10

43 7 0
                                    

"Bisakah aku bertanya satu hal padamu? Mengingat kau datang dari masa depan, pasti kau tahu siapa pendampingmu setelah aku mati, kan?"

Aku sedikit kaget mendengar pertanyaan itu. Toh, kenapa dia peduli?

"Pendamping hmm... aku tak akan memberitahumu. Berusahalah hidup jika kau ingin tahu." kataku menyindir.

Dia tertawa pelan. Menyeleksiku dari atas ke bawah.

"Jadi kau ingin aku selamat? Lantas kenapa membunuhku?"

***

Aku langsung merengkuh wajahnya. Memaksanya untuk menatap sepasang mataku yang saat ini berkaca-kaca.

"Aku tahu... kau adalah pria yang terlampau jahil. Bahkan aku sulit membedakan kepribadianmu yang asli."

"Aku selalu bertanya-tanya dalam hati. Apakah keceriaan yang kau tampilkan sekarang adalah palsu? Apakah kesedihan yang kau tampakkan sekarang adalah palsu? Apakah kalimat yang kau katakan sekarang adalah palsu?"

"Semua pemikiran-pemikiran itu tak pernah absen di benakku ketika kau berada di depanku. Berkelakar seperti biasa."

"Tapi hari ini... kau terlihat sangat lain."

"Terlihat paling jujur... di antara semua keambiguan yang selalu kau tampilkan."

"Aku akan mempercayaimu kali ini, Myungsoo."

"Tapi dengan satu syarat."

Alis pria ini naik.

"Kau harus menghindari pembunuh itu sebisa mungkin. Pergi ke luar negeri, ganti identitas, dan segala hal yang bisa membuat kalian tak bertemu. Kau bisa melakukannya, Myungsoo."

"Kalau kau terkendala biaya, aku akan membantumu semampuku, anggota klub juga pasti akan bersedia membantu."

"Jadi—"

"Suzy." selanya cepat. Bahkan sebelum sempat kuutarakan seluruh unek-unekku.

"Semuanya bukan tentang biaya..."

"Lalu?" harap-harap cemas aku menanti jawaban Myungsoo yang seperti tergantung sangat lama itu.

Terlalu banyak plot hole. Kenapa pembunuh ini malah memberitahu Myungsoo bahwa dia akan membunuhnya pada tanggal sespesifik itu? Apa yang diinginkannya? Apa tujuannya? Kalau tujuannya ingin membunuh Myungsoo, kenapa dia tak langsung bunuh saja selagi bisa? Dan kenapa Myungsoo harus mati di tangan pembunuh ini? Padahal dia bisa melaporkannya. Dia sudah tahu siapa pelakunya, kan? Dia juga bisa kabur darinya atau bahkan membuat rencana agar si pelaku tertangkap. Dia hanya butuh sebuah rencana yang matang. Kenapa dia harus menerima takdirnya begitu saja tanpa perlawanan dan malah memasang wajah menyedihkan itu? Padahal dia masih punya satu tahun untuk berfikir. Satu tahun untuk merencanakan segalanya. Dia malah membuat sebuah klub aneh dan berkata akan mati satu tahun lagi?

Dia masih punya banyak waktu!

Dia punya Taehyung yang bisa merencanakan sesuatu untuknya agar dia terhindar dari pembunuhan itu.

His Bucket ListTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang