chapter 10; masa lalu

58 5 2
                                    

know; silahkan di dengar dulu musik yang di atas

Minho baru saja kembali ke dorm setelah mencari angin sore untuk sejenak. Namun, saat dia masuk ke dalam, ia sudah disuguhi oleh Chan dan adik tingkatnya mengelilingi pintu seakan-akan tidak memberikan Minho jalan. "Kenapa ya?" Tanya Minho. Chan mendekat ke arah Minho, dan Minho pun reflek berjalan mundur. Sekilas, Minho melihat raut wajah Felix yang... Sedih. Tentu sebagai seorang kakak, hatinya terasa seperti tergores oleh sebuah pisau.

"Abis dari mana?" Tanya Chan. "Nyari angin, gue bukan Lee Know Tinky Winky kok." Jawab Minho. Mendengar jawaban dari Minho, Felix mendekat ke arah Minho lalu memeluknya. Tentu saja Minho terkejut membeku dan merasa pundaknya basah, saat dilihat, Minho sekilas mendengar suara tangisan Felix yang samar-samar. "Lix...?" Kata Minho dengan nada yang kaku. "Hey, Lix, kenapa? Hm? Udah jangan nangis, ada aku di sini." Minho membujuk Felix agar anak itu tenang, namun malah sebaliknya, tangisan Felix justru semakin deras, alhasil tangan Minho bergerak untuk memeluk Felix dan mengusap-usap kepalanya. "Cup.. cup.. kakak di sini. Gausah takut, mau cerita gak?" Tanya Minho dengan nada yang sendu, Felix hanya bisa menggelengkan kepalanya di leher Minho. "Gak mau? Yaudah, kakak gak maksa. Jangan nangis lagi ya?" Kata Minho yang dibalas dengan anggukan oleh Felix di lehernya.

Minho tak berhenti mengusap-usap kepala Felix, apalagi dengan keadaan Felix yang berantakan seperti sekarang. Minho menatap rekan-rekannya terutama Chan dengan tatapan yang bertanya-tanya. "Felix kenapa?" Tanya Minho pada yang lain. "Kata Jisung trauma Felix balik lagi." Kata Chan, mata Minho membulat terkejut.

Flashback on.
Dua anak laki-laki sedang bermain kejar-kejaran di halaman rumah mereka. "Kak Minho! Tangkap aku!" Kata sang adik sembari membawa kincir angin dan tertawa. "Yongbok-ah! Jangan lari-larian!" Sang kakak mencoba memperingatkan sang adik agar tidak terjatuh karena ia melihat sebongkah batu, namun terlambat, sang adik justru terjatuh akibat dari batu tersebut.

"Yongbok!" Sang kakak menghampiri adiknya untuk memastikan apakah adiknya terluka atau tidak. Lutut dari sang adik memang terluka, tapi anak itu justru tidak menangis, melainkan tertawa. Sang kakak berjongkok di depan adiknya dan memberikan sang adik sebuah plester untuk luka di lututnya. "Lain kali hati-hati, ini lagi malah ketawa!" Kata sang kakak yang membuat adiknya semakin tertawa. "Udah ih jangan ketawa! Nanti dikira orang gila loh." Ujar sang kakak dengan niat bercanda, tetapi sang adik justru berhenti tertawa dan melihat kakaknya yang sedang memasangkan plester ke lututnya. "Dah! Lain kali jangan lari-lari lagi, ayok masuk, kamu laper kan?" Kata sang kakak yang membantu adiknya berdiri, adiknya yang mendengar hal itu hanya mengangguk saja dan mengikuti kakaknya masuk ke rumah.

Saat mereka masuk ke dalam rumah, pandangan yang mereka tidak ingin lihat ada di pandangan mereka saat ini. Kedua orang tua mereka bertengkar hanya karena... Masalah anak-anak dan perceraian mereka. "Ok! Kalau gue sama lo udah cerai, gue bakal bawa Yongbok ke Australia dan tinggal di sana!" Kata sang ayah pada sang ibu, ibu yang tidak terima pun secara langsung membela Yongbok. "Gak bisa gini! Lo mending bawa anak gak berguna itu!" Kata sang ibu, sang kakak yang mendengarnya pun langsung mengajak adiknya ke dapur, "Yongbok, daripada disini mending ke dapur yuk, udah laper kan? Kakak bikinin tonkatsu deh." Kata sang kakak yang masih bisa tersenyum walau kecut. Sang adik tersenyum lebar, entah kenapa ia selalu merasa senang ketika ia mengetahui bahwa kakaknya yang memasak. "Yongbok duluan ya! Nanti kakak nyusul." Kata sang adik lalu berlari meninggalkan kakaknya. Sang kakak memperhatikan kedua orangtuanya yang masih bertengkar lalu menghampiri vas bunga kesayangan ayahnya.

Prang!

Suara vas bunga yang pecah pun menghentikan pertengkaran kedua orangtuanya. Sang ayah menghampiri barang kesayangan yang terjatuh tepat di samping Minho. "Lo ngapain sih?! Udah gila Lo?!" Kata sang ayah sembari menampar pipi Minho. Minho tidak menjawab apapun, ia memilih diam. Ia sekilas melihat mata ibunya dengan penuh kesedihan, sebenarnya ia juga tidak ingin melakukannya tetapi nalurinya berkata lain. "JAWAB LEE MINHO!" Teriak sang ayah. Sang adik yang duduk di meja makan pun turun dan mengecek ke ruang tamu. "Kak Minho...?" Betapa terkejutnya ia yang melihat kakaknya dipukuli tanpa henti oleh ayahnya sendiri.

"Kak Minho!" Anak itu menghampiri kakaknya yang sedang dipukuli ayahnya, alhasil ia juga ikut terpukul. "Yongbok!" Sang ibu menghampiri kedua anaknya, namun yang masuk dalam pelukannya hanya salah satu dari mereka, yaitu Yongbok. "Lu kalau mau pukul Minho, pukul dia aja! Jangan sampai lo ikutan mukul Yongbok! Dia masih kecil!" Kata ibu dengan menangis histeris. Minho? Ia hanya diam dengan tatapan kosong dan mencoba untuk tidak pingsan saat itu juga atau dia akan semakin dimarahi. Namun dirinya sudah tidak kuat, "A..yah.." Kata Minho dengan lirih sebelum ia pingsan.
Flashback off.

"Maaf ya bikin Felix khawatir, kakak di sini." Kata Minho yang masih mengelus surai Felix. "Kalau kamu ngasih tau Jisung berarti yang lain udah tau?" Tanya Minho dengan berbisik ditelinga Felix, Felix hanya bisa mengangguk lemah. Ujung bibir Minho melengkung, "Bagus lah, kakak gak perlu ngasih tau lagi." Katanya. "Chan." Yang mempunyai nama pun menoleh ke arah sumber suara, "Ya?" Jawabnya. "Boleh Felix balik ke kamarnya?" Tanya Minho, Chan hanya bisa menggeleng yang memberi tanda tidak boleh, "Gak bisa Ho, atasan ngasih jatah introspeksi diri Lo selama sebulan." Katanya. ‘anjing banget sih presider Cho, udah tua bangka, masih aja merintahin gue buat introspeksi diri selama sebulan.’ batin Minho. Felix yang mendengar hal itu dan masih dalam pelukan Minho langsung menekan Minho dengan sedikit tenaga yang menandakan bahwa ia ingin bersama Minho. "Aduh aduh! Lix longgarin dikit!" Kata Minho. "Kalau kak Minho introspeksi diri sendirian, gue temenin. Gak ada tapi-tapian." Kata Felix dengan suara serak akibat menangis tadi, jujur ia juga kesal dengan atasan dari ORION yang begitu menekan mereka. Yang lain hanya bisa menatap Jisung untuk meminta persetujuan sebagai ketua BLAZER, "Boleh, ambil aja tu anak." Kata Jisung.

"Tapi sung–"

"Gak.ada.tapi-tapian."

"Oke." Hyunjin langsung bungkam.









"Ah, sayang banget udah baikan lagi."
-???





































know; AKHIRNYA BISA UP LAGI SETELAH 6 HARI UJIAN, yes, aku hiatus karena ujian :DD
niatnya mau bikin chapter yang angsty tapi gak bisa ;D

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[1] 𝐎ŗ̸̘̭̗̗̥̲̮̬̹̉dinary Arcade.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang