Dua hari berlalu, banyak hal yang harus gue kerjakan. Pikiran dan tenaga gue terbagi antara keselamatan Laura, pekerjaan dan project yang hari ini akan dipresentasikan di perusahaan asing terkemuka.
Sialnya, kabar yang diberitahu oleh David bukan kabar yang ingin gue dengar. Bukan hanya proposal kami gagal tetapi penawaran kami ditiru oleh perusahaan Daivat milik Arden!
Bagaimana bisa Arden mendapatkan rencana kami?! Bahkan sama persis! Bahkan hargadi proposal mereka tidak jauh dari yang kami tawarkan! Dengan mereka mempresentasikan lebih dahulu, tentu saja milik kami terlihat seperti tiruan!
Sial! Siapa pengkhianat yang membocorkan proposal kami!
Gue ga bisa membendung amarah gue di ruang rapat. Semua team dan asisten gue hanya diam menunggu amarah gue meledak.
"Saya berikan kesempatan. Siapa yang membocorkan proposal kita, tidak akan saya laporkan ke polisi."
Semua hanya diam sambil melirik satu sama lain.
"Tidak ada?"
Thesa mengangkat tangannya. "Saya.. saya curiga dengan ibu Laura."
Gue menatap tajam Thesa yang ga berani menatap gue. Beraninya ia menuduh Laura!
"Saya meletakan proposal di meja bapak sebelum ibu Laura datang ke kantor hari Senin."
"Tidak ada bukti kalau Laura membuka proposal itu!"
"Tapi pak, selama ini tidak pernah satupun proposal team kita bocor ke perusahaan lain." Ucapan lancang Thesa meyakinkan semua yang hadir.
Marah! Jelas gue marah mereka semua menuduh Laura. Tetapi akal sehat gue menyuruh gue agar tetap tenang.
"David. Tolong cek CCTV di ruangan saya."
"Siap, Pak" David membuka program di layar laptopnya. Rekaman CCTV ruangan gue bukannya dimiliki gue tetapi David sebagai asisten kepercayaan gue dan security perusahaan.
"Maaf, Pak. Rekaman CCTV tidak ada dari Senin pagi. Baru aktif kembali hari Selasa."
Tidak ada rekaman dari Senin pagi? Jelas ada yang merusak CCTV di ruangan gue. Tepat disaat gue sibuk dari pagi dan besoknya sibuk membantu Laura pindah ke rumah gue.
"Pak, hari Senin pihak security bilang CCTV di ruangan Bapak rusak. Hari Selasa baru di perbaiki. Makanya di hari itu tidak ada rekaman apapun di ruangan Bapak."
Gue ga percaya semua kebetulan. Pasti ada yang sudah merencanakan semuanya jauh hari. Lalu menuduh Laura agar gue membenci Laura.
"Kenapa kamu tidak melaporkannya ke saya?"
"Maaf, Pak. Saya lupa. Hari itu juga saya jarang bertemu dengan Bapak."
Apa dia pikir alasannya bisa gue percaya begitu aja? "David, cek sekali lagi." Gue memberi tanda ke arah David. Bukan mencek rekaman tetapi Thesa.
Hanya ia orang yang paling gue curigai. Dari keterangannya sampai ia menuduh Laura. Ia jelas tahu selama menjadi asisten gue, apapun masalah yang ada, ia harus melaporkannya ke gue atau ke David.
Bahkan Hans yang gue percaya kerja di luar kota sekalipun akan melaporkan apapun ke gue atau ke David. Tidak hanya agar salah satu dari kami tahu tetapi juga untuk menyetujui keputusan.
David memberikan laptopnya ke hadapan gue. Ada aliran dana masuk ke rekening Thesa. Dana dalam jumlah yang sangat besar.
"Tolong print kan."
"Baik, Pak." David mencetak dan membagikan ke semua yang hadir. Semua terkejut terlebih Thesa. Tangannya bergetar memegang selembar kertas dengan angka sangat besar bagi seorang pegawai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tory
RomanceKali ini gue ga bisa mengelak akan bertemu dengan Laura. Apalagi sebagai investor, pasti gue akan bertemu dengannya. Setelah 14 tahun entah ia masih sama seperti dulu atau tidak, gue ga peduli. Yang pasti gue berharap ia ga menempel ke gue sama sepe...