Malam ini oma meminta gue untuk mengajak Laura makan malam di rumah. Meskipun gue ga tau tujuan oma untuk bertemu dengan Laura, tetap aja gua harus waspada setelah oma menunjuk keberpihakannya. Gue khawatir oma malah menyakiti Laura.
Gue berharap Laura menolak undangan dari oma. Sebaliknya, ia malah setuju. Ia bahkan menyakinkan gue untuk ikut menyetujui ajakan oma.
Takut gue akan menolak oma dengan berbagai alasan, Laura menjemput gue di tempat kerja. Karena itu rapat sore ini dipercepat. Gue ga mau Laura menunggu lama di ruangan gue. Ia pasti bosan sudah menunggu selama 15 menit.
"Permisi, Pak" Thesa berdiri di depan pintu ruangan gue. "Proposal project M saya letakan di atas meja Bapak."
"Baik. Terima kasih."
Thesa membuka pintu untuk gue dengan David mendorong kursi roda masuk ke dalam. Laura yang tadinya membaca majalah, meletakan majalah ke atas meja dan berdiri menghampiri gue.
"Pekerjaan gue sudah selesai." Lapor gue ke Laura. Melihat wajahnya bikin kangen gue hilang. Seakan kami ga bertemu sangat lama. "Ayo, kita pergi."
"Lo ga mau siap-siap dulu?"
"David akan membereskan semuanya." David sudah terbiasa menyimpan laptop dan berkas penting dan mengirimnya ke rumah. Bahkan kalau ada pekerjaan penting seperti proposal project yang sedang kami tangani, ia akan menginap di rumah untuk membahas pekerjaan.
"Kalau begitu kita pergi sekarang?"
"Iya"
"Biar aku saja," Laura mengambil alih pekerjaan David dan mendorong kursi roda ke arah pintu sebelum David melakukannya.
Seperti biasa Laura mengendarai mobil sendiri jika ada janji pribadi dengan gue. Membantu gue mengarahkan kursi roda ke kursi penumpang. Menyimpan kursi roda di bagasi mobilnya setelah gue duduk di kursi penumpang. Lalu mengemudikan mobil keluar area gedung perusahaan.
Kami menuju rumah oma yang bersebelahan dengan rumah gue. Gue berharap oma ga hanya mengundang kami, tetapi juga mengundang papi mami. Kalau ada papi, oma ga akan berani macam-macam ke Laura.
Mobil Laura berhenti di garasi sesuai petunjuk gue. Ada lift di garasi rumah opa dan oma. Memudahkan gue naik ke lantai atas tanpa menggunakan tangga.
Laura membantu mengeluarkan kursi roda dari bagasi dan mendekatkannya di kursi penumpang. Gue mengangkat tubuh gue dan duduk di kursi roda yang di pegang kuat oleh Laura.
"Makasih, sayang."
"Sama-sama" Laura menutup pintu mobil, mengambil hadiah yang ada di kursi belakang mobil dan mendorong kursi ke arah lift. Menekan tombol G lantai dasar rumah Opa. Mereka pasti sudah menunggu kami di ruang tengah.
"Gue harap opa dan oma lo suka dengan hadiah dari gue"
"Jangan khawatir. Opa selalu menghargai pemberian terutama lo satu-satunya yang gue kenalin ke mereka."
Ding! Pintu lift terbuka. Seorang asisten rumah tangga kepercayaan Opa, Pak Juanto sudah menunggu kami di depan pintu lift.
"Tuan Tory sudah di tunggu tuan besar dan nyonya besar di ruang makan."
"Di ruang makan?" Gue melirik jam tangan gue yang masih menunjuk 5 menit lagi pukul 5 sore.
"Sejak nyonya sakit, jam makan dimajukan ke jam 5."
Huh! Lalu kenapa gue diberitahu makan malam pukul 6? Kalau gue ga pulang kerja lebih cepat dan berinisiatif untuk datang sejam lebih awal dari janji pertemuan, mungkin Laura akan dipojokan dan disalahkan karena tidak disiplin oleh Opa. Opa tidak suka dengan orang yang tidak tepat waktu apalagi terlambat datang jam makan di rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tory
RomansKali ini gue ga bisa mengelak akan bertemu dengan Laura. Apalagi sebagai investor, pasti gue akan bertemu dengannya. Setelah 14 tahun entah ia masih sama seperti dulu atau tidak, gue ga peduli. Yang pasti gue berharap ia ga menempel ke gue sama sepe...