Part 9

120 21 1
                                    

"Laura! Jangan berdiri di sana! Mundur dua langkah ke belakang Paris!" Teriak pria di balik monitor kamera. 

Laura yang termasuk bintang papan atas diperlakukan seperti pendatang baru yang ga tau apa-apa? Apa ia ga takut orang-orang membicarakannya di belakang? Paling tidak kalau ingin membully,  seharusnya tidak seterang seperti ini? 

Laura yang tadinya berdiri di samping Paris, mundur dua langkah ke belakang sesuai arahan pria itu. Ekspresi wajahnya tetap tenang meskipun ia dibentak oleh sutradara. Diperlakukan tidak adil meskipun ia yang bertahun-tahun menjadi brand ambassador produk itu malah harus mengalah dengan hadirnya Paris. 

Perlu diakui sikap Laura malah bikin orang berempati padanya. Ia yang tau kalau dirinya sengaja menjadi target sutradara, tetap bersikap tenang. Tubuhnya berdiri tegak, sikapnya yang tetap anggun seperti tidak habis dimarahi.

Kalau artis lain sudah pasti membalas ataupun mengadu perlakuan sutradara. Malah bisa langsung pergi dari tempat syuting dan menolak sampai sutradara itu dipecat.

Hanya aja gue mengkhawatirkan sikap Laura malah bisa jadi bomerang baginya. Orang yang picik akan berpikir kalau ia mudah dibully!

Gue mengawasi proses syuting di balik kaca jendela di lantai dua. Melihat Laura dan Paris berdiri di pinggir kolam renang. Mengucapkan dialog yang beberapa di cut sampai mendapatkan hasil yang memuaskan untuk sutradara itu.

Tentu aja gue bisa melihat perlakuan ga adil ke Laura. Dialog yang ia ucapkan singkat. Paris lebih mendapat banyak bagian dan tentu saja kamera lebih banyak dishoot ke arahnya.

"Sekarang pindah lokasi! Ayo semua beres-beres sekarang!" Perintah pria itu dengan suara keras.

Asisten Laura, Cici yang diperkenalkan Laura saat di pesta ulang tahunnya, datang mendekati Laura. Memberikan Laura outer yang langsung dipasang. Lalu mengajak Laura langsung pergi saat Paris mendekat.

Cici sangat cepat bertindak. Ga sia-sia Laura mempekerjakannya untuk menyingkirkan peluang supaya orang-orang ga mengambil keuntungan dari Laura. Laura ga perlu memberi alasan mengindari ataupun menghadapi provokasi orang-orang terutama Paris.

"Hans, kita ikuti mereka," Gue bangkit berdiri dengan Hans, salah seorang asisten sigap memberi tau gue tempat mobil kami yang terpakir di arah lain mobil tim produksi yang akan berangkat.

Hans sudah mendapat jadwal dan lokasi syuting dari salah seorang staf. Kami lebih dahulu menuju lokasi syuting berikutnya yang menjadi lokasi akhir syuting. Lokasinya berada di salah satu pantai yang terkenal keindahannya di kota ini.

Walaupun gue harus menunggu lama tim produksi datang, gue ga peduli. Gue mau lihat apa sutradara itu berani menyulitkan Laura lagi!

Tim Laura datang lebih dahulu. Gue keluar dari mobil dan berjalan menuju mobil Laura yang terparkir ga jauh dari mobil gue.

"Tory," Panggil Laura yang terkejut akan kehadiran gue. Ia langsung membuka mobil dan meminta gue masuk ke dalam. Ia sudah berganti pakaian. 

"Gue mau lihat lo kerja sekalian berlibur," Gue memberi alasan sebelum Laura bertanya. 

"Kapan lo datang?"

"Tadi pagi. Gue ga bilang karena gue mau kasih lo kejutan."

"Kejutan lo berhasil.  Gue ga nyangka lo mau luangin waktu  buat datang," 

"Hm" Walau ekspresi di luar gue terlihat biasa tetapi gue menahan rasa bangga di wajah gue.

Ya, gue sampai minta izin papi buat libur demi datang ke sini. Meskipun awalnya papi ga izinin, tetapi setelah gue menyelesaikan semua pekerjaan gue, papi menyetujui gue libur walau cuma 3 hari. Hanya aja selama liburan gue harus stand by kalau ada kerjaan yang harus gue selesaikan.

ToryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang