"Mereka yang memilih pergi dan menghilang, pada dasarnya hanya ingin dicari dan ditemukan."
- Aksa Jeandra -
4 bulan kemudian...
Bau alkohol yang menyeruak, ruangan yang dipenuhi lampu diskotik dan musik yang volumenya hampir memecahkan gendang telinga seorang gadis yang sedari tadi berlari gelisah membuat beberapa orang yang tak sengaja ditabraknya meneriakinya sebal.
Mungkin kalau bukan karena Mamanya, gadis itu tidak akan pernah dan bahkan tidak sudi menginjakkan kaki di tempat haram seperti ini. Banyak orang mabuk tak sadarkan diri, berbusana tak karuan terbukanya, saling sentuh-menyentuh, mengeluarkan kata-kata vulgar, benar-benar menjijikkan.
Gadis yang mengenakkan sweater rajut dan masker hitam itu sudah berlari kesana-kemari selama kurang lebih lima belas menit. Sedikit menyapu keringatnya, menolak dan menepis sentuhan nakal dari para lelaki yang dilewatinya yang mungkin tengah mabuk, dia mencoba fokus pada apa yang tengah dicari.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, gadis itu sedikit tercengang atas apa yang ditangkap kedua bola matanya, tanpa disadari pelupuk matanya sudah dibanjiri dengan cairan bening. Gadis itu, yang tidak lain adalah Kirana, dia melangkah patah-patah, mendekati seorang pria yang tengah bercumbu dengan Mamanya, pria itu juga menciumi leher dan tulang selangka Mamanya.
Anak mana yang tidak sakit melihat orang tuanya melakukan hal tak senonoh seperti itu. Kirana tak peduli apa akibatnya nanti, dia berlari tergesa dan kemudian mendorong kasar tubuh pria yang tengah mencumbu Mamanya.
"Siapa kamu, hah?!" Pria itu membentak dan menatap nyalang pada gadis di depannya.
"Jangan berani-berani sentuh Mamaku!!!" Kirana tak kalah berteriak, gadis itu mati-matian menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Siapa dia, Mira?" Pria itu menoleh pada Mamanya Kirana yang bersandar di sofa dalam keadaan setengah sadar.
Mira mencoba berdiri, mendekati Kirana dan menatap anaknya sayup-sayup. Tangan Kirana yang terkepal kuat bergetar dan berkeringat, matanya berkaca-kaca menatap Mamanya yang tengah menurunkan maskernya dan kemudian justru tertawa singkat saat memperhatikannya.
"Dia anak gila Fredrick, kita pergi saja ke tempat lain."
Mira bergegas meraih tasnya di atas sofa, menggenggam tangan pria yang bernama Fredrick itu, mencoba mengajaknya pergi. Namun sebelum itu, Kirana mencekal tangan Mamanya, menahannya untuk tidak pergi.
"Jangan, Ma..." Gadis itu menggeleng-geleng pelan, memohon pada Mamanya. Tak ada sahutan apapun, Mira hanya menatap datar anak perempuannya itu, dan kemudian menghempas kasar tangan Kirana.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSA JEANDRA | Park Jisung
Teen FictionTak heran kalau Jeandra menyebut dunianya sudah tak layak lagi untuk dihuni. Badai dimana-mana, hujan tidak pernah berhenti, petir tak jarang bergemuruh. Tapi itu hanya ibarat, seolah semesta sudah benar-benar membencinya kala itu. Senyumnya bisa me...