1.9

21 12 0
                                    

Cittttt...

Suara motor Arki yang sengaja ia hentikan secara paksa di depan gerbang sekolah.

Calla melepas helmnya. Ia memandang sebal ke arah Arki.

"Maksud lo apa sih? Emang sengaja apa gimana?" kesal Calla yang masih duduk di jok motor Arki.

Arki yang mendapat omelan dari Calla malah terkekeh. "Yaudah turun." titah Arki santai.

"Maksud lo?" kaget Calla.

"Gue mau lo turun." pinta Arki sekali lagi.

"Kenapa gak di parkiran aja?" katanya sinis.

"Gue maunya lo turun di sini." Calla memutar bola matanya kesal, pria yang ia hadapi ini memang seperti berniat mencari masalah dengannya.

Arki terkekeh pelan, "Bercanda sayang." Sementara satu tangan Arki mengusap lembut ujung kepala Calla.

Ia turun dari motor lelaki itu sembari memberikan tatapan kesal. "Lo itu jadi cowok, nyebelin! Pertama, lo tiba-tiba jemput gue. Kedua, lo juga ngebut di jalanan bikin nyawa gue mau terbang. Terus sekarang, lo rem mendadak dan nyuruh gue turun di sini? Gak habis pikir. Intinya gue benci benci benci sama lo!" cerocos Calla.

Arki tersenyum tipis, mendengar ocehan gadis itu membuatnya senang.

"Ngapain lo malah senyum senyum gitu?"

"Lo makin lucu kalau lagi kesel gini." Calla terkekeh geli lalu mengangkat satu jari tengahnya, lalu pergi meninggalkan Arki.

Arki tersenyum melihat kepergian Calla. "Cewe aneh, tapi gue suka."

✮ ✮

Jam kosong adalah jam pelajaran yang paling menyenangkan. Bagi mereka yang merasakan jam kosong, seperti terbebas dari penjara. Masing-masing dari mereka memiliki kegiatan, entah bermain game, bergosip, serta tidur.

Calla mengikat rambutnya dengan karet yang ada di tangan sebelah kanan nya yang memang selalu disiapkannya di sana.

"Cal, pacar lo mana?" Calla menoleh malas. Lagi-lagi suara menyebalkan ini.

Mendengar itu, rasanya Calla ingin meninju dua sehabatanya ini. "Bisa gak stop bilang pacar gue?!" serunya membuat Adel menyengir tanpa dosa.

"Mending sekarang kita tidur aja dari pada berantem." Yesha langsung menenggelamkan wajahnya di lingkaran tangan yang sudah dibuatnya.

"Setuju!" Adel pun mengikuti Yesha untuk tidur disaat jamkos.

Calla mengedarkan pandangannya menyisir seluruh isi kelas. Matanya berpendar mencari-cari keberadaan seseorang yang tiba-tiba menghilang begitu jam pelajaran pertama berakhir.

Selepas memasukkan buku-buku pelajaran miliknya ke dalam tas ransel biru miliknya, gadis itu pun segera beranjak pergi meninggalkan ruang kelas yang sebagian sudah tak berpenghuni akibat jam kosong kali ini.

Calla berjalan pelan menyusuri koridor. Matanya berpendar bebas menatap lapangan yang terlihat ramai.

Ia berhenti sejenak, indera pelihatannya ia pertajam untuk menangkap seseorang yang tengah berdiri di atas sana. Ia segera melangkah menuju tempat itu yang memang jarang sekali ada siswa di sana.

Calla berlari tergesa menuju anak tangga yang menghubungkan koridor lantai 2 menuju rooftop.

"ARKI PLEASE JANGAN LONCAT!" teriaknya sembari mengatur nafasnya karena berlari dari lantai bawah sampai rooftop.

Sang empu yang merasa terpanggil langsung membalikkan badannya.

"Cal? Kenapa?" Arki menatap Calla dengan kedua alisnya yang terangkat penuh.

"Lo mau bunuh diri kan?" lantas pemuda itu tertawa menyambut pertanyaan Calla.

"Kenapa? Tadi katanya benci." goda Arki.

"Ya lo nyebelin sih."

"Iya maaf maaf." Arki mengelus ujung kepala Calla dengan lembut.

"Terus lo ngapain di sini?" tanyanya.

Arki menoleh. "Sumpek di kelas."

"Kan yang bikin sumpek juga lo." Calla tertawa renyah.

Arki mengacak ngacak rambut gadis itu. "Sering-sering ketawa ya, walaupun ngetawain gue."

"Ih Ki, rambut gue berantakan!"

Beberapa menit hening, Calla dan Arki menatap datar langit. Namun, Arki memecahkan suasana dengan pertanyaannya, "Cal, kenapa lo jarang senyum? Padahal kalau lo senyum cantik banget."

"Tersenyum itu butuh alasan, Ki." jawab Calla yang masih setia menatap langit.

Arki diam. Sedari tadi ia hanya tersenyum dan menatap Calla tepat dibola matanya, hal itu membuat Calla justru salah tingkah. "Gak pegel itu senyum-senyum terus?"

"Enggak! Kan kata lo tersenyum itu butuh alasan, makanya gue senyum. Karena lo adalah alasan gue buat tersenyum." jawab Arki yang membuat Calla malu.

Calla mendelik. "Aneh."

"Cal, serius. Lo indah banget, apalagi kalau senyum. Pasti Tuhan ciptain lo ketika tersenyum ya?"

Seketika Calla dibuat terdiam, ia perlahan menatap mata Arki lekat kemudian menarik nafas perlahan.

"Thanks, gue tau kok." katanya sambil menjulurkan lidah.

Arki mengacak rambutnya frustasi. "Dasar, kanebo kering!"

Perlahan pembicaraan mereka pun kembali hangat, gelak tawa terdengar dari atas gedung itu, melihat dua burung yang sedang hinggap bersantai di rentangan kabel. Kepakan sayapnya terdengar menderu di atas mereka berdua, beberapa saat kemudian burung-burung yang lain kembali hinggap di tempat yang sama, memandangi dua orang yang sedang berbagi rasa.

Ascella StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang