awal

245K 8.8K 132
                                    

Di sebuah rumah sederhana terlihat dua remaja yang sedang membersihkan halaman rumah "Andai gue punya sapu ajaib yang bisa di suruh nyapu sendiri, kan gue gak perlu capek-capek nyapu begini" monolog salah satu dari anak itu.

"Woi! Raksa buruan lo nyapu-nya, masih mending gue bantuin malah enak-enakan lo duduk di atas daun yang udah susah-susah gue kumpulin" omel Davin sahabat dari pemuda yang di panggil Raksa.

"Sabar lah jir gak tau apa gue lagi mikir, jadi ilang kan pikiran gue" balas Raksa lalu bangkit dari duduknya.

"Gak perduli gue sama pikiran lo yang ilang yang penting lo buruan tuh, kumpulin daun keringnya" ucap Davin memberikan plastik sampah pada Raksa.

"Lo tuh ya prihatin dikit gitu loh, sama teman yang lagi kesusahan gini, udah uang sekolah gak bisa bayar gak punya duit lagi. Kerja belum gajian" ucap Raksa sambil mengumpulkan daun-daun kering yang sudah di sapu oleh temennya.

"Kerja baru dua hari aja udah di keluarin pake ngomongin gajian segala lo yang bener aja Sa" balas Davin, ia tahu Raksa itu baru saja bekerja di sebuah rumah makan milik tetangganya tapi anak itu baru masuk berkaja dua hari sudah di keluarkan karena memarahi anak pelanggan yang terus menangis waktu itu.

"Bukan salah gue salah tuh anak yang nangis gak mau diem, udah tau sininya lagi ribet banyak pesanan tuh anak pakai minta buru-buru yang lapar kan bukan dia doang, yang pesan duluan aja belum dapat dia udah nangis-nangis minta duluan" bela Raksa pada dirinya sendiri.

"Namanya juga anak kecil Sa" balas Davin.

"Anak kecil dari mananya jir orang udah gede gitu" balas Raksa seingatnya anak itu bukan anak kecil mungkin seusia dirinya atau di bawanya sedikit.

"Tapi Sa masa nenek lo gak ada tabungan atau apalah gitu yang bisa lo gunain untuk menyambung hidup lo, seenggaknya untuk berberapa waktu ke depan" ujar Davin menghentikan sejenak kegiatannya.

"Ada sih tapi nenek bilang boleh di gunainnya nanti kalau gue udah gede itupun kalau semisalnya gue butuh banget kalau masih bisa cari sendiri katanya gak usah pake kartu itu" ucap Raksa, dia masih ingat dulu neneknya pernah memberikan buku tabungan pada dirinya, kata neneknya kartu itu adalah peninggalan sang ibu, tabungan untuk dirinya saat dirinya dewasa nanti.

"Tapi kan sekarang lo lagi butuh, kenapa lo gak coba ambil uang dari kartu itu aja dulu"

"Gue gak tau caranya, lo tau caranya?" tanyanya.

Davin menggelengkan kepalanya "Gak juga tapi waktu itu Ibu gue ngambil duit ke Bank lo coba aja mana tau bisa"

"Jauh dong harus ke kecamatan dulu"

"Tenang aja gue punya tabungan bisa kita pake buat ongkos ke kecamatan" balas Davin menepuk pundak Raksa "Malam ini lo makan malam di rumah gue aja, Ibu gue udah masak banyak"

"Gue udah beli bahan masakan tadi, lain kali aja gue makan di rumah lo" tolak Raksa yang merasa tak enak jika harus menumpang makan di rumah sahabatnya itu, meskipun mereka bilang tidak masalah tapi dirinya merasa malu.

"Itu buat masak besok aja, nanti makan aja di rumah gue"

"Yang ada busuk bahan masakan gue, lo kan tau gue gak punya kulkas" balas Raksa lalu melanjutkan kegiatannya, agar lebih cepat selesainya.

"Lo beneran udah beli bahan masakan kan?" tanya Davin untuk memastikan temannya itu tidak berbohong pada dirinya.

"Serius, gak percaya lihat aja sana ke dalam" balas Raksa.

"Ya kalau lo bohong sakit tanggung sendiri" ucap Davin lalu membantu Raksa mengumpulkan sampah daun kering.

Selesai membersihkan halaman Davin juga sudah pulang ke rumahnya, kini Raksa sedang menyiapkan bahan-bahan masakan dengan bahan seadanya di rumah "Kalau Nenek masih ada rumah gak sesepi ini" monolog Raksa sambil memotong sayuran, rumah menjadi begitu sepi setelah kepergian sang nenek. Memang dua tahun sudah berlalu tapi rasanya baru kemarin dirinya bercanda dengan sang Nenek dan tiba-tiba saja Nenek-nya pergi ke tempat yang begitu jauh, tentu saja hal itu tidak mudah untuk dirinya melewati dua tahun tanpa sang Nenek namun keadaan memaksa dirinya untuk terus bertahan, keadaan memaksa dirinya untuk bisa dalam segala hal tanpa adanya orang tua di sisinya.

RAKSA MAHATAM (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang