"Goresan luka kecil dari orang terdekat ternyata jauh lebih menyakitkan, dibandingkan kulit yang robek akibat sayatan pisau dari orang asing."
-Aksa Jeandra-
Napas Jean tersengal, anak itu masih berusaha merangkak, mencoba meraih ranselnya yang diinjak oleh kaki tak beradab milik Wisam."Angkat dia." Wisam memberi instruksi.
Arga dan Elvano yang sadar akan instruksi dari Wisam segeralah mereka melangkah maju mendekati Jean, memegang kedua lengan Jean, mengangkat tubuh itu dengan paksa, menahannya untuk tidak banyak bergerak.
Wisam menyeringai, meraih ransel Jean. Perbuatan yang tak berkemanusiaan, Wisam menyebat wajah Jean dengan ransel milik Jean sendiri, membuat wajah Jean yang tadinya sudah lebam membiru menjadi lebih babak belur.
"Kamu sengaja, kan?! Kamu sengaja kemarin nggak berangkat sekolah!!" Wisam menyeru, masih dengan memukulkan ransel pada wajah Jean.
"Kamu sengaja biar hukumanku ditambah, kan?!!"
"Kamu sengaja, kan, Jean?!!"
Kaki Jean bergetar, matanya sayu dan terpicing, tubuhnya lemas, tak mampu lagi menopang, dan berakhirlah dirinya ambruk di depan gudang belakang sekolah, tempatnya berada saat itu. Wajahnya sudah tak karuan wujudnya, lebam, bercak darah di ujung bibir, goresan luka di siku-siku tangan dan kakinya.
"Kamu sengaja, kan?" Sambil berjongkok dan menangkup dagu Jean, Wisam mengulang pertanyaannya yang tak kunjung mendapat jawaban.
"N-nggak.. a-aku nggak sengaja.. k-kemarin aku sakit.." Jean lirih menjawab.
Plak!
Arga dan Elvano yang berada di sana membulatkan mata, tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Wisam. Sungguh kejam. Setelah memukuli Jean, menghantam wajah Jean dengan ransel, dia masih tega menampar Jean yang hampir kehilangan kesadarannya.
"Cabut." Wisam kembali memberi instruksi pada kedua temannya.
Arga dan Elvano hanya bisa menurut, mereka melangkah menyusul Wisam yang berjalan mendahului. Meskipun sesekali mereka berdua melirik pada Jean yang terkulai lemas di depan gudang, memastikan bahwa Jean masih tetap sadar.
🍁🍁🍁
Wisam sungguh tak punya hati nurani. Setelah puas menghajar Jean, dia berlanjut membuat Jean kesulitan untuk pulang. Sepeda Jean tak dapat dipakai, bannya bocor, dan Wisam biang keroknya.
"Dia benar-benar belum puas." Jean bermonolog.
Tak ada yang dapat dimintai bantuan di sini, maka dengan terpaksa Jean menuntun sepedanya sekuat dia berjalan. Entah bisa sampai rumah atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSA JEANDRA | Park Jisung
Подростковая литератураTak heran kalau Jeandra menyebut dunianya sudah tak layak lagi untuk dihuni. Badai dimana-mana, hujan tidak pernah berhenti, petir tak jarang bergemuruh. Tapi itu hanya ibarat, seolah semesta sudah benar-benar membencinya kala itu. Senyumnya bisa me...