Seung-Min dan Felix sedang duduk berhadapan. Mereka baru saja menyelesaikan pekerjaan untuk membersihkan kafe. Meski Seung-Min yang memiliki pekerjaan, tetapi Felix ingin membantu agar lekas selesai.
Setelah semua terlihat bersih, Seung-Min membuatkan minuman sekedar menemani mereka berbincang ringan.
Felix dan Seung-Min telah berteman ketika mereka baru saja menjadi mahasiswa baru. Mereka bertemu ketika para senior membuat permainan sebagai kelompok. Jika mengingat hal itu, membuat mereka tertawa geli. Mereka mulai dekat karena permainan konyol dari senior mereka. Jika para senior itu tahu, bahwa mereka mengatakan permainan konyol, habis sudah indentitas mereka yang terkenal baik dan lugu.
“Maafkan aku, Felix. Sepertinya aku kembali menyusahkanmu.”
Seung-Min menundukkan kepalanya, memainkan gelas yang terisi setengah cairan berwarna cokelat di hadapannya.
Seung-Min seorang laki-laki pekerja keras. Ia memenuhi kebutuhan bukan hanya untuk dirinya sendiri yang berstatus mahasiswa. Bahkan ibunya sering memarahinya jika Seung-Min tidak memberinya uang.
Felix mengetahui hal ini, karena sempat curiga. Seung-Min sering menutupi luka yang ada di tubuhnya. Ketika itu, Felix bermain basket di lapangan kota pada malam hari. Meski pencahayaan tidak terlalu terang, ia dapat melihat luka lebam di tengkuknya. Awalnya, Seung-Min hanya tercekat untuk menjelaskan. Hingga hari demi hari berlalu, Felix kembali menemukan luka di pelipisnya meskipun kecil. Hingga akhirnya, Seung-Min menceritakan apa yang terjadi.
Benar. Seung-Min mendapatkan kekerasan dalam keluarga. Ibunya bahkan dapat melempar benda apapun ke arahnya. Itulah yang membuat pelipis dan bagian tubuh lainnya terluka.
Sebenarnya Felix cukup prihatin. Tetapi dirinya tidak ingin menunjukkan diri, ia takut, bahwa Seung-Min akan berpikir bahwa dirinya meremehkannya--katakanlah bahwa ia lemah.
Oleh sebab itu, Felix akan menjadi orang pertama yang segera membantu ketika Seung-Min mengalami kesulitan. Contohnya malam ini.
“Ini tidak seberapa. Kau tau? Kau temanku, akan selalu seperti itu. Jadi bagi semua kesulitanmu agar aku bisa berguna sebagai teman.”
Seung-Min membutuhkan uang. Ibunya kembali berteriak gila padanya kemarin. Ibunya membutuhkan uang dengan alasan ia harus membayar hutang pada temannya. Seung-Min pun menjanjikan uang itu hari ini.
Seung-Min bahkan sangat malu. Terkadang dirinya tidak bisa melihat wajah Felix. Ketulusannya untuk membantu membuatnya semakin lemah.
“Seungmin-ah! Aku akan selalu ada. Jangan merasa bahwa kau seorang diri. Mari, kita lewati ini bersama. Hidup memang tidak mudah, bahkan bagiku yang memiliki segalanya. Asal ada kau, aku sudah bahagia.”
“Kau terlalu baik. Apa kau tidak takut, bahwa aku akan menghabiskan seluruh uangmu, lalu aku melarikan diri?”
Felix tertawa. Suara tawa barintonnya menggelegar di setiap sudut ruangan. Seung-Min yang tertunduk pun terkejut bukan main. Apa ini terlihat lucu hingga membuat orang di depannya ini tertawa terbahak-bahak?
“Kau akan melarikan diri ke mana? Aku bahkan dapat menyuruh siapapun untuk mencarimu.” Seung-Min kembali tertunduk lesu. Felix benar. Ia akan pergi ke mana, ketika uang adalah segalanya untuk bisa menemukan orang seperti dirinya yang kecil ini.
“Lagi pula, aku mempercayaimu.” Seung-Min kembali mengangkat wajahnya, menatap Felix yang tersenyum padanya. Wajahnya terlihat tulus--bahkan sangat.
Apa orang itu tidak mengerti, ketika kata ‘mempercayaimu’ itu, justru membuatnya semakin menanggung beban yang berat.
“Aku malu padamu. Aku selalu menyusahkanmu karna membutuhkan uang. Apa kau tidak berpikir aku berteman denganmu karna uangmu?” Felix kembali tertawa. Tawanya tidak sekeras di awal. Itu tawa ringan yang terdengar bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast [BL]
Fiction généraleEccedentesiast. Arti dari kata ini adalah seseorang yang menyembunyikan luka dibalik senyuman. 30 September 2023 - ? #Bahasabaku