Bab 14

379 30 3
                                    

Saat sedang fokus dengan hasil desainnya, Anin tersentak saat ada sepasang lengan kekar memeluknya dari belakang. Wanita itu bernafas gusar, ia sudah tahu siapa yang berani masuk ruang kerjanya dan memeluknya dari belakang.

Mencium aroma khas dari pria yang memeluknya, Anin sudah dapat menembaknya.

Parfum ini, benar. Ini adalah parfum yang Anin belikan waktu masa SMA, tepat di hari ulang tahun pria tersebut yang di pakainya sampai sekarang.

"Anin, I really miss you, this really torments me." Lirihnya.

Hembusan nafas Agra di tengkuknya, membuat badan Anin meremang, wanita itu berdehem dan melepas paksa pelukan Agra.

Agra sempat tak terima pelukannya di paksa lepas, wajah pria tersebut berubah muram. Anin yang menyadari perubahan hati pria di hadapannya lantas mengelus rahang Agra dengan lembut.

Agra yang memejamkan mata dan menikmati tangan mungil dan halum membelai rahangnya, saat Anin menurunkan tangannya, Agra dengan cepat menahan dan mencium punggung tangan Anin dengan lembut.

Manik keduanya saling bertubrukan, saling terkunci satu sama lain dalam beberapa detik.

"Jika mencintaimu akan membuatku terluka, maka aku rela.. asalkan kau yang menjadi obatnya." Ucap Agra sambil mengelus tangan wanita di hadapannya dengan lembut.

Saat sedang hanyut dalam perasaannya, tiba tiba nama seseorang terlintas di pikirannya.

Barra

Kenapa tiba tiba Anin teringat pria tersebut saat bersama Agra?

Melihat wanita di hadapannya hanya bergeming, membuat Agra perlahan mendekatkan wajahnya untuk menyatukan bibir mereka, tapi saat itu juga kesadaran Anin kembali.

Wanita itu refleks membuang wajahnya ke arah samping hingga ciuman Agra meleset dan mengenai rahangnya.

Anin berdehem, "Agra kamu gak bisa sembarangan masuk ke ruang kerja ku."

Agra menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa gak bisa? kamu keberatan aku ada disini?."

"T-tidak, bukan seperti itu...tapi aku gak  mau ada orang lain yang salah paham nantinya." Jawab Anin kesal.

Agra mengedikan bahu acuh dan menarik pinggang Anin agar menempel padanya.

"Aku gak peduli sama pendapat orang lain!." Jawab Agra datar.

Ditatap tajam oleh pria di hadapannya, membuat Anin gugup, "Tapi ini tentang reputasi dan nama baik kita gra..kamu gak lupa sama status aku kan?."

Agra berdecak, status Anin yang menjadi tembok dan mempersulit kisah cinta mereka berdua.

Status sialan!

"Kenapa tidak langsung bercerai saja, hm?." Anin membulatkan matanya saat mendengar ucapan Agra yang seenaknya itu.

"Apa kamu pikir itu mudah? pernikahan ini melibatkan dua keluarga! Aku tidak mungkin bercerai dengan usia pernikahan yang bahkan belum sampai tiga bulan." Cerca Anin, tapi bagai angin lewat untuk Agra.

Pria tersebut melepaskan pinggang Anin dan berjalan kearah balkon. Melihat itu, Anin sadar bahwa ucapannya merusak mood pria di hadapannya.

Anin menghembuskan nafas lelah, perlahan di berjalan ke arah balkon untuk menghampiri Agra.

"Marah, hm?." Tanya Anin dengan tatapan lurus ke depan.

Agra menoleh ke arah Anin, dalam posisi ini dia dapat melihat kecantikan gadisnya.

Gadisnya?

Iya. Agra tidak peduli dengan status Anin ataupun padangan masyarakat terhadap dirinya.

COMPLICATED LOVE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang