Part 3

311 26 0
                                    

Keberadaan Amelia cukup menenangkan hati Selene. Satu orang sudah ditemukan. Selene semakin dekat dengan tujuan utamanya dan semakin cepat ia bertemu kembali dengan ibunya dan ayahnya. Selene sangat merindukan keduanya. Apalagi ibunya. Ibu yang sangat ia cintai, Penelope de Alger Obelia yang kini berubah nama menjadi [Name] Aristina.

Berbeda jauh dari perkiraan, Amelia cenderung mendekatinya dan tidak terlihat tertarik dengan Regis. Selene menghela nafasnya lelah. Apakah ini pertanda jika tujuan utamanya masih sangat jauh dari perkiraannya?

✧⁠◝◜⁠✧

Pagi harinya, Selene tidak memiliki jadwal. Selene telah bertemu dengan Duke Floyen seusai pesta. Beliau hanya mengatakan bahwa itu hanyalah reuni biasa. Tidak ada petunjuk mengenai cincin mata Kirke di sana.

Selene memutar kepalanya. Ia menghadap ke arah dayang pribadi yang duke berikan kepadanya. "Anne, siapkan teh dan makanan ringan. Teh pahit dan gula yang terpisah. Lalu, keluarlah seusai menyiapkannya."

Pelayan yang memiliki nama Anne itu menganggukkan kepalanya pelan. "Baik, nona. Saya mohon undur diri."

Selene menganggukkan kepalanya. Ia merebahkan tubuhnya di kepala kursi. Lalu, mendongakkan kepalanya dan menutup manik mata indahnya. Ia membutuhkan seseorang. Ia merindukan sosok itu. Selain itu, ia ingin beberapa nasehat untuknya untuk langkah ke depan.

Suara pintu terbuka dan decitan roda menyapa pendengarannya. Namun, ia tidak membuka manik matanya. Ia hanya mengeluarkan titahnya.

Setelah pelayan melaksanakan titahnya, segera Selene berpindah ke arah kursi yang telah disediakan. Ia menegakkan tubuhnya. Lalu, memusatkan fokusnya dan memanggil seseorang.

Senyumnya melebar bersamaan dengan terbukanya manik mata indahnya ketika sebuah portal terbuka. Menampakkan sosok laki-laki yang sangat ia kagumi dan sayangi.

Ayahnya, Claude de Alger Obelia datang dan memeluk tubuhnya. Selene menampakkan giginya dan berseru riang. "Selamat datang, Ayah. Aku merindukan Ayah."

Claude terkekeh. "Aku juga merindukanmu, putriku."

Selene mengeratkan pelukannya. Ia sungguh merindukan sosok pria ini. Claude yang melihat reaksi putrinya hanya bisa tertawa pelan. Putri kecilnya memang tidak berubah. Di manapun, kapanpun, dia tidak pernah lepas darinya. Selalu bertingkah manja kepadanya dan Claude menyukai itu.

"Bagaimana kehidupanmu di sini, putriku? Adakah yang mengganggumu? Katakan saja pada Ayah. Ayah akan menyingkirkannya untukmu."

Selene melukiskan senyum di matanya. "Tidak, Ayah. Aku hanya merindukan Ayah. Sudah lama aku tidak bertemu dengan Ayah."

Claude menyipitkan matanya. "Benar. Itu sudah sangat lama sekali. Ayah kira kau sudah melupakan Ayah."

Selene berdecak pelan. "Ayah bercanda? Bagaimana aku bisa melupakan Ayah? Ayah adalah orang kedua yang terpenting di kehidupan aku."

Claude membelalak. "Kedua?"

Selene mengangguk. "Benar. Pertama adalah ibu, tentu saja."

Claude terkekeh lagi. "Aku tidak mau dan tidak ingin menggeser pihak pertama kalau itu adalah ibumu."

Selene mencondongkan tubuhnya. "Berbicara mengenai ibu, bagaimana kabar ibu, Ayah? Aku sangat merindukan ibu. Aku belum bertemu ibu lebih dari sepuluh tahun. Apakah saat ini ibu sudah memiliki kakak?"

Claude menggeleng. "Ibumu masih sangat cantik dan baik-baik saja. Saat ini, ia sedang mengerjakan sesuatu di kediaman Ayah. Kakakmu belum lahir. Ayah masih mengusahakan."

Selene menggelengkan kepalanya heran. Ayahnya memang tidak tahu malu berbicara frontal seperti itu. Namun, Selene terhenyak sesaat setelahnya. Topik ini membuat Selene teringat. Teringat akan cerita yang pernah diceritakan oleh Felix Robane.

"Ayah, Ayah sudah menikah dengan ibu, bukan? Ayah tidak akan mengulangi kejadian masa lalu, bukan?"

Claude mengernyitkan dahinya. "Kejadian masa lalu?"

Selene mengangguk. "Felix bilang Ayah dengan Ibu memiliki kakak dahulu daripada menikah."

Claude tersenyum. "Ayah sudah tunangan dengan Ibumu waktu itu."

Selene membulatkan manik matanya. "Jangan bilang..."

Claude tersenyum lagi. "Bukankah lebih cepat lebih baik, putriku?"

Selene menepuk dahinya pelan. Gadis itu mencoba mengalihkan perhatian ayahnya.

"Ayah, aku sudah berbicara dengan tuan duke. Kami sudah setuju bahwa aku akan menghabisi Fafnir setelah Kaisar mengakui kemampuan berpedangku-"

Claude menyela. "Apa?"

Selene menatap manik mata permata ayahnya dengan sayu. Ia mengelus pelan jemari ayahnya. "Ayah, jangan marah dahulu. Ini hanya rencana, Ayah. Ayah, tolong dengarkan pendapatku."

Claude yang melihat manik mata sayu putrinya hanya bisa mendesah pelan. "Baiklah, aku mendengarmu, putriku."

Selene mengangguk. "Kemampuan berpedangku cukup membaik dari sebelumnya, Ayah. Aku mencoba belajar dari guru yang diberikan tuan Duke. Tapi, Aku tidak mau hanya bertumpu pada guru berpedangku, Ayah. Aku ingin belajar dari Ayah juga. Selama aku hidup kemarin, Aku hanya belajar sesekali. Kali ini, maukah Ayah menjadi teman berlatihku?"

Claude tersenyum. "Jika itu maumu, putriku."

Pada akhirnya, keduanya berlatih pedang di ruang rahasia bawah tanah kamar Selene. Kamar Selene memang didesain memiliki ruang bawah tanah sama seperti kamar dan ruang pribadi Duke. Namun, ruang bawah tanah mereka tidak terhubung. Selene memiliki jalur khusus untuk keluar yang hanya diketahui oleh Claude dan Selene saja. Itu pun berkat permintaan secara menuntut oleh Claude kepada Duke.

✧⁠◝◜⁠✧

Waktu kian berlalu. Selene dan Regis memperkuat diri dengan membekali ilmu berpedang yang tentunya diberikan oleh guru yang telah dipekerjakan duke Floyen.

Meskipun hubungan keduanya terasa cukup canggung, Regis pernah mengajak Selene untuk berlatih di luar guru tersebut, Regis memiliki guru lain. Selene hanya menyetujui saja kala itu. Kala itu, Selene mengetahui secara pasti, ia membutuhkan banyak kemampuan sihir dan pedang.

Secara rutin, kakek pemilik menara hitam yang bekerja sama dengan Dewi Kirke datang melatih sihir yang dimiliki Selene. Tak lupa, Claude juga Selene undang untuk melatih kemampuan berpedang dan sihirnya.

Kali ini, Selene mendapat kabar langsung dari Duke Floyen bahwa kaisar sudah mulai mencari penyihir dan berniat membunuhnya sehingga memerintahkan Duke Floyen untuk memberikan daftar nama penyihir di wilayah kekaisaran.

Selene mencoba menyelinap. Selene mencurigai satu nama tertera di sana. Meskipun Selene mengetahui bahwa di kehidupan kali ini keduanya tidak dekat, namun Selene tidak mau mengambil resiko. Selene tidak mau jika harus terjebak di kehidupan ini kedua kalinya hanya karena kecerobohannya.

Selene menggunakan sihir. Sihir kasat mata. Duke Floyen sedang pergi ke istana. Kebetulan yang sangat pas bahwa kediaman masih sunyi.

Selene bergerak dengan cepat. Gadis itu mencoba mencari tahu letak daftar nama yang disebutkan oleh Duke Floyen kapan hari lalu sembari berharap bahwa Duke Floyen belum menyerahkan daftar nama ini kepada kaisar.

Tidak selang beberapa lama, akhirnya, Selene mendapatkan daftar nama itu. Segera, Selene mencari sebaris nama yang ia curigai termasuk ke dalam daftar nama.

Benar! Amelia telah masuk ke dalam daftar nama. Tidak sulit memperkirakan bahwa Amelia termasuk ke dalamnya. Amelia memiliki garis keturunan penyihir. Sangat dimungkinkan Amelia memiliki bakat sihir yang sama seperti generasi sebelumnya.

Mana sangat mungkin untuk diwariskan. Apalagi dengan garis keturunan yang kuat. Ia mendengar bahwa di kekaisaran Obelia, Ibunya sempat memiliki masalah melahirkan hanya karena kekuatan mana putra putrinya sangat kuat. Kekuatan yang besar yang sama seperti pendahulunya. Dalam kasusnya, pendahulu yang dimaksud adalah ayahnya. Karena Aethernitas tidak sekuat ayahnya. Begitulah ucap Claude sewaktu Selene meminta untuk menceritakannya sebuah cerita.

Selene menghapus nama Amelia dengan sihir. Setelah dirasanya usai, gadis itu segera keluar dari ruang kerja Duke Floyen. Meninggalkan jejak sihir yang masih bisa Duke Floyen rasakan dengan sensitivitas yang ia miliki.

November, 2023

[COMPLETED] I am an Adopted Duke's Daughter [WMMAP's OC X Regis Adley Floyen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang