Hari telah berganti. Duke Floyen tidak mengundangnya untuk masuk ke dalam ruang kerja. Hal itu memunculkan dua kemungkinan di kepala Selene. Kemungkinan pertama bahwa Duke tidak mengetahui bahwa Selene menyelinap masuk. Kemungkinan kedua bahwa Duke membiarkan Selene menyelinap dan menghapus nama Amelia. Kemungkinan manapun itu, yang pasti itu adalah hal yang sangat menguntungkan Selene.
Selene menyesap tehnya. Gadis itu mengundang Amelia untuk minum teh bersama. Tentunya, ia sempatkan diri untuk menyeret Regis yang semula membaca buku di perpustakaan.
"Apakah rasa tehnya sesuai dengan selera Anda, nona?"
Amelia tersenyum pada Selene. "Benar. Teh yang sangat enak. Bolehkah saya mengetahui ini resepnya? Saya ingin membuatnya di rumah."
Selene mengangguk. "Tentu. Akan saya berikan kepada pelayan Anda nanti."
"Terima kasih, nona Selene."
Selene menyiratkan senyum tipis. "Ya."
Selene bergerak menatap Regis. Regis benar-benar terdiam. Dirinya hanya sibuk mengelus burung kecil yang hinggap di tangan kirinya. Benar-benar lelaki yang tidak peka. Bagaimana bisa Dewi Kirke menyatakan bahwa Regis menikah dengan Amelia di kehidupan yang lalu? Apakah orang cuek seperti Regis adalah tipe Amelia?
Selene mendesah pelan. Baru saja ia akan membuka mulutnya, gerak bibir gadis itu terhenti dengan gerak tangan Amelia yang menyodorkan sebuah amplop di hadapannya.
Selene menatap manik mata Amelia. Gadis itu bertanya, "undangan apa ini, nona?"
Amelia menyiratkan senyum tipisnya. "Ini undangan pernikahan saya, nona Selene. Saya ingin mengundang Anda dengan tuan duke muda untuk menghadiri pernikahan saya."
Selene terhenyak. Alur yang bagaimana ini? Apakah ia kecolongan? Bukankah Amelia harusnya bersama dengan Regis? Mengapa Amelia menikah dengan orang lain? Lalu, Amelia menyerahkannya dengan senyuman. Apakah pernikahan itu adalah pernikahan yang ia inginkan? Apakah nantinya ia akan mengulangi kehidupan ini dan lama bertemu ibunya?
Selene meremas gaun kuningnya dengan erat. Ia melontarkan tatapan tajamnya ke arah Regis. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Ia kembali difokuskan dengan interupsi Amelia.
"Saya sungguh berharap nona Selene menghadiri pernikahan saya. Nona adalah sahabat pertama saya. Jadi, nona tidak mungkin menolak undangan saya, bukan?"
Selene meneguk ludahnya kasar. Lalu, pupilnya bergoyang. "Tentu, saya akan menghadirinya."
Amelia kembali tersenyum. "Terima kasih, nona Selene."
✧◝◜✧
Selene mengetuk meja dengan jemari lentiknya. Lalu, beralih ke arah Regis yang sibuk dengan burung kecilnya. Pemikiran gadis itu berputar. Ia merasa heran dan bingung dengan apa yang telah terjadi.
Tak tahan dengan pemikirannya, Selene mengutarakannya secara tidak sengaja ke arah Regis. "Apakah kau sungguh tidak memiliki rasa dengan nona Amelia? Kau tidak sedih dengan berita pernikahannya?"
Regis yang semula tidak peduli seketika menghadapkan wajahnya ke arah Selene. Lelaki itu memegang wajah cantik Selene dengan erat dan menatap manik mata permata Selene.
"Alasanmu mendekatkan aku dengan nona Amelia selama ini adalah itu, Selene? Kau merasa aku menyukainya?"
Selene meneguk ludahnya kasar.
"Aku sungguh tidak menyukainya. Mengapa kau berpikir demikian? Alih-alih berpikir hal yang bertentangan, bukankah kau seharusnya memikirkan perilakuku beberapa waktu ke belakang?"
Selene menatap manik mata Regis dengan lekat. Perilaku Regis belakangan ini memang aneh. Tidak, bukan hanya belakangan ini. Selama dua belas tahun ini, ia memang aneh.
Regis menerapkan batas kepada dirinya. Meskipun Regis pernah melontarkan bahwa ia menyukainya, bukankah itu sebenarnya hanya dalih agar Selene tidak marah?
Selene berdecak. "Kau membenciku. Kau menjauhiku, menerapkan batas padaku. Kau tidak memandangku sebagai kakakmu."
Bukan tanpa alasan Selene berkata demikian. Duke Floyen sering memperkenalkan Selene sebagai putri pertama kediaman Floyen. Sebuah kebohongan yang disebarkan di seluruh wilayah kekaisaran, mencakup kediaman Floyen.
Regis mengangguk. "Kau memang bukan kakakku, Selene. Aku mendengarnya. Kau bukan keturunan ayahku. Mengapa aku harus memandangmu sebagai seorang kakak?"
Sebuah senyum getir tampil di wajah cantik Selene. Air matanya mulai membasahi pipi penuh Selene. "Apakah aku benar-benar orang asing bagimu? Apakah aku benar-benar tidak berharga untukmu?"
Regis menggeleng. Jemari kokohnya mengusap air mata yang mengalir di pipi penuh Selene, lalu mengecup pipinya di sisi kanan. "Kau memang orang asing bagiku."
Regis beralih. Remaja itu mengarahkan tangan kokohnya ke arah tangan kecil Selene. Mengecup punggung tangannya seraya mengarahkan tatapannya ke arah Selene. "Aku menyukaimu. Tidak, aku mencintaimu. Tolong terima perasaanku."
Selene terdiam. Gadis itu mematung di tempat. Pengakuan bahwa Regis menyukainya adalah pengakuan kesekian kali. Namun, pengakuan bahwa remaja itu mencintainya adalah pengakuan pertama yang Regis lontarkan untuknya. Lalu, apakah hal ini adalah hal yang benar?
Regis menyiratkan senyum lebarnya. "Pikirkan saja dahulu. Aku akan menunggu jawabanmu, Selene."
Dengan santainya Regis mencium pipi kanan Selene yang terdiam mematung. Tak lupa, Regis mengecup punggung tangan Selene sebelum langkahnya menjauh dari tempat minum teh diadakan. Remaja itu tersenyum di balik punggungnya. Meninggalkan Selene yang terdiam mematung di tempat.
✧◝◜✧
"Dewi Kirke, apakah boleh jika aku menerima pengakuan seperti ini? Bagaimana jika nantinya aku malah terjebak permainan takdir?"
Desahan terdengar di ruangan kamar Selene. Kini, Selene berada di kamarnya. Gadis itu segera melangkahkan kakinya ke kamar. Mencari kedamaian seusai merasa pikirannya begitu rumit dan penuh.
Selene merebahkan punggungnya di kepala ranjang. Kemudian, gadis itu mendesah lagi.
'Apa tidak apa untuk kuterima? Bukankah takdir tidak bisa berubah begitu mudahnya? Lagipula, perasaan mudah berubah. Jika nanti rasa itu berubah, aku bisa melepasnya.' begitulah batin Selene.
Selene mengangguk pelan. Ya, ini mungkin jawaban yang tepat. Selene memutar kepalanya sembilan puluh derajat. Ia mengernyitkan dahinya kala mendapati dua surat tanpa stempel.
Selene meraih surat itu. Menimangnya sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka surat itu. Surat pertama sungguh membuatnya tersenyum dan membuatnya terkikik geli. Namun, surat kedua menghasilkan reaksi yang berbeda.
Manik matanya membulat kala usai membaca surat itu. Sontak, gadis itu memanggil tangan kanannya. Memintanya untuk bersiap.
✧◝◜✧
"Sampaikan pada Regis bahwa aku akan menyusul tuan Duke di medan peperangan. Minta dia untuk tetap sedia di kediaman dan membiarkan aku untuk meninggalkan kediaman tanpa menyusulku. Butler, tolong sampaikan pesanku dengan benar. Jika dia memaksa, tahan dia."
"Baik, nona. Nona, kembalilah dengan selamat."
Selene tersenyum. "Aku akan segera kembali."
Begitulah akhirnya Selene bergabung dengan tim Duke Floyen di medan peperangan.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Duke Floyen lebih sering berbagi informasi dengan Selene dibandingkan dengan Regis. Sehingga, butler menyampaikan informasi secara diam-diam untuk Selene terlebih dahulu.
Selene sendiri memang sudah memiliki kesepakatan dan rencana dengan Duke Floyen. Ia sudah memiliki gambaran bagaimana ia menjalankan rencana ke depannya.
Selene tersenyum. Bergabungnya ia di medan perang merupakan salah satu cara yang paling mudah untuknya agar ia tertangkap mata kaisar.
Kali ini, Selene pastikan, ia akan menyelesaikan bagiannya dengan sangat baik.
November, 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] I am an Adopted Duke's Daughter [WMMAP's OC X Regis Adley Floyen]
Fanfiction[Manhwa Fanfiction | Short Story Project] Selene de Alger Obelia adalah putri bungsu dan kesayangan dari Claude de Alger Obelia meninggal ketika ia sedang berkuda untuk mencari kelinci yang ayahnya inginkan untuk makan malam kali ini. Selene menguca...