"Aku tahu aku bukan yang terbaik, tapi bukan berarti aku akan terus-menerus menjadi yang paling buruk."
-Aksa Jeandra-
Tahun 2017
Tiga tahun sudah sangat cukup merubah lelaki remaja bernama Jean menjadi anak yang pendiam, semakin sulit bersosialisasi, bahkan selalu menjadi bahan gunjingan oleh banyak orang. Kepergian Chandra banyak merubahnya. Dulu saat masih ada Chandra, Jean masih menjadi anak yang aktif, karena dia memiliki teman, Chandra-lah orangnya. Sedangkan sekarang, Apa yang harus dia lakukan? Satu teman saja dia tidak punya.
Dalam ruangan kelas pada kursi yang terletak di sudut paling belakang, di situlah Jean berada. Setiap harinya dia tidak jauh-jauh dari yang namanya buku. Tidak ada yang dapat dia lakukan di sekolah selain membaca. Jangan bertanya soal belajar, itu sudah menjadi makanan sehari-hari Jean.
Tangan lebar Jean dengan jeli membalikkan lampiran demi lampiran pada sebuah buku novel di tangannya. Sorot matanya begitu serius memandangi runtutan kata pada buku di hadapannya.
Bruk!
Tiga buku tulis dijatuhkan tepat di hadapan Jean. Jean tahu itu ulah siapa, tapi dia memilih tetap diam, tak menggubris, menoleh pun tidak, anak itu masih fokus dengan buku dihadapannya.
"Eh, nyet! Kerjain PR kita!" Lelaki bernama Arga berseru pada Jean sambil berlagak keren dengan memasukkan kedua tangannya pada saku celana.
"Woy! Kamu budeg ya?!" Elvano yang ada di samping Arga ikut berseru. Tapi Jean masih saja diam, tidak ada balasan darinya.
Dugh!
Semua sorot mata orang-orang yang ada di kelas seketika menoleh, menatap ke sudut kelas setelah mendengar suara keras dari meja Jean yang dipukul oleh Wisam.
"Jean! Kamu denger aku nggak sih?!" Wisam meraih buku novel yang tengah dibaca Jean, lalu melemparkannya ke sembarang arah.
Jean mengangkat kepala, memperhatikan dengan wajah datar pada tiga siswa yang tidak pernah punya lelah menganggu dirinya.
"Apa mau kalian?" Jean membuka suara, menatap bergantian pada tiga orang yang mengerubungi mejanya.
"Dasar budeg." Wisam berujar sarkas, lalu melesat pergi begitu saja, disusul oleh Arga. Semua orang di kelas memperhatikan kepergian Wisam dan Arga, termasuk Jean, begitu juga Elvano yang masih berdiri di samping mejanya.
"Kerjain PR kita bertiga, besok harus udah selesai." Cukup jelas penjelasan singkat dari Elvano sebelum anak itu ikut berjalan menyusul kedua temannya.
Jean menghembuskan napasnya kasar, kemudian beranjak ke depan kelas untuk mengambil buku novel miliknya yang baru saja di lempar oleh Wisam.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSA JEANDRA | Park Jisung
Teen FictionTak heran kalau Jeandra menyebut dunianya sudah tak layak lagi untuk dihuni. Badai dimana-mana, hujan tidak pernah berhenti, petir tak jarang bergemuruh. Tapi itu hanya ibarat, seolah semesta sudah benar-benar membencinya kala itu. Senyumnya bisa me...