2

114 16 8
                                    

Ji-Sung sedang mengerjakan tugasnya di perpustakaan universitasnya. Buku yang dimilikinya kurang lengkap, bahkan mencarinya di internet kurang detail pembahasannya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengerjakan di ruang sunyi yang memiliki luas beberapa hektare dengan buku yang begitu banyak memenuhi rak.

Benda pipih Ji-Sung yang berada di atas tumpukan buku tepat di meja bergetar. Menampilkan sebuah nama Min-Ho yang sedang menghubunginya.

“Halo!” Ji-Sung bersuara kecil.

“Kau di mana?”

“Aku mengerjakan tugasku di perpustakaan.”

“Aku menunggumu di bawah.”

Panggilan terputus. Min-Ho lebih dulu mematikannya. Perpustakaan ini berada di lantai dua, Min-Ho pasti menunggunya dilobi perpustakaan di lantai satu. Akhirnya Ji-Sung mengemasi barangnya dan meletakkan kembali buku yang ia pakai sebagai referensi tugasnya. Sebenarnya tugasnya pun telah selesai, hanya tersisa bagian termudah baginya yang belum ia selesaikan. Lalu bergegas menghampiri Min-Ho.

Setelah sampai, Ji-Sung melihat raut wajah Min-Ho sangat gembira. Seperti pancaran cahaya matahari--berseri menampilkan gigi kelincinya.

“Ada apa?” tanya Ji-Sung.

“Aku tidak bisa mengantarmu pulang. Aku tidak menyangka Ji-Su mengajakku pergi.”

Ji-Sung berusaha tersenyum manis, turut bahagia dengan apa yang Min-Ho usahakan untuk mendapatkan hati Ji-Su sepertinya semakin membuahkan hasil. Istilah ‘sediki demi sedikit tapi pasti’, sepertinya Min-Ho telah mendapatkannya.

“Aku turut senang.” Ji-Sung menepuk bahu Min-Ho sebagai penyemangat. “Kapan kau akan pergi?”

Mereka pun beriringan meninggalkan gedung perpustakaan universitasnya.

“Sore ini. Masih ada waktu untuk bermain dengan mu.”

“Ch, itu terdengar seperti aku selingkuhanmu!” Min-Ho hanya mengerlingkan mata--jengah.

Di tengah-tengah perjalanan santai mereka di trotoar universitas, ada beberapa kelompok sedang bergosip. Itu terdengar seperti seorang laki-laki tengah menjalin hubungan dengan laki-laki pula. Tentu saja Ji-Sung dan Min-Ho mendengar itu dengan jelas. Akhirnya  cepat-cepat memeriksa sosial media di forum universitasnya. Benar saja, berita tentang mahasiswa sains sedang berkencan dengan mahasiswa teknik. Min-Ho pun memperlihatkan itu pada Ji-Sung.

“Bagaimana pendapatmu tentang ini?” tanya Ji-Sung pada Min-Ho sembari kembali menyerahkan ponselnya.

“Emm, jika itu tentang perasaan kita tidak bisa mengontrol dengan siapa kita menaruh hati. Tapi jika itu aku, aku yakin aku tidak akan mencintai laki-laki. Karna aku sangat mencintai Ji-Su. Aku sangat menginginkannya.” Saat menjawab pun, Min-Ho tidak bisa lepas dari senyuman kebahagiaannya tentang Ji-Su. Ternyata laki-laki ini, telah menaruh semua yang ia miliki pada perempuan bernama Ji-Su.

Saat Ji-Sung mendengar jawabannya, ia menghentikan langkahnya. Hal itu mengundang Min-Ho untuk berhenti dan menatap Ji-Sung yang sedang menatap pijakan kakinya dengan bingung.

“Ada apa?” tanya Min-Ho. Ji-Sung pun meneruskan langkahnya dengan gelengan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan Min-Ho.

“Apa kau tidak merasa kasihan pada mereka? Cinta mereka ditolak oleh dunia?” Min-Ho melihat sekilas Ji-Sung dari samping, lalu kembali sibuk dengan benda persegi panjang di tangannya.

Eccedentesiast [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang