Di hari-hari berikutnya, Ji-Sung melalui kesehariannya tanpa Min-Ho. Laki-laki itu sedang sibuk menemani Ji-Su kemanapun ia pergi. Waktu yang biasa ia habiskan bersama Ji-Sung, kini beralih pada Ji-Su.
Ji-Sung tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Tentang perasaan sakit setiap kali mereka terlihat mesra di depannya yang secara tidak sengaja ia lihat. Mengingat Ji-Su adalah seorang ratu universitas, telah banyak orang tahu gadis cantik itu telah menjalin hubungan dengan Min-Ho. Banyak orang mendukungnya, Ji-Sung sedikit bahagia akan hal itu, tetapi lebih meratapi diri. Ia tertawa, menertawakan dirinya sendiri, berpikir bagaimana jika dirinya yang menjadi kekasih Min-Ho, sudah pasti hujatan bahkan cacian akan terdengar. Sebagaimana sepasang kekasih sesama jenis waktu lalu.
Saat ini Ji-Sung menikmati minuman dingin di tepi lapangan. Banyak mahasiswa yang berlalu-lalang di hadapannya, melakukan aktivasi seperti biasa. Ia sedang menatap jauh dengan pikirannya melayang di udara. Hingga tidak sadar, seseorang sedang melangkah maju ke arahnya dari samping.
“Sedang apa?” tanyanya.
Ji-Sung pun lekas menoleh, melihat siapa yang sedang menyapanya. Ia tersenyum sembari menatap pergerakkan orang itu yang sedang mendaratkan pangkal pahanya di sebelah dirinya.
“Tidak ada. Hanya duduk dan melihat orang-orang.”
Tentu saja itu tidak bisa dipercaya. Wajahnya ketika melamun tidak bisa ia sembunyikan.
“Akhir-akhir ini aku tidak melihatmu bersama Min-Ho.”
Wajah Ji-Sung seketika berekspresi malas untuk menjawab. Laki-laki ini, pasti sedang ingin memperingatinya lagi, tentang bagaimana perasaannya terhadap laki-laki bernama Lee Min-Ho itu.
“Dia melupakanmu?”
“Bukan begitu. Ji-Su ingin Min-Ho menemaninya.”
“Memangnya perempuan itu tidak memiliki teman? Harus sekali ditemani kekasihnya setiap saat.”
“Hyun-Jin, bukankah dia sahabat adikmu? Mengapa kau berkata seperti itu?”
“Aku tidak menyukainya. Aku yakin dia berteman dengan Ye-Ji hanya untuk memanfaatkannya.”
Melihat bagaimana wajah Hyun-Jin, memang benar laki-laki itu tidak menyukai teman adiknya. Entah apa yang laki-laki itu pikirkan tentang Ji-Su, seperti dirinya mengetahui seperti apa perempuan yang memiliki julukan Ratu Universitas itu.
Pikiran Ji-Sung kembali melayang.
Hyun-Jin adalah salah satu temannya saat awal kuliah. Mereka saling mengenal saat berada di dalam organisasi yang sama, yaitu Organisasi Kemanusiaan atau Ormawa. Awalnya hanya berteman biasa sampai tahap sekarang menjadi tempat keluh-kesah Ji-Sung. Pemuda itu, entah mengapa sangat mudah menenangkan dengan pesan moral yang keluar dari bibir tebalnya. Tanpa Ji-Sung mengeluarkan suara, sebagian Hyun-Jin dapat mengerti apa yang dipikirkan laki-laki manis itu.
Hyun-Jin menatap lekat Ji-Sung dari samping. Tetap saja, tatapannya lurus sedangkan pikirannya kosong. Ia paham, akar masalah ini dari siapa jika bukan dari Min-Ho.
Ji-Sung tidak pernah sekalian pun menceritakan tentang perasannya terhadap Min-Ho. Entah bagaimana, suatu ketika acara ormawa, wajah Ji-Sung muram, bibirnya enggan bergerak, pinta suaranya malas bergeming, tatapannya kosong. Seperti saat ini. Lalu Hyun-Jin tidak sengaja melihat, ketika selesai acara ormawa di luar kota, Min-Ho menjemput dengan wajah berseri. Ia bercerita bagaimana cara laki-laki itu mendekati Ji-Su, ia bahagia ketika perempuan yang ia sebutkan dalam cerita merespon dengan baik. Seketika wajah Ji-Sung yang awalnya senang melihat Min-Ho menjemputnya, langsung berubah sendu menatap antusias Min-Ho namun tetap dengan senyuman manisnya. Alih-alih mengeluarkan emosi diri, justru Ji-Sung berkata ‘selamat’. Melihat itu, Hyun-Jin merasa simpati. Sangat menyakitkan menyembunyikan perasaannya terhadap orang yang kita cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast [BL]
General FictionEccedentesiast. Arti dari kata ini adalah seseorang yang menyembunyikan luka dibalik senyuman. 30 September 2023 - ? #Bahasabaku