Bejo Bin Ali Muhrizam, alias Bejo anak dari bapak yang bernama Ali Muhrizam, berada di pesantren sejak kelas satu SMP.
Banyak dari kalangan orang tua yang menyadari minimnya ilmu agama di lingkungan tempat tinggal yang hanya diberikan masjid atau musholla tak berpenghuni. Bangunan mulia itu buka hanya pada saat sholat fardhu berkumandang.
Tidak ada anak yang mengaji di dalam sana, karena tempat untuk mengaji Al-Qur'an ada pada bangunan yang sering disebut dengan istilah "Taman Pendidikan Al-Qur'an" tempat ini telah mendapatkan lisensi dari pengurus pusat, dan mendapatkan sertifikasi yang terpercaya.
Awal mula Bapak Ali Muhrizam berencana membiarkan anaknya mengaji di TPQ itu, yang jarak dari rumahnya membutuhkan waktu kurang lebih dua jam. Bejo sebenarnya bisa menikmati hari-harinya sebagai santri mengaji.
Namun karena berbagai alasan yang membuat dirinya harus di keluarkan dari sana, maka bapak Ali Muhrizam memutuskan untuk membawa Bejo ke pesantren.
Pesantren dengan kekuatan pelindung paling kuat, pembatas di antara santri putra dan santri putri begitu tebal, tidak ada kata transparan di dalam bahan bakunya.
Pesantren-pesantren yang keseluruhannya berada di dalam gedung. Jadi mereka tidak pernah keluar dari kawasan pesantren kecuali jika sedang berlibur.
Pondok pesantren Al-Ukhuwah namanya, warna putih adalah warna utamanya. Setelah memasuki pesantren Al-Ukhuwah, rasanya seperti sedang berada di dalam negeri dongeng, walau tidak akan bertemu kuda terbang dari sini.
Mengaji Al-Qur'an dan mengulas isi kitab kuning adalah ciri khas yang sudah tertanam di pesantren ini. Tentu saja peraturan di dalamnya menyesuaikan hak-hak dan kewajiban para santri, terutama sholat berjama'ah.
Bejo adalah salah satu dari dua puluh santri di dalam sana, mereka berjumpa dengan santri putri hanya pada saat sholat dan mengaji di dalam surau. Tentu saja kain pembatas masih berada di antara mereka sebagai penghalang syahwat atau tatapan kontak mata lawan jenis.
Kebanyakan waktu mengaji Al-Qur'an atau mengaji kitab kuning, sering kali didapati satu sampai dua orang santri yang tertidur di waktu ngaji, dan kedua matanya kembali terlihat segar ketika ustadz menutup kegiatan mengaji mereka.
Rutinitas yang menjadi bagian dari kehidupan mereka (para pengantar tidur) kegiatan mengaji menjadi seperti rumah kedua bagi mereka.
Begitupun bagi Bejo sendiri.
Bejo adalah anak yang terlanjur santai, dia pendiam, juga tak banyak tingkah bila sedang berada di dalam surau yang berisi dengan santri putri.Di usia remaja, seorang anak sudah bisa mengalami hormon ketertarikan terhadap lawan jenis, dan anak-anak di pesantren tentu akan mengalami masa itu.
Bahkan di balik tirai pembatas pun, dunia per-caper-an akan melanda suasana di dalam surau. Saling mengagumi tapi tidak bisa mengungkapkan karena terbatasi.
Bejo tidak bisa begitu. Dia tidak bisa membuat dirinya terlihat menarik di mata santri putri.
Lemah, letih, lesu selalu terlihat dalam diri Bejo.
"Jo, kenapa kau nggak bisa bersemangat, sih?! Lihat tuh, ada Mbak Anisha, santri putri paling cantik!! Emang kau ndak tertarik?" Ujar Subhan, santri putra yang satu kamar dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen Fantasi : Cinta Yang Terbagi
Short StoryCerita fantasi yang tak begitu panjang juga tak begitu rumit namun menghadirkan misteri yang tak akan pernah usai Kumpulan Cerpen Fantasi 1. Berbagai genre 2. Nama tokoh yang sama tidak mempengaruhi cerita 3. Sad ending semi happy ending Saran, k...