Seorang gadis cantik dengan busur panah yang ada di tangannya menatap kedua kelinci yang berada di tangannya dengan garis senyum mata senang. Tak lupa kedua sudut bibirnya terangkat begitu saja.
Suara petir membuyarkan pikirannya. Sontak, ia mengangkat dagunya. Mengarahkan pandangan ke arah atas. Kemudian, segera kembali naik ke atas kuda.
Gadis itu berujar, "Dua kelinci gemuk ini pasti sudah menyenangkan ayah. Aku harus bergegas sebelum aku tidak bisa pulang."
Cuaca tidak bersahabat. Sebenarnya ini dimulai sejak ia belum berangkat. Namun, kini terasa semakin memburuk. Langit terlihat kian menggelap dengan detail warna abu-abu agak kehitaman, suara petir berdatangan silih berganti, kilat yang menyambar kian ramai mengiasi langit melukiskan gambaran alam yang seolah menghukum alam semesta.
Baru saja ia menaiki kuda putih pemberian ayahnya dua tahun lalu. Kuda itu bergerak tidak beraturan. Ia mengamuk. Sebisa mungkin ia mencoba mengendalikan kuda, namun hasilnya nihil. Kuda tetap mengamuk.
Ketika Selene mencoba meloncat ke luar untuk menjauhi kuda, Selene terseret. Kedua kaki gadis itu terlilit oleh tali. Selene berusaha mengarahkan pedangnya untuk melepas kedua sisi.
Untungnya, ia berhasil melepas sisi kanan. Selene menghembuskan nafasnya lega. Ketika ia beralih ke sisi kiri, bukannya melepas lilitan tali di kakinya, gadis itu malah tertusuk oleh pedangnya sendiri di bagian vitalnya.
Dengan gerakan kuda yang tidak beraturan, ia berusaha mengarahkan sihirnya.
Kemampuan berpedangnya memang tidaklah seepik Artemis de Alger Obelia, kakak perempuannya yang kini menjadi marchioness Ziudith. Namun, Selene dapat menggerakkan pedangnya meskipun kemungkinan kemampuan berpedangnya hanya separuh dari kemampuan Artemis.
Pada masa kecilnya, Selene memanglah sangat sering diajarkan kemampuan kimia yang sangat menarik bagi kakak lelakinya, Helios. Namun, apa boleh buat, Selene tidak mampu.
Kedua kakaknya sangat sering meyakinkan Selene bahwa kemampuan sihir Selene adalah kemampuan sihir terbaik di keluarga kekaisaran Obelia sepanjang masa. Meskipun Selene tahu bahwa perkataan kakaknya adalah sesuatu yang hanya menenangkannya.
Selene tahu secara pasti bahwa kemampuan sihirnya tidaklah seperti yang diucapkan kedua kakaknya. Sewaktu Selene mencoba mengeluarkan sihirnya, hasil yang akan ia dapat adalah sebuah sihir kecil, tidak tahan lama yang berujung dengan melemahnya tubuh.
Namun, kali ini, meskipun Selene mengetahui fakta tersebut, gadis itu berniat untuk mencoba mengeluarkan kemampuan pedangnya dan sihirnya. Mencoba melakukan sesuatu.
Berlawanan dengan keinginannya, hal yang diinginkan Selene tidak terjadi. Tusukan dari pedangnya mampu merobek bagian vitalnya. Ia tidak bisa mengambil pedangnya dikarenakan ia saja mengangkat pedang dengan kedua tangannya. Sebelah tangannya berusaha mengeluarkan sihir. Sihir apapun yang bisa membuatnya terlepas dari kondisi ini. Namun, naas. Lagi lagi, keinginannya tidak tercapai. Hal itu malah dapat memperparah kondisi tubuhnya. Membuat dirinya kehilangan banyak darah, bahkan kematian.
Selene menghela nafas lelah. Gadis itu sudah pasrah. Tidak ada harapan. Kali ini, ia hanya berharap, ia dapat bertemu dengan keluarganya suatu saat nanti. Bertemu keluarganya dengan suasana bahagia dan tidak membuat mereka sedih seperti ini dengan kematiannya.
Hari ini, tepat di langit yang gelap, tiga anggota keluarga kekaisaran Obelia telah menutup matanya. Diawali oleh mantan kaisar kekaisaran Obelia dan diakhiri oleh putri kesayangan dari mantan kaisar kekaisaran Obelia itu sendiri.
✧◝◜✧
Selene mengernyitkan dahinya kala mendapati sebuah sinar terang menerpa manik wajahnya. Gadis itu membuka manik matanya perlahan.
"Kau sudah bangun, gadis cantik?"
Segera, Selene bergerak. Ia duduk di tempat. Menghadap ke arah sosok bercahaya di hadapannya. Dengan memasang kuda kuda, ia bertanya, "siapa kau?"
Sosok itu terkekeh. "Kau cukup waspada. Aku kirke."
Selene menyatukan alisnya heran. Gadis itu tidak pernah mendengar nama Kirke didengungkan.
Mengerti akan kebingungan Selene, sontak sosok tua dengan rambut putih panjang di sebelahnya itu berujar, "itu nama dewi, Yang Mulia."
Selene memutar kepalanya. "Kau mengenalku?"
Sosok tua itu mengangguk pelan. "Anak laki-laki saya adalah kakak ipar anda, Yang Mulia."
Selene membulatkan bola matanya. "Maksud anda Lucas?"
Sosok tua itu mengangguk lagi. "Dia adalah anak sekaligus murid saya, Yang Mulia."
Selene menghela nafas panjang. "Baiklah. Lalu, tolong jelaskan mengapa anda berdua membawa saya ke tempat seperti ini?"
Kirke terkekeh pelan. "Gadis pilihan memanglah berbeda. Mari, kami jelaskan, Selene. Lalu, nanti, kau bebas memilih jalan yang kau inginkan."
✧◝◜✧
Selene sungguh tidak menduga. Jalan hidup yang ia kira baik-baik saja, nyatanya merupakan jalan perbaikan. Jalan perbaikan dari kehidupan pertama yang amat sangat buruk.
Alih alih menangis, Selene yang kembali terlahir sebagai bayi mengumpat dengan lancar. Umpatan yang sungguh tidak terhenti meskipun suara lolongan binatang terdengar.
Berbicara mengenai lolongan binatang, kali ini, Selene diturunkan di hutan belantara. Dikarenakan berkah sihir yang ia miliki, ia memiliki kemampuan mengontrol hewan buas. Berkah sihir yang digadang-gadang oleh kedua kakaknya benar-benar terjadi setelah sekian lama.
Suara derap langkah manusia yang kian mendekat tidak menyurutkan suara sumpah serapah yang dilontarkan oleh Selene. Hingga manik mata biru yang indah itu bersibobrok dengan manik mata permata Selene.
"Kau adalah sosok yang dimaksud dewi?"
Selene terdiam. Anak bayi perempuan itu masih sibuk memandangi keindahan manik biru orang itu.
"Sepertinya benar. Baiklah, aku akan membawamu."
Begitulah Selene dapat mendarat di kediaman Floyen dan menimbulkan perpecahan pertama antara Duke Floyen dan Duchess Floyen.
✧◝◜✧
Tidak disangka Selene yang hanya diam dan memandangi sosok pria tampan berambut perak panjang baru mengumpulkan kesadarannya seusai mengagumi keindahan seorang pria ketika ia telah berada di sebuah kediaman dengan seorang pria tua renta.
Selene membuang nafasnya kasar. Jikalau ia kedapatan mengagumi seorang lelaki yang telah menikah di dunianya, pasti akan jadi rumor yang sangat panas. Dan jikalau rumor tersebut sampai di telinga ayahnya, sudah pasti lelaki itu dipastikan sudah tidak bernyawa di keesokan harinya.
'Ah, untung saja, ayah tidak berada di sini.'
Begitulah ucap Selene di dalam hati. Akan sangat merepotkan jika ayahnya berada di tempat seperti ini dan mendapati kelakuan Selene semacam tadi.
Di saat Selene mendesah lega, sebuah suara lembut perempuan menyapa pendengarannya. Membuatnya terkejut.
"Putri, ayah Anda berada di dunia ini. Coba Anda cermati siapa sosok yang menggendong Anda saat ini."
Deg!
Seketika Selene mengarahkan kepalanya ke arah sosok yang kini menggendongnya. Manik mata biru permata samarnya menatap sosok itu dengan lekat.
Selene meneguk ludahnya kasar. Tamatlah sudah riwayatnya kali ini.
"Siapa yang kau pandangi tadi, putriku?"
Selene ingin menangis saja. Menangis dan mengadu di pelukan ibunya. Jika memang dirinya dapat membawa sosok dari kehidupan sebelumnya, ia sungguh menginginkan ibunya daripada ayahnya.
Selene meraung dan menangis keras. Ia berujar dalam hatinya, "maafkan aku, Ayah."
November, 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] I am an Adopted Duke's Daughter [WMMAP's OC X Regis Adley Floyen]
Fanfiction[Manhwa Fanfiction | Short Story Project] Selene de Alger Obelia adalah putri bungsu dan kesayangan dari Claude de Alger Obelia meninggal ketika ia sedang berkuda untuk mencari kelinci yang ayahnya inginkan untuk makan malam kali ini. Selene menguca...