Jika orang bilang 'kesempatan tidak datang dua kali' tapi apakah pantas kalau rasa sakit itu datang berkali-kali.
-Aksa Jeandra-
"Berita dari Singapura."
"Istri dari direktur Gumay, pemilik perusahaan saham terbesar di Indonesia yang kini tengah menetap di Singapura, ditemukan tewas di dalam kamarnya."
"Sampai kini polisi belum menemukan petunjuk mengenai kasus ini. Sebagian dari mereka menyatakan bahwa kasus ini merupakan percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh korban. Namun, pimpinan besar kepolisian Singapura menentang dugaan tersebut, dan beranggapan bahwa kasus ini adalah kasus pembunuhan."
"Dua asumsi itu masih belum ditemukan kejelasannya. Oleh karena itu, direktur Gumay selaku suami dari korban, meminta pada pihak yang berkenan, seperti jaksa, dokter forensik, maupun polisi, untuk menangani kasus ini lebih dalam."
Layar televisi itu telah dimatikan, tidak lagi nampak wajah penyiar berita yang tengah membawakan kabar dari Singapura, kini hanya tersisa gambar hitam saja.
Sekitar tiga meter dari tempat televisi berada, seorang lelaki berjas duduk di atas kursinya. Dialah yang baru saja menyaksikan berita tentang wanita yang tewas di Singapura. Lelaki itu menumpukan kedua sikut tangannya pada meja yang dipenuhi banyak kertas-kertas yang berserakan, menautkan jari-jemarinya, lalu menyeringai.
"Itu belum cukup buatmu, Gumay."
"Kalau kamu masih saja berulah, mungkin selanjutnya..."
"Anakmu."
🍁🍁🍁
Hari ini tepat seminggu setelah Jean menyelamatkan gadis asing yang hendak mengakhiri hidupnya. Remaja yang kini usianya sudah menginjak 15 tahun tengah menyusuri jalanan komplek sembari mendorong kursi roda yang diduduki oleh adiknya, Kania.
Mereka berdua memilih menikmati Minggu pagi ini dengan berjalan-jalan mengelilingi komplek, dan bermain sejenak di taman.
"Kak, Nia pengin minum." Jean yang belum sampai lima menit duduk di atas kursi taman segera bangkit kembali, mengiyakan permintaan adiknya, dan bergegas membeli minum.
"Kalian tau nggak jembatan besar yang ada di jalanan sepi itu?" Gadis yang tengah menyantap jajanan melontarkan pertanyaan pada kedua temannya.
Jean yang sudah siap berjalan menuju tempat dimana adiknya berada sembari membawa dua botol air minum, sejenak menghentikan langkahnya. Pertanyaan yang terlontar dari gadis yang tengah berkunjung di taman ini tiba-tiba masuk ke telinga Jean.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSA JEANDRA | Park Jisung
Fiksi RemajaTak heran kalau Jeandra menyebut dunianya sudah tak layak lagi untuk dihuni. Badai dimana-mana, hujan tidak pernah berhenti, petir tak jarang bergemuruh. Tapi itu hanya ibarat, seolah semesta sudah benar-benar membencinya kala itu. Senyumnya bisa me...