3

95 12 8
                                    

“Aku bosan di rumah. Meski banyak orang, tapi ... tidak ada yang bisa ku ajak bicara. Lalu Ye-Ji mengajakku kemari.”

Min-Ho mengangguk-angguk tanda mengerti. Ia pun langsung beralih menatap Ji-Su yang duduk di samping Ji-Sung. Hal itu semakin membuat suasana hati Ji-Sung tidak karuan.

“Jangan katakan kalian sudah resmi!”

Suara Ye-Ji seketika membuat sekujur tubuh Ji-Sung menegang. Detak jantungnya semakin cepat di rasa, hingga Ji-Sung sedikit membuka mulutnya untuk bisa terlihat normal ketika bernapas. Nyatanya, tubuhnya sedikit bergetar dan perlahan memberanikan diri untuk melihat Min-Ho.

Wajahnya. Wajah Min-Ho begitu bergembira. Apakah ini akhir dari perasaan Ji-Sung?

“Benar! Kami baru saja resmi.” Ketika jawaban keluar dari bibir mungil Ji-Su, Ji-Sung seketika memutuskan kontak matanya pada Min-Ho, menunduk pasrah. Jantungnya kini kembali normal, tetapi rasa sakit hatinya menjalar keseluruhan tubuhnya. Kini matanya memanas. Ia berusaha untuk tidak meneteskannya di sini, di depan semua orang termasuk Min-Ho.

Ji-Sung mengambil gelas bening berisi minumannya, lalu ia menyeruput cairan itu untuk sedikit menenangkannya.

Setidaknya ia harus berusaha terlihat tenang.

“Aku tadinya ingin menemui mu setelah mengantar Ji-Su. Tapi kita bertemu di sini.”

Ucapannya begitu santai. Ji-Sung merasa terkhianati, bagaimana teganya ia begitu bahagia ketika dirinya hancur. Ingin marah, Ji-Sung berpikir kembali. Memangnya siapa dirinya? Seorang pengecut yang tidak berani dalam mengungkapkan perasaannya sendiri.

“Untuk apa?” Ji-Sung berhasil mengendalikan dirinya.

“Aku ingin--”

“Membuatku iri? Membuatku kesal sekarang kau memiliki kekasih?” Ji-Sung memotong ucapan Min-Ho.

Ji-Su tersipu malu sedangkan Min-Ho tersenyum bahagia seakan ucapnya adalah candaan untuk dirinya.

“Lalu kapan kau mencari pasangan? Jangan membuatku merasa bersalah, meninggalkanmu karna mempunyai waktu kencan bersama Ji-Su.”

“Min-Ho!” Ji-Su tidak tahan. Bagaimana laki-lakinya ini menggoda dirinya seperti ini. Ia yakin, jika itu adalah kata untuk membuatnya bersemu merah.

“Tenang saja! Aku tidak akan menganggu waktu kalian.”

Ji-Sung memberi penegasan. Entah hanya perasaan Min-Ho bahwa nada suara Ji-Sung sedikit berbeda saat ini. Itu terdengar ia sedang menahan diri.

“Mengapa kau tidak membuka hatimu pada Ye-Ji? Aku yakin dia menyukaimu.”

Ji-Sung melirik Ji-Su yang sedang bicara sebelum ia beralih menatap Ye-Ji yang tengah kesal pada perempuan itu dan menyangkal perasaannya.

Tanpa menjawab, Ji-Sung pamit untuk pergi ke toilet.

Di sana ia melihat pantulan dirinya di cermin. “Kau sangat kacau Ji-Sung,” batinnya sedang mengkritik diri sendiri.

Ia membasuh wajahnya sebelum berusaha mengontrol kembali dirinya yang sedang kelu. Dengan menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya di udara, Ji-Sung berusaha baik-baik saja melewati pintu keluar lalu melangkah dengan mantap ke tempat semula.

Eccedentesiast [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang