1.3

34 12 0
                                    

Tring tring tring...

Bel istirahat berbunyi, semua siswa bersiap-siap untuk ke kantin. Tetapi tidak dengan Calla. Menurutnya kantin adalah tempat yang paling membuatnya sumpek dan tidak nyaman. Tempat yang sangat ramai dan diisi oleh semua murid dari semua kelas. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk membawa bekal setiap harinya agar ia tidak perlu ke kantin.

"Kita ke kantin dulu ya, Cal." kata Yesha dibalas anggukan oleh Calla, yang artinya Calla setuju.

Tak lama itu, seseorang datang menghampiri nya dan berhenti di depannya. Ia pun tersadar lalu perlahan mengangkat kepalanya untuk melihat orang itu.

"Gue udah maafin lo." ujarnya dengan muka datarnya.

"Belum juga ngomong."

"Terus?" jawabnya tanpa melihat wajah lelaki itu.

"Gue cuma mau ngasih ini. Kaki lo luka gara-gara gue makanya gue bawain ini buat lo." Arki memberikan sekotak P3K.

"Gue bantu obatin deh." ujar Arki seraya membuka kotak P3K.

"Gak usah." tolaknya.

"Yaudah, nanti lo obatin ya. Gue duluan ke kantin."

Calla tetap tidak peduli kemudian ia membuka kotak bekalnya dan menggigit sandwichnya dengan lahap.

✮ ✮

Bel pulang pun berbunyi, kini Calla dan Yesha sedang menunggu jemputan di depan gerbang sekolah.

Tin tinn..

Calla dan Yesha bergegas pergi menuju ke arah mobil jemputan itu dan segera masuk ke dalam mobil.

"Mang, Calla mampir ke makam dulu ya." pinta Calla kepada Mang Aceng.

"Siap Neng!"

Mang Aceng memang sudah biasa dengan kebiasaan Calla. Ia tidak masalah kalau memang itu membuat Calla nyaman, walau terkadang lama menunggu. Mang Aceng tetap setia mununggu kok.

Calla berhenti di depan sebuah makam dan berjongkok lalu meletakkan seikat bunga anyelir berwarna merah.

Wajahnya yang biasa menunjukkan ekspresi datar perlahan berubah dan membentuk senyum manis.

"Hai, Ze!" Sapanya hangat sambil mengelus nisan bertuliskan nama seseorang yang sangat dia rindukan.

Azetta Cathlenna
Lahir: 13 - Juli - 2006
Wafat: 03 - Juli - 2020.

Calla bergerak dan duduk sambil memeluk lututnya, tepat disebelah makam itu.

Ia menarik napas dalam saat merasakan sesak di dadanya. "Kenapa tidur lo lama banget?"

Hening.

Ia tersenyum kecut, ketika sadar bahwa Zetta tidak akan pernah bisa menjawab pertanyaannya lagi.

"Gue minta maaf, Ze. Gue kembaran lo tapi gue gak berguna banget buat lo." katanya hingga tak sadar setetes demi setetes air mata Calla terjatuh membasahi pipi mungilnya.

"Kenapa lo yang harus pergi sih, Ze? kenapa dunia enggak adil buat gue? Hiks" tak kuat menahan semuanya, air mata Calla benar benar membasahi wajah Calla.

Flashback on

"Ze, kok lama ya? Jam segini belum pulang."

"Coba lo telfon."

"Gak diangkat-angkat."

"Mungkin masih dijalan."

Tak lama, ponselnya berbunyi menandakan ada seseorang yang meneleponnya.

Dret dret drett..

"Nomor siapa ya?" Keningnya berkerut saat ada panggilan masuk dari nomor yang tak di kenal.
Sebenarnya dia tidak mau mengangkatnya, tapi ia takut kalau telepon tersebut penting.

"Halo?" Sapa Calla yang akhirnya menjawab panggilan telepon tersebut.

"Selamat malam. Apakah betul ini keluarga dari Azetta Cathlenna?"

"Betul pak, adik saya kenapa ya?"

"Kami dari pihak kepolisian mau mengabarkan jika telah terjadi kecelakaan di jalan raya Bandung, korban meninggal dunia bernama Azett- " perlahan handphone Calla terlepas dari genggaman nya ke lantai.

Tubuhnya bergetar tak menentu. Jantungnya berdebar kencang, aliran darahnya mengalir deras, gadis cantik tersebut menggigit kuat bibir bawahnya dengan wajah yang menggelap. Lalu ia menatap Yesha dengan wajah ketakutan, "Ze.." ucapnya lemas. Tak lama ia pingsan didekapan Yesha.

"Cal, kenapa?" tanya Yesha yang khawatir saat melihat Calla jatuh pingsan.

Yesha dengan cepat mengambil handphone Calla yang terjatuh di lantai, lalu mulai bertanya kepada orang yang ada disebrang sana.

"Halo, ada apa ya?"

"Mohon maaf atas kabar buruknya. Kami hanya mau mengabarkan bahwa korban kecelakaan bernama Azetta Cathlenna telah meninggal dunia. Mohon pihak keluarga segera datang ke lokasi."

"Innalillahi.. Terima kasih atas kabarnya pak. Saya segera kesana." ujarnya, kemudian mematikan panggilan telfon. Yesha menaruh hp itu di sampingnya. Lalu ia terduduk lemas sembari memeluk Calla.

Flashback off

"Calla." seketika panggilan itu membuat lamunan nya menjadi buyar. Padahal kejadian itu sudah lama tapi entah mengapa memori memori itu terus berputar dikepalanya, tentu saja itu sangat mengganggunya.

"Lo sendirian di sini?" Ia tidak cepat-cepat menoleh, karena tiba-tiba jantungnya berdetak kencang tak karuan.

Ia buru-buru menghapus air mata yang sudah membasahi pipi mungilnya. Ia memang dari dulu tak suka terlihat lemah oleh siapapun. Meskipun ia ingin menangis sekalipun, tetap ia tahan jika ada orang lain di sekitarnya. Dasar Calla, tetapi begitulah watak gadis itu. Sok kuat.

Ia menyadari suara seorang pria yang tadi memanggilnya dari belakang, suara yang tidak asing ditelinganya. Dan benar saja, suara itu milik Arki. Si cowok aneh yang seharian ini mengganggunya.

Ia menoleh sejenak. Bukan untuk menjawab pertanyaan pria itu, namun untuk pergi meninggalkan lelaki itu sendirian.

Setelah sampai di rumah, Calla mengempaskan punggungnya pada sandaran sofa sembari menghela napas panjang dengan mata terpejam. "Itu cowok, udah aneh hidup lagi." gerutunya kesal.

Yesha menatap Calla horror. "Siapa?"

"Itu si murid baru." gerutunya kesal.

"Awas naksir." singkat, padat, dan jelas membuat Calla semakin badmood.

Calla memutar bola matanya. "Najis!" Yesha yang mendengar itu hanya membalas dengan cengiran tanpa dosa.

Calla rasa semua orang lagi enggak beres hari ini. Semua orang membuat ia pusing tujuh keliling.

"Gue buat dosa apa sih kemarin sampe hari ini kayaknya nyebelin banget buat gue." gerutu Calla sembari menaiki tangga satu persatu untuk menuju kamarnya.

Ascella StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang