Tepat di sebuah gedung hotel sudah ramai oleh orang-orang berdatangan untuk menghadiri acara pernikahan Satria. Dekorasi pun dihias semeriah mungkin, bahkan pihak keluarga Satria sibuk dandan untuk hari pernikahan anaknya.
Sedangkan Ella sibuk menara air minum karena ia mau, padahal disana sudah banyak para pelayan. Melihat Ella yang sibuk membuat salah satu pelayan menepuk bahu Ella. "Kak, kakak disuruh tuan Satria menghantarkan minuman ini ke kamarnya."
Ella hanya mengangguk saja sambil menerima nampan berisi minuman lemon tea itu. Ia pun berlalu dari ballroom itu menuju ruangan khusus dimana para keluarga pengantin berada.
Eh, baru saja berdiri di depan pintu kamar, Ella mendengar suara histeris dari dalam kamar yang diyakini adalah suara majikannya, Monika. "Mana bisa begitu, saya gak mau punya menantu yang lagi hamil anak orang lain!"
"Ayah akan bilang ke semua tamu kalau pernikahan ini dibatalkan."
"Tidak bisa begitu, yahh!" Terdengar frustasi sekali Monika bilang begitu. "Bunda gak mau nanggung malu di depan para tamu, gimana reaksi mereka kalau anak kita batal nikah!"
"Ya kalau tidak dibatalkan, terus si Satria menikah dengan siapa kalau Laura saja sudah kamu usir."
"Ya carilah, kontrak kalau perlu."
Ella masih saja menegang, sebenarnya ia ingin beranjak kabur, tapi urung saat ada sebuah tangan yang memegangnya tiba-tiba dari belakang. "Lo ikutan denger juga ya, El?" Tanya Satria membuat Ella menoleh dengan cepat.
"Lo ... Serius gak jadi nikah?"
"Lo waktu itu bilang mau bantuin gue kan kalo gue kepepet?" Tanyanya dan Ella hanya mengangguk enteng.
Satria menatap wajah ibunya yang tampak kecewa sekaligus kesal di balik celah pintu. Tanpa babibu Satria mendorong pintu sambil menarik tangan Ella agar ikut masuk ke dalam kamar.
"Satria?" Kaget Monika dan Ardy yang langsung berdiri dari kursi. "Kamu bohong ya kalau kamu bilang sudah menghamili Laura!" Teriaknya membuat semuanya terdiam.
"KAMU INI GIMANA SIH, MASA MAU BERTANGGUNG JAWAB ANAK ORANG LAIN, MALU-MALUIN AJA KAMU!" teriaknya karena sudah capek dan kemudian ia pun pingsan membuat semuanya heboh dan tak lama beberapa pelayan datang.
Kacau sudah kalau sudah begini, Satria pun pergi sendirian untuk menenangkan diri yang sebenarnya tidak mungkin juga membuat dirinya tenang saat ini disaat kondisi sedang darurat. Satria melihat para tamu yang tambah lama tambah ramai sampai ada yang berbisik karena sudah jam siang tapi acara belum juga mulai. Untung saja ada band yang mengalihkan segalanya membuat sebagian orang menikmati musik dan acara.
"Bang, gue takut bunda kenapa-kenapa sama jantungnya," ujar Haikal yang tiba-tiba berdiri di sebelahnya. "Lo punya rencana bang?"
"Ada, tapi terpaksa," balas Satria sambil mengepalkan tangannya. "Gue bakal bikin acara pernikahan gue tetep lanjut."
"Gimana?" Tanya Haikal kaget. "Sama siapa Lo nikah, bang?"
Satria diam, tapi matanya fokus ke bawah sana dimana ada Ella yang sedang berbincang asik dengan seorang lelaki yang ia kenal dan sudah lama tak ia lihat. Haikal pun mengikuti arah pandangan Satria ke bawah. "Sama Ella?" Tebaknya dan Satria tak menjawab, ia berjalan ke bawah untuk menghampiri Ella di bawah sana, sedangkan Haikal hanya menonton dari atas balkon.
"El ... Gue mau bicara serius sama Lo," ucap Satria yang selalu saja datang tiba-tiba. Cowok yang bersama Ella ikutan menoleh dan tersenyum ramah.
"Eh, Satria, udah lama gak ketemu, udah mau nikah aja, selamat ya," ucap cowok itu sambil mengulurkan tangannya dan Satria pun menerima tangan itu membuat keduanya berjabat tangan. "Tapi kok pengantin malah keluyuran?" Lanjutkan sambil cengengesan.
"Kalian saling kenal ya, Jeff?" Tanya Ella kebingungan.
"Iya, ayah kita berteman sebenarnya, terus juga kan kamu tahu sendiri adik saya yang seumuran kamu pacarnya adiknya Satria juga, jadi keluarga kita termasuk dekat," jelas Jeff si pria yang sama tampannya seperti Satria itu, dari perawakannya juga Satria dan Jeff seumuran.
"Ohh, gitu pantes akrab--
"El, gue mau bicara sama Lo, berdua," tekan Satria buru-buru karena terdesak dan tak ada waktu lagi, apalagi mau basa-basi sama Jeff.
"Dadahh, Jeff, nanti kita ngobrol lagi!" Teriak Ella riang sambil melambaikan tangannya ke Jeff yang tampak memasang wajah senang, sedangkan Satria agak gimana gitu liatnya, susah dijabarkan.
Setelah lingkungan sekitar agak aman dan sepi, Satria menatap Ella dengan tatapan serius. "El, gue masih inget waktu itu Lo bilang ke gue kalo gue butuh bantuan Lo bakal bantu kan?"
Ella mengangguk, tentu saja ia tulus mengucapkan hal itu membuat ia masih mengingatnya. "Iya, gue bakal tulus bantuin Lo, apapun."
"Apapun kan?" Tanya Satria memastikan sekali lagi. Kemudian Satria menggenggam tangan Ella. "Gue gak tau mau minta tolong ke siapa lagi, sumpah gue bingung kalo gak ada Lo saat ini. Ella ... Lo mau kalo sekarang ini Lo nikah sama gue?"
Apa-apaan ini? Ella tentu saja sudah melotot, entah matanya lah, atau mulutnya lah yang sudah lebar tak karuan. "Gila Lo, kenapa gue!"
"Gue bingung mau cari cewek siapa lagi. Kalo Lo mau tau, bunda gue punya riwayat sakit jantung, Lo juga denger kan tadi kalo bunda gue yang gengsi itu gak mau malu di depan kawan-kawannya, gimana kalo pas bangun bunda udah nanggung malu terus kumat."
"Sat...
"Gue tau gue banyak salah sama Lo dimasa lalu, El. Tapi please, untuk kali ini, gue lakuin untuk bunda gue," balasnya menggebu-gebu. "Gue gak bakal apa-apa'in Lo, ini sementara, oh apa perlu kita bikin pra-nikah, langsung kita buat sekarang, apapun--
"Bagi gue pernikahan hanya untuk seumur hidup satu kali, dan seumur hidup itu lama. Dan Lo enak banget kontrakin gue seenaknya," balas Ella agak nyesek dan hendak pergi karena merasa tidak dihargai.
"Ella!" Teriak Satria membuat Ella berhenti. "Kalo Lo mau pernikahan kita untuk seumur hidup, oke, gue mau. Masalah cinta, gue berusaha buat jatuh cinta sama Lo, begitu pun sebaliknya."
Ella menoleh, entah angin dari mana Ella merasa dapat jawaban, Ella berpikir Monika sangat baik kepadanya, walau Satria masih menyebalkan tapi ia sudah baik kepadanya, termasuk Haikal dan Ardy, Ella masuk ke dalam keluarga mereka seperti dijadikan keluarga juga, memikirkan majikannya yang punya penyakit jantung membuat Ella tak tega apalagi jika menyangkut tentang seorang ibu dan dengan berat hati ia harus mengambil keputusan yang ia anggap terbaik dan tak ia sangka dalam hidupnya. "Oke, gue mau nikah sama Lo."
**
Ayok lah es, kita makan rendang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Bersamaku Di Mesin Waktu
Fiksi IlmiahSemua dimulai dari gadis yang kerap disapa Ella, ia adalah sang subjek dari sebuah uji coba penelitian untuk menjelajahi mesin waktu ke masa depan. Awalnya ia hanya ingin menjalankan misi para peneliti di masa depan, tapi semua rencananya berubah sa...