Aku memandang jasad yang bernyawa itu seperti dalam mimpiku. Aku bermimpi ia terkapar di atas ranjang pasien yang dingin ini sementara diriku melayangkan sebilah pisau ke atas wajahnya. Aku tidak sedang menghujam dirinya dengan senjata runcing itu.
Aku hanya sedang bermimpi. Mimpi yang kupikir benar-benar nyata sebelum aku membukakan mata di pagi buta. Benar-benar gila, batinku bersuara. Mataku tetap fokus memandangnya. Orang yang seharusnya aku panggil kakak. Sekarang sedang terbaring lemah semacam adik kecil yang sedang tertidur pulas.
Ia tertidur seperti manusia yang mati, tidak ada suara yang hidup selain alat-alat aneh yang membantunya untuk tetap bernafas. Selang itu menempel di punggung tangan kirinya yang rapuh, suara tuut-tuut dari komputer pendeteksi detak jantung itu masih bergemeresik seperti suara token listrik yang mendekati limit.
Anganku masih tak percaya, di depan mata kepalaku yang nyata aku melihat sesuatu yang seharusnya tidak kuasa kupandang. Seseorang yang berharga dalam hidupku, tak bisa aku lupakan dari ingatanku. Ketika aku memperlakukannya seperti boneka pemuas hasrat pribadi itu, kini terbaring seperti manusia kertas yang basah, baju pasiennya terlihat kebesaran ketika dirinya yang mengenakannya.
Aku tetap tak bergeming, aku tetap diam serupa patung dupa yang berdiri di depan mayat yang bernyawa. Wajahnya terlihat sempurna.
Kedua alisnya begitu cantik, setebal goresan pena di atas kertas yang rapuh, menaungi kedua matanya yang lebar. Begitu indah tampak terlihat berteduh di bawah alisnya yang selebat pohon musim semi.
Rambutnya sama seperti dulu, agak acak-acakan, keriting seperti akar laut. Malam tadi aku tak sempat menjenguknya, hanya bisa menyisakan rasa luka dalam ingatannya.
Betapa ia terus memanggil namaku sembari memohon agar aku berhenti melakukannya. Yang masih menghentakkan kebencianku padanya. Tepat di tempat ini, malam itu.
"Hentikan, Hong Joong~i. Kumohon hentikan!!"
"Kau telah menyakiti hatiku!! Kini saatnya kau merasakan semua rasa sakitku! Kau harus tahu akibatnya!! Kau telah menyakiti hatiku!!!"
"Tidak, Hong Joong~i!!! Kumohon hentikan! Biarkan aku menjelaskannya padamu!! Aahh...Hong Joong~i!"
"Hyung*... Aku mencintaimu."
"Hong Joong~iiiii!!!!"
Masih terekam jelas dalam ingatanku seiring aku menatap lama wajah yang terlelap itu. Sampai aku memalingkan mata dari sana, menghentikan bayangan yang semakin memekakkan telingaku.
Aku merindukannya.
Aku merindukan suaranya yang terus memanggilku. Aku merindukan kedua matanya yang sayu sedang memohon kepadaku.
Namun dia terlihat rapuh di hadapanku kini. Tampak tak berdaya, merasa tak bisa berbuat apa-apa selain diam di atas ranjang pasien itu. Benar-benar!! Batinku sembari menggenggam tanganku erat, mengepal hingga buku-buku jariku memutih.
Kenapa kau terlihat lemah di hadapanku sekarang, Ha?! Kau pikir dengan begitu aku bisa iba denganmu?! Gitu maksudmu?! Ha?!! Jawab!!
Mana mungkin aku mengguncangkan batinku agar ia dapat mendengar suara hatiku yang berantakan ini hanya dengan cara gila seperti itu. Di samping keadaannya yang tak sadarkan diri.Kuanggap kini ia benar-benar tertidur meski telinganya menyala sekalipun. Aku tak peduli jika dia benar-benar dapat mendengar suaraku.
"Aku tidak akan bersuara apa-apa sekarang." Bisikku akhirnya, "maafkan aku, hanya ini yang bisa aku berikan padamu." Sambungku, sembari menyelipkan sebuket bunga mawar berwarna merah muda di sebelah lengan kirinya.Seakan diriku berusaha untuk tidak membangunkannya, toh, aku kemari tidak atas izin dokter yang bersangkutan. Atau aku tidak memberitahukan Yoohyeon sebelumnya untuk datang mengunjungi Bum Joong.
Aku sedikit menggigit bibir bawahku, tak tega untuk meninggalkan dirinya sendiri di tempat dingin nan sepi seperti rumah sakit ini.
Hatiku remuk saat mengatakannya, "Yaaah...kau mungkin tidak akan memaafkan aku, kan?" Tanyaku setelah menghela nafas sejenak, seolah menantang bahwa hanya dengan berbicara di hadapan dirinya yang seperti itu tidak akan bisa membantahku, sambil memasukkan kedua tanganku ke saku celana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen Fantasi : Cinta Yang Terbagi
Kısa HikayeCerita fantasi yang tak begitu panjang juga tak begitu rumit namun menghadirkan misteri yang tak akan pernah usai Kumpulan Cerpen Fantasi 1. Berbagai genre 2. Nama tokoh yang sama tidak mempengaruhi cerita 3. Sad ending semi happy ending Saran, k...