Suara tawa mami terdengar begitu gue turun. Tanpa melihat siapa lawan bicaranya, gue sudah tau orang yang bisa bikin mami sesenang ini.
"Tory, ayo duduk sini." Panggil mami yang senang begitu gue turun. Tante Melly dan Paris tersenyum melihat gue.
"Tory makin ganteng," Puji tante Melly saat gue menyalaminya dan Paris.
"Makasih, tante." Balas gue sambil tersenyum sopan.
"Tory rapi begini mau kemana? Mau kencan ya?" Tanya tante Melly mulai ingin tahu semua kegiatan gue.
"Ada janji dengan teman."
"Kalau begitu ajak Paris," Ia memegang lengan Paris. Di antara teman mami, tante Melly paling aktif mempromosikan anaknya supaya dekat dengan gue.
"Mami, ka Tory kan ada janji ketemu temannya. Nanti Paris ganggu mereka." Ucap Paris sambil malu-malu dan melirik gue.
"Ga apa-apa sayang. Tory tolong ajak Paris, ya." Ucap mami yang lebih seperti perintah yang ga bisa gue tawar.
"Oke, mi." Gue ga mau membantah mami. Kalau sampai mami mengadu ke papi, gue akan dimarahi papi.
Hanya mengajak Paris jalan-jalan. Beberapa kali putaran langsung gue antar pulang.
"Tory berangkat dulu, mi." Gue mencium pipi mami.
"Hati-hati bawa mobilnya."
"Iya, mi." Gue mengangguk dan menatap Paris yang juga berdiri dan meminta izin dengan mami dan maminya.
"Ayo!" Ucap gue langsung jalan tanpa menunggu Paris. Berjalan sampai ke teras depan.
"Makasih, Pak" gue mengambil kunci dari Pak Jaka yang memarkirkan mobil gue di depan. Langsung naik ke kursi pengemudi dan menunggu Paris masuk ke dalam.
"Maaf ya, ka. Gue jadi ga enak ganggu janji lo sama teman lo."
Gue ga menjawab Paris. Menganggapnya ga ada. Harusnya ia sadar kalau gue ga suka dengannya dari dulu. Tapi ia seakan menutup mata semua perlakuan gue kepadanya.
Gue melajukan mobil gue. Melirik jam di lengan gue. Gue akan terlambat janji makan siang dengan sahabat gue yang lama ga kumpul.
"Apa benar kakak dan Laura pacaran?" Akhirnya ia bertanya setelah basa basinya gue acuhkan.
"Iya."
"Aku dengar kabar yang beredar, Laura pernah bikin kakak dan teman-teman kakak hampir meninggal di gua,"
"Itu kabar yang berlebihan."
"Tapi yang ku dengar, Laura ga sekali itu aja bikin kejahatan. Dia juga mengunci teman kakak di ruang perlengkapan di sekolah."
"Itu kesalahan yang ia buat di masa lalunya. Sekarang dia sudah sadar dan ga mengulanginya."
"Tapi gosip semua tentang Laura banyak yang negatif. Laura ga baik buat kakak."
"Paris, Siapapun yang berhubungan dengan gue bukan urusan lo!" Hanya karena kelakuan buruknya terbuka dan tersebar luas, Laura dianggap seperti pendosa besar. Seakan lupa akan kelakuan buruknya sendiri!
"Gue antar lo pulang sekarang!"
"Jangan!" Tahan Paris saat gue benar-benar mengambil jalur kanan. "Jangan antar aku pulang. Apa bisa kakak antarin aku ke restoran Haricot Dell? Aku ada janji dengan temanku di sana" Pinta Paris dengan memasang wajah memohon.
Horicot Dell? Apa cuma kebetulan ia juga mau ke sana?
Gue terus melajukan mobil melewati tempat putar balik dan tetap lurus mengambil jalur di kanan. Jarak ke lokasi restoran masih cukup jauh. Paris terus berbicara menyiksa telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tory
RomansKali ini gue ga bisa mengelak akan bertemu dengan Laura. Apalagi sebagai investor, pasti gue akan bertemu dengannya. Setelah 14 tahun entah ia masih sama seperti dulu atau tidak, gue ga peduli. Yang pasti gue berharap ia ga menempel ke gue sama sepe...