Narasi yang ditulis dengan gaya bold ini diceritakan oleh seorang pembunuh di masa depan.
Untuk pria bernama Myungsoo.
Dariku, Bae Suzy, gadis apatis aneh, pembunuhmu.
***
Namanya Kim Myungsoo. Aku tak pernah berbicara padanya.Dia pria yang aneh.
Rambutnya hitam pekat, sedikit berantakan. Kulitnya putih pucat, dengan wajah tampan rupawan yang sulit dilupakan.
Aku tak pernah melihatnya tersenyum. Apalagi berbicara pada siapapun. Dia selalu terlihat sendirian. Bahkan saat di keramaian, dia hanya menunduk dan mengamati kaki-kaki yang lewat di hadapannya.
Aku tak membencinya.
Tapi juga tak menyukainya. Dia aneh.
Aku selalu memperhatikannya. Tatapannya tampak menyeramkan. Mungkin begitulah kontur wajahnya. Tapi entah mengapa, kurasa wajahnya benar-benar menarik. Alis dengan ketebalan pas yang natural. Mata tajam yang menghanyutkan. Meski terkadang lirikannya sangat menusuk. Jangan lupakan tentang bentuk bibirnya yang imut, bersanding bersama seluruh organ-organ yang terpasang di wajah ovalnya. Kurasa dia benar-benar pria yang menarik dari segi rupa.
Tapi aku tak pernah melihatnya dengan siapapun. Dia menyendiri.
Sampai suatu kejadian mengubah segalanya. Tentang persepsi dan tebakan-tebakanku.
Bulan Januari, di tahun ketiga SMA, saat musim dingin, di perpustakaan sekolah. Di sana sepi. Hanya ada satu penjaga perpustakaan dan dua pembaca. Aku, dan Kim Myungsoo.
Aku duduk di salah satu kursi paling sudut. Dia duduk di seberang bangkuku. Aku beberapa kali melirik ke arahnya, tapi sepertinya dia sedang fokus pada buku bacaan di tangannya. Kalau dilihat dari belakang, cover-nya terasa dark. Apakah itu buku misteri? Horor? Aku selalu suka menebak-nebak isi kepala pria berusia 18 tahun ini.
'Kau suka thriller juga?'
Aku tentu saja tak bisa menyembunyikan sentakan di tubuhku. Reaksi refleks atas kalimat pertama yang diucapkan pria yang kupikir pendiam ini. Aku bahkan tak pernah mendengarnya mengeluarkan sepatah-kata selama dia bersekolah di sini.
Dan di tempat yang lengang nan sejuk ini, dia mengeluarkan suaranya. Boleh kukatakan, dia bisa menjadi penyanyi atau idol jika dia mau. Sangat berbeda dengan image menyeramkan yang selama ini tertanam di otakku.
Aku menggeleng menjawab pertanyaannya. Aku memang tak terlalu suka hal-hal berbau thriller dan menyeramkan. Aku lebih memilih komedi atau love story. Meski itu hanya FTV roman picisan, aku masih tetap menyukainya, dibanding cerita berat macam thriller. Sungguh, aku tak mengerti mengapa orang-orang menyukai cerita macam itu. Untuk memacu adrenalin? Atau sekadar preferensi belaka?
Ia tertawa pelan. Tawa yang cukup manis. Lalu saat tawanya berhenti, mata kami bertemu.
Oh ya ampun, matanya benar-benar indah. Baru kali ini aku melihatnya sedekat ini.
'Aku kira kau suka, karena kuperhatikan, sedari tadi kau penasaran dengan apa yang kubaca.'
Ups, ketahuan.
Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal seraya menyibukkan diri mengamati kembali buku yang kuambil. Aku baru membaca sinopsisnya. Karena sedari tadi disibukkan dengan meninjau si pria aneh, Myungsoo.
'Mr. Mercedes, karya Stephen King.' Ucapnya pendek. Aku baru tersadar dari kesibukanku saat ia mengulang kata-katanya untuk kedua kali. Ternyata itu judul buku yang dia baca.
Aku mengangguk-ngangguk. Padahal aku sama sekali tak mengerti buku macam apa itu. Dan aku pun tak bertanya perihal judulnya. Dia pria yang peka dan penuh percaya diri rupanya.
'Bercerita tentang seorang polisi yang telah pensiun dan seorang pembunuh berantai yang dijuluki Mr. Mercedes. Dia dijuluki Mr. Mercedes karena cara membunuhnya yang sedikit brutal. Dia menabraki korban-korbannya hingga tewas dengan mobil Mercedes milik orang lain.' Ia berhenti membaca bukunya. Sepasang matanya yang hitam pekat kini lurus menatapku.
Ah, dia mau membunuhku dengan tatapan mautnya itu, eoh? Sorot itu seperti mencoba mengorek seluruh isi kepalaku. Benar-benar menakutkan.
Suasana agak canggung. Aku mengangguk dan tertawa pelan. Sekadar menghargai usahanya mengeluarkan kalimat - kalimatnya yang menurutku sangat tabu. Yang sekali lagi kutegaskan, aku tak bertanya sama sekali perihal judul, atau bahkan sinopsisnya. Orang ini berbahaya. Harus kuhindari sebisa mungkin.
'Polisi yang sudah pensiun ini lalu berniat untuk mengungkap siapa pembunuh di balik nama Mr. Mercedes. Mereka seperti bermain sembunyi-sembunyi.'
Ah, dia mengoceh lagi. Tak kusangka dia cukup cerewet. Agak ragu aku menganggut-nganggut dengan pelan.
'Bukankah sangat menyenangkan bermain kucing-tikus dalam ketidaktahuan?'
Kalimat itu sukses membuatku mendongakkan kepalaku.
Lalu tiba-tiba, senyum langka yang bahkan aku harus memohon ribuan kali untuk melihatnya lagi itu tersemat natural di bibirnya. Di balik bibirnya yang mungil, ada senyum yang begitu segar. Jantungku sampai berdebar. Berdebar semakin kencang.
Senyumnya... ah sulit untuk kuungkapkan.
'Kau tahu?'
'Kurasa aku akan segera mati...'
'Tapi bukan di tangan Mr. Mercedes...'
Sepasang mataku membesar perlahan begitu tiga kalimat yang sangat samar nan abu-abu itu keluar dari bibir manis yang sedari tadi menggangguku. Tiga kalimat yang ambigu. Tiga kalimat yang membuatku isi kepalaku mengosong seketika.
Entah apa maksud dari kalimat itu.
Aku hanya menyeleksi sepasang mata kelamnya yang seolah berbicara banyak. Bibirnya yang tersenyum semakin pilu. Dan tangan kirinya yang menopang pipinya yang bersemu.
Semuanya terasa melambat.
Hari itu, di bulan Januari, di tahun ketiga SMA, saat musim dingin, aku berteman dengan pria misterius bernama Kim Myungsoo. Pria yang kuanggap proyeksi astral tak kasat mata. Pria yang kupikir menyeramkan.
Yang juga memulai perjalanan gilaku bersama empat pria aneh lainnya.
*tbc*
annyeong readerdul!
lanjut ga nih? (ʘᴗʘ✿)
ps. sebenernya ini birthday project suzy sebelum tanggal 10. kalau ada yang suka dan mau baca akan kulanjut dan kuposting setiap hari sampe birthday suzy
ps. ps. ff ini bukan vignette seperti project birthday yang sebelumnya (ini beneran cerita utuh) jadi kalau ada yang barangkali ingin membaca lemme know down below, ya! thankseu~
KAMU SEDANG MEMBACA
His Bucket List
FanfictionSeseorang yang mengaku dari masa depan muncul untuk memperingati pria itu, "Kau akan mati satu tahun lagi. Kuharap kau bersenang-senang mulai sekarang. Waktumu tak banyak, bukan?" Apa yang dia lakukan setelah mendengarnya? "Kenapa kau tak menyelamat...