1.1

40 11 0
                                    

Kring kring kringg..

Jam 07.10 wib.

"OH MY GOD!!!!" pekiknya setelah membuka mata dan melihat jam. "Gilaaa gue telat!!!" Tubuh ramping itu langsung melompat dari tempat tidur dan segera masuk kamar mandi hanya untuk mencuci muka dan menggosok gigi saja.

Dalam waktu kurang dari 15 menit gadis itu sudah siap untuk berangkat ke sekolah.

"Mang tolong cepetan dikit ya, aku udah telat!" pinta Calla kepada Mang Aceng supirnya.

"Siap Neng!"

Mang Aceng memang sudah dipercaya selama puluhan tahun oleh keluarganya, bahkan Calla menganggapnya sebagai ayah.

Sepuluh menit telah berlalu, dan berkat dari setiran maut Mang Aceng, sekitar 400 meter lagi mereka akan sampai di sekolah. Namun, tiba-tiba mobil mereka sama sekali tidak bisa bergerak.

"Kok berhenti, mang?" Calla menggerutu sambil menggigit kuku jari telunjuknya yang mulai panjang.

"Kayaknya bannya bocor. Saya cek sebentar ya." jawab Mang Aceng sambil keluar dari mobil.

Calla tidak bisa tenang. Menatap ke sana kemari lalu ia menatap jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya. "Anjir jam segini." Pasalnya, kalau ia terlambat, ia akan dihukum oleh pihak sekolah.

Ia terdiam sejenak untuk berpikir sebelum akhirnya ia memutuskan untuk turun dari mobil dan berlari ke sekolah karena jaraknya yang sudah tidak terlalu jauh itu.

"Dikit lagi sih, gue lari aja deh." Calla bergumam kemudian ia keluar dari mobil.

"Mang! Calla duluan!" ujar Calla melambaikan tangannya berlalu pergi.

"Neng! Jangan!" Mang Aceng sudah menahannya namun tetap saja tak berhasil.

400 meter bukanlah jarak yang dekat dan tidak pula terlalu jauh, namun ia yang hampir tidak pernah berolahraga itu menganggap 400 meter merupakan jarak yang sangatlah jauh. Matahari yang terik juga membuat ia yang mudah merasa lelah menjadi jauh lebih lelah lagi.

"Huh.. Hahh.." Calla mengatur nafasnya yang sudah terengah-engah karena sudah berlari lumayan lama.

Brakk!!

"Aww.."

Calla terjatuh setelah sebuah motor menyerempetnya. Calla tersungkur, begitupun si kedua pengendara motor yang saling berguling di aspal, kendaraan keduanya berbenturan sangat keras.

"Jangan kabur anjing!" ucap laki-laki pengendara motor tersebut kepada pengendara motor yang sudah sengaja menyenggolnya, kemudian ia mencoba bangkit untuk meminta tanggung jawab kepada pengendara tersebut, namun sayangnya, motor itu langsung melaju cepat sehingga ia tidak berhasil mengejarnya.

"Pengecut!" pekiknya kasar.

Tak lama beberapa motor berhenti tepat di depan lelaki itu. Lelaki itu hanya memerintahkan segerombolan motor itu untuk mengejar motor yang baru saja sengaja menyenggol motornya. "KEJAR MOTOR ITU!" lelaki itu menunjuk motor tadi sambil mendengus kesal.

Lalu gerombolan geng motor itu pun segera mengejar seseorang yang sedang melajukan motornya belum jauh dari tempat kejadian.

Pria itu membuka helm full facenya dan melihat keadaan seseorang yang tidak sengaja ia senggol hingga terjatuh.

Calla hanya bisa menutup matanya ketika kecelakaan itu berlangsung begitu cepat di depan matanya. Napasnya memburu dan seluruh tubuhnya terasa bergetar. Kaget, panik, takut, itu yang saat ini dirasakan oleh Calla.

"Lo gapapa?" hey bisa-bisanya dia masih menanyakan hal yang pasti jawabanya tidak.

Calla membuka matanya ketika kondisi badannya sudah tidak gemetar. "Menurut lo?" Calla berusaha bangun dari aspal, lututnya terasa perih.

"Biar gue bantu." laki-laki itu merangkul pundaknya. Ia Membawa Calla untuk berdiri di bahu jalanan.

Lelaki itu mendongak dan kemudian matanya melirik pada baju seragam Calla, di sana ada simbol kecil dimana simbol sekolah yang sama dengan sekolah barunya. "Sma Angkasa?" Calla mengangguk membenarkan.

"Kaki lo luka, bareng gue aja ya?" tanya lelaki itu yang dibalas anggukan kecil oleh Calla.

Kemudian lelaki itu mencoba membantu Calla, tetapi justru Calla menepis tangannya. "Lo ambil aja motor lo." lelaki itu pun mengangguk.

Pria itu memakai helmnya, lalu kembali menaiki motornya dan memutar balik untuk menghampiri Calla.

"Ayo naik!" lelaki itu menepuk jok penumpang yang terhitung tinggi. Namun, ia kesulitan saat menaiki motor besar milik lelaki itu. Menyadari hal itu, si lelaki memiringkan motornya hingga dapat dijangkau oleh Calla.

"Bisa?" tanya lelaki itu.

"Bisa" jawabnya singkat.

Pria yang melihat pergerakan itu hanya tersenyum di balik helmnya. "Pegangan biar gak jatoh." katanya saat Calla sudah duduk nyaman di atas motor.

Ia tak menggubris itu dan langsung berpegangan pada bagian belakang jok motor. Laki-laki yang melihat itu hanya berdecak kesal.

"Pegangan badan gue, kalau lo jatoh gue gak mau tanggung jawab." lelaki itu menjalankan motornya. Ia sengaja menarik gas mendadak agar badan Calla terhuyung ke depan memeluknya.

"Bisa nyetir gak sih lo?" Calla mendelik sebal pada lelaki itu.

"Kan gue bilang tadi pegangan." lelaki itu kembali menjalankan motornya.

Perlahan kedua tangan Calla berpegangan pada pundak lelaki itu. "Emangnya gue ojek." umpat lelaki itu dibalik helmnya.

Ascella StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang