Bab 11

2.1K 104 14
                                    

Kini Anin dan Barra sedang dalam perjalanan pulang, selama menempuh perjalanan tidak ada satupun yang berniat memulai obrolan. Setelah perbincangan dengan Tuan Laren beberapa jam lalu di rumah Barra, membuat keduanya sedikit canggung.

Anin yang sibuk memandangi kelap kelip nya lampu di jalanan dari dalam kaca mobil, sedangkan Barra yang sibuk menyetir.

"Kakek tidak sabar menjadi kakek buyut. Kakek sangat menantikan cucu dari kalian berdua."

Ucapan Tuan Laren terus memenuhi pemikiran Anin, hatinya merasa gelisah. Di satu sisi dia tidak ingin membohongi apalagi membuat pria paruh baya tersebut kecewa, tetapi disisi lain hubungannya dengan Barra tidak akan pernah sejauh itu.

Pikir Anin, tidak ada cinta diantara mereka. Disisi lain, wanita itu yakin bahwa dirinya masih mencintai Agra. Dia tidak ingin membuat pria yang menjadi cinta pertamanya itu kecewa.

Tanpa Anin disadari, ada pria lain yang akan di buat kecewa olehnya di masa depan.

Gerak gerik Anin tak luput dari perhatian Barra. Benar, Meski sedang sibuk menyetir tetapi ekor mata Barra sering kali melirik kearah Anin untuk memastikan suasana hati wanita tersebut.

Barra sangat paham permintaan kakeknya akan sangat menggangu pikiran Anin. Pria tersebut tidak tahu bagaimana cara membuat mood wanita membaik, karena dari dulu Barra tidak pernah terlihat romansa dengan wanita manapun.

"Tidak perlu dipikirkan." Akhirnya ucapan Barra memecahkan keheningan diantara keduanya.

Anin menoleh, "Kau tahu apa yang aku pikirkan?."

Barra yang masih fokus ke jalanan menganggukkan kepalanya, "Tentang ucapan kakek, right?."

Terdengar helaan nafas dari wanita yang duduk disampingnya. "Kau ingin ikut denganku ke suatu tempat?." Tawar Barra.

Anin mengernyitkan dahi, "Kemana?."

Barra hanya tersenyum tipis dengan mobil yang melaju ke tempat yang di maksud Barra.

***

"Wah."

Barra menoleh dan melihat wajah berbinar Anin saat melihat pemandangannya di depannya. Pria tersebut lantas tersenyum tipis, Anin yang biasanya terlihat sebagai wanita independen dan elegan seketika berubah menjadi seperti anak kecil sekarang.

Saat ini keduanya berada di atas tebing yang langsung tertuju pada pusat kota. Dari atas sana dapat terlihat dengan jelas betapa indahnya kota Jakarta saat malam hari, di tambah taburan bintang pada langit yang gelap dengan paparan sinar rembulan membuat semuanya seakan sempurna.

"Darimana kau menemukan tempat ini?." Tanya Anin dengan tatapan yang tak luput dari pandangan indah di hadapannya.

"Dulu Bunda sering mengajakku ke tempat ini." Jawab Barra dengan suara pelan.

Anin menoleh dengan perasaan bersalah, "Maaf." Sesal Anin

Barra menatap Anin dengan senyum tipis, "Maaf untuk apa?." Kekeh Barra.

Melihat Anin yang hanya bergeming di tempatnya, membuat Barra menghela nafas pelan. Ayolah, pria tersebut membawa Anin ke tempat ini untuk menghiburnya.

Anin tersentak saat ada jas hitam sudah bertengger di pundaknya, wanita tersebut menoleh dan tatapannya langsung bertabrakan dengan manik legam milik Barra.

"Dingin." Ucap Barra.

Anin mengangguk, "Terimakasih."

"Hem." Barra berdehem sebagai jawaban.

Keheningan meliputi sekitar mereka, keduanya sibuk menikmati suasana tenang  dengan hembusan angin yang membuat siapapun merasakan kenyamanan di dalamnya.

COMPLICATED LOVE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang