi anak-anak kecil di luar sana yang sibuk menghabiskan waktu bermain.

Hari ini sudah hampir 5 tahun lamanya sejak kepergian tokoh kesayangan Jean, dia merasa hidup tanpa peran. Masih sering meratapi nasibnya yang nampak tak berubah, atau bahkan semakin parah.

Tiada hari tanpa dirinya yang dimarahi, tiada hari tanpa dirinya yang dipukul, tiada hari tanpa dirinya yang disalahkan, dan tiada hari tanpa dirinya yang dibanding-bandingkan. Tapi, dia tidak memiliki alasan pasti untuk membenci Papanya, meskipun Papanya sering melakukan hal yang tidak senonoh pada dirinya seperti sekarang ini.

Jean meringkuk menahan sakit di sekujur tubuhnya, kedua lengannya dia gunakan untuk menutupi wajahnya agar tidak ikut terluka.

"Arrgghh,"

"Sakit, Pa!! Ampun!!"

"Jean minta maaf, Pa!!"

Derian masih tak henti memukulkan sebuah buku rapor pada kepala Jean, dia malah semakin beringas memukuli anaknya.

Bugh! Bugh! Bugh!

"Kurang ajar!!!"

"Nggak ada gunanya kamu minta maaf!!!"

Tak tahan terus berdiri, Jean memilih menjatuhkan dirinya, mulai pasrah atas apa yang sedang dia rasakan. Derian melempar buku rapor itu ke sembarang arah, lalu menjambak rambut Jean sampai kepala Jean terdongak menatap wajah ganas Papanya.

AKSA JEANDRA | Park Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang