16

52 7 0
                                    

Chang-Bin baru saja sampai di lapangan basket. Hari ini bukan untuk latihan melainkan acara perkumpulan. Sudah terhitung seminggu ia bersikap lebih dingin dari biasanya. Bahkan orang lain pun merasakan aura hitam mengelilingi seorang bernama Seo Chang-Bin.

Jeong-In sedikit bertanya-tanya, mengapa laki-laki itu berhenti mengganggunya. Tetapi jika dipikir lagi, bukankah baik untuknya lepas dari gangguan yang menyebalkan.

Chang-Bin duduk di dekat laki-laki manis dengan menyilangkan kakinya di lantai. Laki-laki itu tersenyum lebar sebelum memperlihatkan giginya. Bibirnya yang tebal memiliki setitik tahi lalat. Membuatnya unik.

"Mengapa baru datang?" tanya laki-laki itu.

Chang-Bin melihat sekeliling, ini terbilang cukup banyak orang yang antusias dengan acara sosial kali ini.

"Kau juga ikut?" Mengabaikan pertanyaan dirinya, ia cukup kesal hingga mendengus. Meski begitu ia menjawab apa yang ditanyakan Chang-Bin dengan menganggukkan kepalanya.

"Kau sedang dalam mode The King of Darkness?" Laki-laki itu pun dapat merasakan perubahannya. Seperti julukan dalam 'mode' itu sudah biasa ia katakan pada Chang-Bin.

"Wooyoung-ah! Kau ingin mati?"Ketika kata itu keluar dari bilah bibir temannya, ia justru melebarkan senyumannya dan kembali memperhatikan orang yang sedang mempersiapkan sesuatu sembari menunggu waktu yang dijanjikan untuk membuka percakapan. Wajahnya sungguh menakutkan. Bahkan laki-laki bernama Woo-Young itu tidak ingin melihatnya lagi dan fokus pada perkumpulan ini.

"Oh? Eh? Kau tidak duduk di sebelah Jeong-In? Ini aneh." Woo-Young kembali bersuara, bedanya laki-laki itu tidak menggerakkan kepalanya untuk melihat orang di sampingnya.

Woo-Young tidak sengaja melihat Jeong-In di sudut tepat di depan sana. Itulah alasan dirinya menanyakan hal itu pada temannya ini. Pasalnya orang itu selalu menempel pada Jeong-In, ini cukup aneh baginya. Ketika melihat Chang-Bin lebih memilih duduk di sebelahnya daripada laki-laki yang menurutnya menggemaskan, Jeong-In.

Tidak ada jawaban. Woo-Young kembali mendengus kesal. Lebih baik ia diam daripada orang ini akan melipatnya dan membuangnya ke tong sampah. Menghela napas untuk menahan diri, membuang kekesalannya pada Seo Chang-Bin dan kembali fokus.

•••

Dua pemuda baru saja meninggalkan ruangan. Jadwal kelas mereka baru saja selesai. Itu menguras energi mereka. Mata kuliah Matematika Bisnis benar-benar luar biasa. Angka-angka yang ada di dalamnya, hanya melihatnya saja cukup membuat kepala berdenyut.

Menghela napas berat, laki-laki bersurai hitam itu merogoh saku celananya. Ia mengambil benda pipih hanya untuk melihat kembali angka yang membuatnya stress, tetapi kali ini berbeda. Bedanya angka yang awal harus membuatnya mencari hasil dari susunan angka, sedangkan angka yang ingin ia lihat di layar ponselnya adalah waktu, pukul berapa saat ini.

"Felix, sepertinya aku tidak bisa ikut untuk makan siang. Aku ada perkumpulan acara sosial."

Felix menoleh pada orang yang berjalan di sampingnya. Laki-laki dengan tinggi badan tidak jauh darinya, ia adalah orang yang selalu menemaninya dari menjadi mahasiswa baru sampai saat ini, mahasiswa tahun ke dua.

"Acara sosial apa?" tanya Felix

"Aku sudah pernah menceritakan ini beberapa hari yang lalu. Tapi kau tidak mendengarkan dengan baik." Laki-laki itu Seung-Min. Ia sedikit kesal ketika Felix tidak mengingat itu. "Tiga minggu lagi, organisasi Ormawa akan mengadakan bantuan kemanusiaan di tempat terpencil. Aku masih belum tau di mana. Tapi aku ingin bergabung. Apa kau tidak membaca informasi di mading?"

Eccedentesiast [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang