0.6

324 23 1
                                    

HAPPY READING

Sorry for typo

BRAKK

Terdengar suara gebrakan dari pintu UKS, semua yang berada di dalam langsung kaget dibuatnya. Dapat mereka lihat ada seorang yang mereka kenal yaitu gerhana dengan sesosok manusia digendongnya berjalan cepat menuju brankar.

"Ngapain kalian diem aja bangsat, cepat panggilkan Dokter sialan!."

Mendengar teriakan penuh amarah itu mereka langsung bergegas memanggil dokter sekolah yang ternyata sedang ada keperluan di ruang guru.

Gerhana langsung saja menghubungi kembarannya Galaksi, tak lama kemudian terdengar pintu yang terbuka sangat kencang dan munculah sosok yang mirip dengannya.

"Dek heyy bangun dekk" Galaksi dengan panik membangunkan sang adik

"Kenapa Lo belum manggil dokter Rai!" Galaksi berteriak untuk pertama kalinya pada gerhana karena biasanya sekesal apapun galaksi ia masih bisa menahannya, namun ia memaklumi itu

"Gua udah nyuruh mereka buat manggi tadi kai, tapi belum kesini"

"Lama banget anj! Rai lo telfon anak-anak buat nyiapin mobil di depan!" titah galaksi pada kembarannya

Langsung saja galaksi mengangkat Elvio ala koala, dan bergegas pergi ke depan menuju mobil yang sudah disiapkan oleh teman-temannya

Elvio World 🌎

Kembar winata kini telah sampai di rumah sakit dan berdiri di depan ruangan yang bertukiskan UGD, mereka juga sudah mengabari keluarganya terutama ayahnya dan abangnya max.

Keluarnganya telah sampai bersamaan dengan keluarnya dokter dari ruangan di depan mereka saat ini.

"Bagaimana keadaan adikku, Raka?," tanya Edgar dengan nada flat andalannya, Raka yang mendengar pertanyaan dari rekan kerjanya itu menghela napas.

"Saat ini kondisi Elvio sudah baik-baik saja, namun ada hal yang janggal dalam tubuhnya, apa ia sering mimisan dan pusing?"

"Iya dok dia sering mimisan dan beberapa kali sering mengeluh sakit kepala yang sakit sekali dok" jawab max

"Baiklah, sepertinya kita harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut, pemeriksaan bisa dimulai sekarang ya pak, selagi pasien masih dalam keadaan tidur, dan untuk masalah seperti ini Jangan sampai terulang lagi, jika tidak maka akibatnya akan lebih fatal lagi nantinya" jelas raka dengan formal.

Gilang, Edgar, dan yang lain mendengar hal itu merasa khawatir, ada apa dengan tubuh bungsunya? apakah itu hal yang buruk?. Tiba-tiba saja Diandra sudah berada disamping gilang dengan napas yang tidak teratur.

"M-mas El baik-baik aja kan?," tanya Diandra dengan suara bergetar, ini pertama kali baginya melihat hal yang seperti ini. Gilang yang mendengar hal tersebut langsung saja memeluk istrinya untuk menenangkan.

"El enggak papa sayang, dia itu kuat buktinya dia bisa bertahan sampai saat ini. Hanya saja ia butuh pemeriksaan lebih lanjut karena ada hal yang janggal ditubuhnya," jelas Gilang. Diandra yang mendengar merasa lega, setidaknya anaknya itu tidak kenapa-kenapa

🦋🦋

"Eungh" suara lenguhan terdengar di ruangan besar itu, yang membuat seluruh pasang mata menatapnya, dengan cepat mereka berjalan ke arah brankar.

Perlahan mata bulat itu mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk pada bola matanya. Elvio melihat ke sekelilingnya melihat seluruh keluarganya berada disini, bau obat-obatan tercium di indra penciumannya, jangan lupakan nasal cannula yang bertengger apik di hidung mungil miliknya.

"Bagaimana keadaan kamu Elvio?" tanya dokter Raka. Tadi selepas melihat tanda-tanda anak bungsu winata itu akan bangun, Gilang langsung saja menyuruh galaksi untuk memanggil dokter yang tadi memeriksa anaknya.

"Emangnya dokter ga liat apa? Kalo El lagi di rumah sakit ya berarti lagi sakit lah" sewot El, karena menurutnya basa-basi sang dokter itu sudah terlalu basi. Mendengar hal tersebut dokter Raka hanya menghela nafas sembari memeriksa keadaan pasien nakalnya ini.

Melihat muka dokter Raka, gerhana dan juga max hanya mampu menahan tawa, mana berani mereka ngetawain dokter yang belum ia kenal, ya meski dokter raka adalah teman masnya.

"Sekarang kondisi pasien sudah mulai membaik, hanya tinggal menghabiskan infus saja pak" jelas Raka pada Gilang.

"Dokter dokter... Nasal cannula nya dilepas aja ya? sama infusnya juga" rengeknya pada dokter Raka, berharap sang dokter itu luluh dengannya

"Tidak Elvio. Kamu masih butuh nasal cannula, nanti kalo infus kamu sudah habis baru boleh dicabut" bukan bukan sang dokter yang menjawab, melainkan masnya Edgar dengan nada dingin andalannya.

"Uhhh? Mas Edgar? T-tapi mas t-tangan El kebas dan jugaa El udah gak sesek lagi kok dadanya" masih berusaha membujuk dengan muka memelasnya, Edgar yang melihat itu pun menghela nafasnya,

"Ya sudah tapi nasal cannula nya aja yang dilepas, kalo infusnya nunggi habis okey?" ujar Edgar dengan nada lembut, yang membuat seluruh pasang mata menatapnya kaget apa lagi dokter Raka😀🙏🏻

"T-tapi-

"Jangan membantah ucapan mas mu itu Elvio!" Jika Gilang sudah berucap dengan nada tegasnya maka Elvio akan menurut saja, walau dalam hati juga ia misuh-misuh.

"Iya sayang dengerin apa kata mas Edgar ya sayang" sahut Diandra lembut, sembari mengelus surai anaknya. Elvio yang mendengar itu mengerucutkan bibirnya, kalau begitu sih lebih baik infusnya saja yang dicabut daripada nasal cannula nya.

"T-tapi mahh-

"Jangan membantah ucapan mereka Elvio!" Nada tegas itu mengisi ruangan yang sunyi. Seketika ruangan itu hening, Elvio yang mendengar nada dingin itu langsuk bergetar ketakutan. Max yang melihat adik kecilnya ketakutan langsung memeluknya.

"Pah jangan buat Elvio takut" ujar max tak kalah tajam dari papanya Gilang. Jika sudah menyangkut adiknya ia pasti akan bersikap seperti itu.

Ruang rawat Elvio sudah terasa sangat mencekam, apalagi aura dari tiga laki-laki tersebut sangatlah seram, Lalu tanpa diduga seseorang memasuki ruang rawat Elvio dengan tergesa hingga bantingan pintunya berbunyi sangat keras.

"EL! EL BAIK-BAIK AJA KAN?! ADA YANG SAKIT GAK SAYANG? SINI BILANG SAMA BABANG TAMVAN INI!" ada yang sudah menebak ia siapa? Jika kalian menebak bahwa ia adalah Zein Nugroho, maka jawaban kalian sangat amat benar.

Mendengar teriakan yang memekakkan telinga itu, Edgar menatap tajam sang empu sedangkan yang ditatap hanya cengengesan ga jelas.

"Aih abang zein berisik banget sih! Nanti kalo jantungnya El berhenti gimana hah?" cerocos Elvio dengan kesal, tanpa menghiraukan aura negatif di ruangannya. Semua keluarga disana menatap tajam Elvio.

"Mulut kamu mau saya jahit?" Elvio yang mendengar hal tersebut sontak saja langsung menutup mulut dengan tangan kecilnya itu.

"Mulut kamu emang mau disentil sama abang ya dek?" Max berucap dengan nada dinginnya. Ia tidak akan tau bagaimana jadinya kalau adiknya ini benar-benar pergi dari kehidupannya.

"A-abang m-maafin adek hehe, adek minta maaf semuanya"

"Nah gitu dong dek, sini-sini gege peyuk sini ututu"

"ENGGAK ENGGAK MAU GEGE BAU EE AYAM EL GA MAU WLEE" Elvio berteriak dengan mendorong badan gegenya yang atletis.

"ADEK JANGAN TERIAK!" Teriak Zein ketika mendengar adik sepupunya itu berteriak, nanti kalau El sakit lagi gimana? Ga bisa Zein rusuhin nanti.

"Tapi abang juga teriak!" balas Elvio tak kalah kerasnya.

•••

Terimakasih buat yang udah baca, jangan lupa buat vote yaa guys!!🥰

See u next chapter guys!💛👋






Elvio ||on going||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang