Part 14

66 10 1
                                    

Suara keras opa terdengar begitu pintu lift terbuka di ruang tengah. David mendorong kursi roda keluar dari lift mendekati sumber suara.

"Wanita itu sumber masalah! Buat hancur hubungan keluarga!" 

"Raden, yang membuat hancur hubungan keluarga bukan Laura tapi kekerasan kepala kalian." Suara kakek terdengar bikin gue terkejut. Kakek bukannya datang besok?

"Kenapa tidak pernah belajar yang sudah-sudah. Anak-anak ini sudah dewasa. Tidak perlu menjodohkan apalagi memaksakan kehendak kita ke mereka." Lanjut kakek yang gue setujui.

"Kami mau yang terbaik untuk anak dan cucu kami!" Ucap Opa bersikeras dengan pendiriannya. "Apa salahnya juga salah satu dari mereka menuruti keinginan omanya menikah dengan keluarga yang kami pilih!"

"Menikah dari keluarga Daris dan sekarang Paris?" Cemooh kakek yang terdengar jelas.

"Daris sahabatku. Kami sudah lama menjodohkan anak kami bahkan dari mereka dalam kandungan. Kalau saja Bianca tidak menikah dengan anakmu atau Marvin dengan cucu perempuan satu-satunya Daris, aku sudah menempati janjiku ke almarhum sahabatku!"

"Sekarang, Paris satu-satunya gadis yang disetujui istriku dan malah ditolak?!"

"Lalu kamu mau mereka menuruti karena janji dan kalian setujui? Pasangan hidup tidak dapat dipaksakan." 

"Pasangan pilihan kami setidaknya bisa menghargai dan menganggap kami seperti keluarga sendiri!"

"Seperti keluarga?" Gue masuk ke ruang tengah dengan bantuan David. "Orang-orang itu cuma mau memanfaatkan opa dan oma."

"Tory" Papi memperingati gue. Meminta gue untuk diam.

"Kamu ada disini." Opa ga peduli dengan ucapan gue. Ia malah menatap gue seperti raja yang berkuasa untuk menuruti titahnya. "Opa mau kamu putuskan hubungan kamu dengan wanita itu dan bertunangan dengan Paris!"

"Opa tidak mau ada penolakan! Sudah cukup opa dan oma bersabar dengan penolakan kalian!"

"Tory tidak mau. Bagi aku, Laura satu-satunya yang pantas jadi istriku." Tolak gue ga peduli dengan perintah opa. Gue yang menentukan pasangan hidup gue!

"Kesehatan oma kamu lebih penting! Jika ada apa-apa dengan oma, jangan salahkan opa kalau opa buat wanita itu menghilang dari hidup kamu!" Ancam opa yang ga bisa gue toleransi lagi. 

"Opa, aku tidak akan tinggal diam kalau opa menyakiti Laura!" Lawan gue ga peduli ia opa gue sekalipun! Menyakiti wanita yang gue cintai hanya demi kesehatan oma!

"Kamu lebih memilih wanita yang membalaskan dendam karena kalian menghancurkan bisnis ayahnya dibandingkan nyawa oma kamu sendiri?!" Opa naik pitam.  

"Bukan Laura pelakunya!" Gue ga tahu kalau opa ikut mengambing hitamkan Laura sebagai mata-mata perusahaan Daivat atau tidak. Yang pasti kabar kalau Laura sebagai mata-mata begitu cepat menyebar ke telinga opa sangat mencurigakan. Dan opa harus tahu kalau gue sudah tahu siapa pelakunya tentu saja dengan bukti yang kuat.

"Tory punya bukti kalau bukan Laura pelakunya." Gue meminta David menyerahkan bukti Paris dan Arden yang bekerja sama mencuri ide proposal kami ke opa. 

Opa tidak melihat sedikitpun dokumen yang David serahkan ke orang kepercayaan opa. Ia menolak saat orang kepercayaannya memberikan dokumen kepadanya.

"Aku tidak peduli mau dia pelakunya atau tidak. Selama oma kamu menginginkan Paris jadi istri kamu, oma tetap pada pendirian opa!"

"Maksud om gadis yang bekerjasama dengan Arden pantas jadi istri anak saya?" Papi yang dari tadi hanya diam akhirnya mengungkapkan pendapatnya. 

"Saya sudah lama cukup diam dengan perusahaan Daivat selalu menyerang perusahaan kami. Itu karena saya masih memandang om dan tante yang berhubungan baik dengan keluarga Daris terutama Hendrik ."

ToryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang