Tempat Kembali

284 35 19
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Hari yang ditunggu pun tiba, tahap akhir seleksi Prince Guard di Ignatius. Sean mencengkram gagang pedangnya kuat-kuat dan dahinya tertunduk menempel dengan gagang pedangnya. khidmat sekali, seperti sedang berdoa.

"Ayolah Amore, aku yakin lawan itu bukan apa-apa untukmu, bantulah aku" gumamnya.

Memang agak aneh anak Viscount ini, batin Wilson.

"Siapa Amore?" Bisik Wilson pada Vian, setelah dia jengag sekali melihat gelagat aneh Sean.

Mata vian melirik pada Sean "Pedangnya" jawabnya acuh. 






Vian menyikut pinggang teman-temannya termasuk Sean. "lihat deh perempuan disana, mereka melihat ke arahmu Sean" 

Sean hanya menoleh, dia tersenyum ragu membalas senyuman para perempuan, yang sedetik kemudian menutup wajahnya karena malu. Sean tidak menggubris lagi, dan hanya berjalan memasuki arena. 

"Sean kau harus belajar mendekati perempuan, kau tau" kata Vian, "kau tetap bisa memiliki hubungan, meski menjadi Prince Guard kan?"

"Entah" Sean mengendikkan bahunya "tidak ada yang menarik perhatianku" 


Pandangan Sean berkeliling, jujur saja dia tidak tidur dengan benar beberapa malam ini. Dia saja sebal sekali, pada seseorang yang bernama Bara. Orang yang selalu hadir di mimpinya. Orang yang membuat hatinya sakit saat Sean bangun dari tidur.

Sialan, umpatnya.

.
.
.

"Beau" Panggil Marcus lembut,

Sementara kepala adiknya masih menunduk, hingga nyaris menempel pada keramik yang sedang dilukisnya.

Beau hanya berdeham, adik kecilnya memang begitu jika sudah serius.

"Kak Janvier menanyaimu terus, dia bilang, dia sudah memindahkan seleksi Prince Guard kemari agar dekat denganmu"

Beau agak merenggut mendengar nama kakak keduanya. Tangannya mengetuk-ngetuk kuas lukisnya di meja.

"Aku gak mau ketemu kak Janvier, dia mempermalukanku"

Kening Marcus berkerut, sedetik kemudian tulang pipinya terangkat. Dia ingat Haikal, Prince Guardnya mengatakan kalau Janvier menegur Earl of Aberforth di sekolah.




Dua hari lalu,

Saat Beau baru saja menginjakkan kakinya di pintu utama sekolah. Tanpa dia sadari, Beau menggenggam tangan kak Janvier erat. Pandangannya turun, Beau agak malu menatap balik pada banyak pasang mata yang menatapnya.

Hingga akhirnya, Daniel menjemputnya di pintu utama. Satu tangannya berada di saku. Dia berdiri di tiang pintu.

"Salam Prince" katanya menunduk hormat pada Prince Janvier dan Beau.

Sean BeauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang