"Semua orang juga berangan untuk pulih kembali. Tapi jika boleh dipertanyakan, hidup ini siapa yang punya kendali?"
- Aksa Jeandra -
"Kalau bukan karena kamu dan Ayahmu, aku nggak mungkin datang ke tempat kayak gini, nggak mungkin berakhir kayak gini, dan aku nggak mungkin gila seperti ini."
"SEMUA ITU KARENA KAMU DAN AYAHMU, BODOH!!!"
Keringat mengalir deras di pelipis Kirana, dadanya naik turun akibat napas yang berembus tak teratur. Namun kelopak mata gadis itu masih enggan terbuka, menikmati bunga tidur yang membuatnya larut dalam kecemasan.
"SEMUA ITU KARENA KAMU DAN AYAHMU, BODOH!!!"
Suara itu terus bermunculan, menghantui Kirana dalam lelapnya. Napasnya semakin tergopoh, dirinya kalut dalam kegelisahan.
"SEMUA ITU KARENA KAMU DAN AYAHMU, BODOH!!!"
Entah sudah yang ke berapa kalinya, suara itu kembali menyerbu bagai sekerumunan tombak yang terlempar dan menusuk dalam dada Kirana, memaksa gadis itu membuka mata, merasakan sakit dalam kesadaran.
"AAAAAAAA!!!"
Siapapun pasti terkejut menangkap jeritan Kirana, begitupun Jean yang tengah duduk di ujung perosotan sembari memangku Cello. Mata Jean membulat sempurna, tangannya yang sedari tadi mengelus lembut bulu Cello terhenti seketika. Bagaimana tidak, dia melihat Kirana yang berteriak kalap, menangis tersedu, menjambak dan memukuli kepalanya frustasi.
Jean sontak menurunkan Cello perlahan ke atas rumput, cepat-cepat dia membawa kaki menuju kursi taman yang kini disinggahi Kirana. Tanpa berpikir panjang, lelaki itu segera meraih tangan Kirana yang begitu cergas memukuli kepalanya sendiri.
"Hentikan, Kirana!" Jean sedikit berteriak, mencoba menyadarkan gadis di depannya, menahan lengan gadis itu yang masih mencoba menyakiti kepalanya sendiri.
"Hentikan, Kirana... Kumohon..." Entah tersihir apa, Kirana mendadak lemas, dia menjatuhkan tangannya, menyisakan isak sedu yang terdengar begitu menyakitkan di telinga Jean.
"Hiks... Hiks... Maaf..." Kepala gadis itu tertunduk, suaranya bergetar.
"Kirana?" Jean membungkukkan badannya, mencoba menilik wajah Kirana yang tertunduk.
"Maafkan aku... Maaf... Hiks... Maaf..."
"Rana? Kamu kenapa?" Jean dibuat panik bukan kepalang melihat Kirana semakin terisak-isak dan meracau tidak jelas. Bohong kalau Jean tidak sakit melihat kondisi Kirana yang seperti ini
"Maafkan aku! Tolong maafkan aku!! Maaf, Ma!!" Jean terkejut melihat Kirana yang kembali menjerit, namun dia lebih terkejut mendengar apa yang dikatakan Kirana diujung kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSA JEANDRA | Park Jisung
Teen FictionTak heran kalau Jeandra menyebut dunianya sudah tak layak lagi untuk dihuni. Badai dimana-mana, hujan tidak pernah berhenti, petir tak jarang bergemuruh. Tapi itu hanya ibarat, seolah semesta sudah benar-benar membencinya kala itu. Senyumnya bisa me...