18

29 4 0
                                    

Laki-laki dengan baju lebih besar dari tubuhnya, mendekati sofa yang ada seorang pemuda duduk sembari sibuk dengan poselnya. Ia jalan dengan sedikit tertatih-tatih akibat luka yang ia dapatkan semalam.

Mendengar seseorang mendekat, laki-laki itu meletakkan poselnya dan melangkah lebih cepet untuk membantu pemuda yang sebenarnya sama berasal dari Australia.

“Felix, kau terluka?” kepanikan orang itu terlihat jelas di wajah bahkan suaranya.

“Ini hanya luka kecil. Lecet karena sepatu.”

Setelahnya, Hyun-Jin datang dengan segelas minuman. Ia meletakkannya di meja tepat di hadapan laki-laki bermarga Bang.

Chris melihat pergerakan itu lalu mengatakan terima kasih. Ia sangat-sangat berterimakasih. Siapa sangka, jika yang ia syukuri bukan tentang minuman yang Hyun-Jin sajikan, melainkan tentang sesuatu yang lain.

“Terimakasih sudah menjaga Felix untukku.” Hyun-Jin sedikit tertegun tetapi lekas ia netralkan lalu mengangguk sebagai jawaban. Tidak pernah terlintas dibenaknya, laki-laki ini akan berterimakasih langsung hanya karena ia menjaga saudaranya.

“Aku sangat panik ketika San menghubungiku. Lalu dia sengaja membiarkanmu dibawa orang lain. Awalnya aku sangat marah. Panggilanku juga kau abaikan. Bagaimana aku tidak menjadi gila, Felix?” Felix hanya diam. Ia hanya menyimak apa yang keluar dari mulut kakaknya.

“Maafkan aku. Aku tau dan aku sangat paham, bahwa kau sulit ditipu olehku.”

So, you want to trick me?”

*Jadi, kau ingin menipuku?

“No! I mean ... awalnya aku memang ingin ikut karena ingin menjagamu. Aku tau ... aku tau apa yang  kau pikirkan. Aku tau apa yang kau rasakan. Itu adalah alasan pertama. Tapi aku juga memiliki alasan lain, aku pikir aku bisa ikut bukan hanya menjagamu. Jadi itu seperti dua alasan yang dapat aku jalankan sekaligus.”

Felix menatap lekat kedua bola mata cokelat karamel milik Chris.

Hyun-Jin hanya membiarkan mereka berbicara satu sama lain. Tetapi ia tidak ingin pergi dari duduknya, membiarkan mereka berbicara hanya berdua saja. Jujur saja, ia memiliki sedikit penasaran pada sesuatu. Lagipula, dua manusia ini seperti mengabaikannya, menganggap dirinya seperti rumput yang tertiup angin.

“Aku sudah memperingatkanmu. Why? Why are you so stubborn?”

* Kenapa? Kenapa kau keras kepala?

“Mengapa kau sangat membencinya?”

“Aku tidak membencinya. Aku hanya tidak suka.”

“Beri aku alasan yang pasti. Lalu aku akan melepaskan.”

Felix kembali menatap kedua mata itu lekat-lekat. Dirinya tahu, laki-laki yang sialnya adalah saudaranya ini tidak begitu bodoh melihat bahwa orang yang ia inginkan mencintai orang lain. Tetapi otaknya tidak sampai pada apa yang Chris pikirkan.  Dirinya pun tidak ingin mengulangi atau mengingatkan padanya bahwa orang itu tidak menginginkan dirinya.

Felix memalingkan wajahnya. Jujur saja dirinya pun tidak memiliki hak atas perasaannya. Tetapi ia pikir ini adalah kepeduliannya terhadap Chris.

“Felix?” Felix hanya diam dengan pandangan kosong. Dirinya hanya takut bahwa laki-laki ini akan merasakan patah hati lagi. Lalu siapa yang akan menemaninya ketika masa itu datang, bahkan untuk memikirkan dirinya sendiri, Felix sudah menggila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Eccedentesiast [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang