Han Ji-Sung baru saja menyelesaikan kelas dengan suasana hati seperti biasa. Baru saja ia menerima pesan dari Jeong-In, menyuruhnya agar menyusul dirinya ke lapangan basket. Ji-Sung lebih memilih pergi ke market universitas alih-alih langsung menuju ke lapangan. Ia pikir membeli beberapa makanan ringan dan minuman untuk semua orang lebih baik.
Sebenarnya Ji-Sung sangat menyayangi Jeong-In seperti adiknya. Bagaimana tidak, laki-laki itu menggemaskan dan manis, ditambah dirinya sebagai anak tunggal sedikit membuatnya merasa kesepian. Ji-Sung pikir, jika ia memiliki seorang adik seperti Jeong-In, mungkin itu bisa membuat kehidupannya sedikit berwarna.
Ketika setiap kali laki-laki itu mengirimnya pesan, agar cepat menyusul karena teman Min-Hon selalu menganggunya, Ji-Sung akan segera datang, sedikit senang bahwa Jeong-In mengandalkan dirinya, seperti adik mengandalkan kakaknya.
Setelah sampai di lapangan basket, Jeong-In langsung menghampirinya dengan larian kecil, mengundang tawa ringan Ji-Sung karena Jeong-In terlihat menggemaskan.
"Mengapa harus berlari? Jika kau terjatuh, kau tidak akan bisa bermain basket." Ji-Sung mencoba menasehati dengan tutur kata yang lembut. Jeong-In hanya tersenyum manis sebelum menunjukkan deretan gigi rapihnya.
"Habisnya Hyung lama sekali. Liat, dia sangat menganggu! Baru saja dia mengatakan aku seperti rubah yang berkeliaran di gurun. Apa itu! Ah! Menyebalkan sekali!" Jeong-In menunjukkan wajah kesalnya, lalu ia meraih salah satu kantung plasik yang berisikan camilan dan minuman di tangan Ji-Sung, tetap dengan mulutnya yang mengerutu. Tanpa bertanya sekedar basa-basi, Jeong-In hanya melihat-lihat isi di dalamnya sembari melangkah mendekati yang lain.
"Di mana Felix?" tanya Ji-Sung.
"Jika ada Felix, aku tidak akan menyuruh Hyung segera kemari."Jeong-In masih mencari makanan ringan yang membuatnya ingin melahapnya, jangan sampai orang lain mengambilnya lebih dulu. "Di mana Hyun-Jin Hyung?" Biasanya laki-laki jangkung itu akan mengekori Ji-Sung, tetapi saat ini mereka tidak bersama. Hal itu mengundang pertanyaan.
"Dia memiliki sesuatu yang perlu dibahas dengan dosen." Jeong-In hanya mengangguk paham, sembari mengambil makanan ringan yang ingin ia cicipi. Ia tidak lagi bertanya, justru mengulurkan tangannya, memberi makanan ringan itu untuk yang lain. Ji-Sung pun menyerahkan sisa kantung plastik pada Min-Hon.
Sebenarnya ia masih kesal, bagaimana Min-Hon membuatnya menunggu berjam-jam. Ketika Ji-Sung memberikan sisa kantung plastik, Min-Hon berwajah tanpa salah. Terlihat netral tidak ada emosi di sana. Ji-Sung kembali berpikir, apakah Min-Hon tidak merasa bersalah, hingga menunjukkan wajah seakan tidak terjadi apa-apa. Itu membuatnya semakin kesal.
Hingga datang Hyun-Jin, menyapa Min-Hon dengan gestur alis terangkat dan sedikit gerakan dagu, sekedar menunjuk keberadaan Min-Hon.
"Ternyata sulit menyakinkan dosen itu. Aku menyerah!" Hyun-Jin membagi kesulitannya kepada Ji-Sung. Ji-Sung hanya tersenyum dan mengatakan bersabar pada Hyun-Jin.
Hyun-Jin melupakan tugasnya, ia pun menyelesaikan di waktu yang hampir habis. Itu sudah selesai dengan sempurna, tetapi ketika ia ingin menyerahkan tugasnya, justru ia meninggalkannya di rumah. Hyun-Jin melupakan tugasnya yang rampung dengan sempurna, ia pun mengunjungi dosen, memohon keringanan atas hal manusiawi yang dimiliki Hyun-Jin, ia tidak sengaja, bukankah seharusnya memberi kesempatan beberapa jam untuk mengumpulkan, tetapi sebaliknya dosen itu cukup tegas dalam hal waktu. Tidak heran jika ia memiliki julukan dosen killer, itu sesuai dengan ketegasan dan tidak membeda-bedakan mahasiswanya, baik kaya atau miskin, tinggi atau pendek, cantik-tampan atau jelek, dosen itu tetap menunjukkan bagaimana seorang dosen mengajar dan mendidik mahasiswanya dengan benar.
"Ya! Kalian telat! Kami menunggu dua jam lebih." Chang-Bin, berteriak ketika mendapati Felix dan Chris baru saja membuka pintu bagian depan lapangan dan melangkah dengan berkharisma. Sempat semua orang memuji mereka seperti kaum bangsawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast [BL]
General FictionEccedentesiast. Arti dari kata ini adalah seseorang yang menyembunyikan luka dibalik senyuman. 30 September 2023 - ? #Bahasabaku