Dear Taylor

166 6 11
                                    

"You Say You Love The Rain, but You Open Your Umbrella, You Say You Love The Sun, but You find a Shadow Spot, You Say You Love The Wind, But You Close Your Windows, This is Why I'm Afraid When You Say That You Love Me" __ William Shakespeare

"Dear mbak Taylor, gue perna pura pura suka Americano cuma supaya bisa ngopi bareng doi, tapi ujung-ujungnya gue kena Gerd trus di duain. Sakit fisiknya dapet, sakit hatinya juga dapet.."

"Lu ledekin gue?

Bianca menjulurkan lidahnya, memamerkan iris mata coklatnya yang saling mencium. Wajahnya yang menyebalkan itu sedang di tabrak sinar matahari, membuat matanya serupa rum. Mengingatkan gue pada koktail bernama 'Sunset in Manila'. Julukannya adalah "Girl With bir eyes." Karena Bir dan matamya sama-sama memabukkan. Tapi mungkin gue nggak perna suka sama alkohol. Makanya gue nggak perna mabuk.

Gue bersumpah akan mengutuk siapapun yang membuat tren "dear Taylor" saat itu. Bianca nggak akan meledek gue kalau aja lagu All to well tidak mengalun di seluruh penjuru coffe shop.

" Kalau ada award untuk tren ini, sudah pasti lu pemenangnya Gley."

"Sialan lu."

Bianca tergelak. Gue berubah galak.

"Aduh! Aduh! Jangan di cubit! Aduh sakit Gley..." ekspresi gembiranya hilang di telan keluhan.

"Syukurin, rese si lo! Emang menurut lu lucu begitu?"

"Bukan lucu Gley.. TAPI LUCU BANGAT HAHAHAHA.. EH IYA IYA AMPUN! AMPUN!"
0
"is someone pain jokes to you?"

Bianca nggak menjawab pertanyaan gue, tapi malah balik melemparkan pertanyaan random yang membuat gue gemas. "Ini warna apa?"

Dia menunjukkan kopi di tangannya.

Gue merasakan kulit di antar alis gue mengencang. "BI! AM I REALLY A JOKES TO YOU? Lu nggak ngehargain perasaan orang bangat tau nggak!"

"Jawab dulu Gley.." suaranya menuntut.

"Emang sepenting itu warna kopi lu? Lu abis nyinggung orang trus ngalihin gitu aja__"

"Gley timbang jawab doang".

"Ngeselin lu Bi!"

"Iya gue ngeselin, jadi ini warna apa?"

"Hitam puas lu!"

"Trus meja ini warna apa? "

"Putih, bentar emang kenapa si?"

"Daun yang di pohon itu?" Gley masi tidak berhenti dengan pertanyaan gilanya.

Gue mendengus tidak sabar. "Hijau."

"Baju cowok di sana ? "

"Auk ah, "

"Jawab dulu."

"Biru"

"Tas cewek di sana?"

"Asin."

"Ih serius Gley."

"Merah."

"Nah lu ternyata nggak buta Warna tapi kenapa lu nggak bisa lihat that someone you loved is red flag? Your pain isn't a joke Gley, justru gue prihatin ama lu,gue nggak mau lu get a long relationship with a pain"

"Bi, my relationship itu bukan urusan lu. Mind your own bussines okey"

"Hadeh dasar keras kepala! Gue kasi tau ya, belajar dari lagu 'Balon ku' meletus 1 balon aja hatinya sangat kacau, padahal masi punya 4 balon. Coba kalau balonnya ada 50? Lagunya bakalan berubah kayak gini :

AnaheimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang