Part 7

120 20 4
                                    

Tok, tok, tok, suara ketukan pintu sebelum sekretaris gue, David masih ke dalam ruang kerja. Tatapan gue ga berhenti dari dokumen yang harus gue periksa sebelum disetujui. Tanpa melihat, gue tau hanya David yang mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam.

"Ada apa?" Tanya gue terus membaca dokumen di atas meja. 

"Ada Bu Laura Valencia di lobby. Beliau meminta bertemu dengan bapak." Jawab David dengan hati-hati. Jika sebelumnya ia akan langsung meminta resepsionis untuk menolak dengan berbagai alasan tanpa memberitahu gue, sekarang dengan kabar yang beredar David ga melakukannya. 

"Minta dia ke atas." Kalau dulu ia masuk daftar blacklist jika ia datang menemui gue, tetapi untuk saat ini pengecualian. Semua orang tau kalau kami punya hubungan khusus dan kalau gue menolaknya, tentu semua orang tau kebohongan gue. 

"Baik, Pak." David segera keluar dari ruangan gue.

Gue kembali melanjutkan pekerjaan gue sambil menunggu Laura datang ke ruangan gue. Penasaran apa yang ingin ia bicarakan sampai datang ke tempat kerja.

"Permisi, Pak" David membuka pintu dan mempersilakan Laura masuk ke dalam ruangan. Lalu menutup pintu. Hanya ada kami berdua di ruangan.

Gue berdiri dan memberi tanda agar Laura duduk di sofa yang ada di ruang kerja. Lalu mengambil tempat duduk di seberangnya.

"Nyokap lo hubungin gue," Ucap Laura membuka pembicaraan. "Nyokap lo mau bertemu dengan gue siang ini."

Gue sudah memperkirakan mami bakal bertindak. Tapi ga mengira secepat ini setelah papi meminta mami untuk membiarkan gue pacaran dengan Laura.

"Apa jawaban lo ke mami?"

"Gue setuju bertemu dengannya." Jawabnya sambil menatap gue yang tenang. "Kenapa lo ga cerita yang sebenarnya ke mami lo?"

"Gue ga mau dijodohkan dengan Paris." 

Gue meneliti ekspresi Laura yang terlihat biasa. Gue rasa ia sudah mendengar kabar kalau mami pengen Paris jadi menantunya. Walaupun ga secara langsung mami mengatakannya sambil memperkenalkan Paris dihadapan teman-temannya, tetapi perlakuan khusus ke Paris bikin semua orang yakin kalau Paris akan menjadi bagian keluarga kami. Perlakuan khusus itu juga yang menguntungkan buat Paris dan keluargnya.

"Kenapa lo pilih gue? Bukannya lo benci gue?"

"Kalau gue digosipi dengan cewek lain, gue bakal minta cewek itu jadi pacar gue." Laura hanya diam menatap gue. Terlihat sorot matanya yang kecewa.

Meskipun yang gue ucapkan kejam, tapi gue ga mau membohongi Laura dan memberikan harapan untuknya. Gue ga peduli siapapun cewek yang digosipi dengan gue asal bisa membatalkan perjodohan mami. Walaupun gue tau, cewek itu ga akan tahan dengan tekanan dari mami dan malah bikin gue bisa menikah dengan Paris. 

Kebetulan yang sangat tepat cewek yang digosipi itu Laura. Harus gue akui kalau gue memang membutuhkan Laura untuk menggagalkan perjodohan sampai gue menemukan wanita yang tepat untuk mendampingi gue. Hanya Laura yang gue tau bisa menandingi mami. Hanya dia yang bisa membuat Paris ga berkutik dengan tipu dayanya. 

"Gue mengerti." Ucap Laura setelah lama diam. "Apa yang harus gue bilang ke nyokap lo?"

"Lo jadi diri lo sendiri." Gue yakin Laura tau apa yang harus ia bilang dan yang ia lakukan menghadapi mami.

"Baik." Laura menunduk sambil tersenyum.

"Kalau kita pura-pura pacaran, berarti lo datang ke pesta ulang tahun gue minggu depan?" Gue baru ingat kalau minggu depan pesta ulang tahun Laura.

Waktu kami TK, setiap kali ia berulang tahun, ia akan terus mengingatkan dan meminta gue datang ke pesta ulang tahunnya. Saat itu gue yang masih kecil sangat suka dengan pesta ulang tahun tentu selalu hadir di pesta ulang tahunnya.

ToryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang