#01

152 20 37
                                    

Seokjin berjalan sempoyongan menyusuri trotoar sepi. Waktu sudah menunjukan pukul 02:35 dini hari dan kesadarannya pun mulai pudar. Entah berapa banyak dia minum, yang pasti dia merasa sangat mual dan pandangannya kabur sekarang. Dengan tergesa, seokjin mencoba meraih tempat sampah di depan sebuah gang buntu lalu memuntahkan seluruh isi perutnya. Suara tubuh yang menghantam tumpukan sampah berpadu dengan suara muntahan yang keluar dari tenggorokannya, dia sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi di hadapannya sampai seseorang berpakaian serba hitam berdiri di hadapannya lalu mengangkat wajahnya. Dan Seokjin pun ambruk, kehilangan kesadarannya.

**

Seokjin membuka mata perlahan, dan seorang wanita berpakaian serba hitam berdiri di hadapannya. Sontak saja dia terkejut, Seokjin mencoba berdiri namun dia merasa sakit luar biasa di kepalanya.

"Jangan dulu banayak bergerak", ujar si wanita.

Seokjin melihat sekelilingnya, rupanya ia berada di salah satu kamar di rumah sakit.

"Aku detektif Han. Han Seola dari kepolisian Seoul. Apa kau baik-baik saja?", wanita itu memeperkenalkan diri.

"Ya, aku...kenapa aku ada di sini ya?", Seokjin nampak kebingungan.

"Kau di temukan di lokasi pembunuhan bersama korban seorang gadis pelajar SMU. Apa kau mengingat sesuatu?",

"Pembunuhan?", Seokjin mengernyitkan dahi.

"Ah, aku tidak ingat apapun. Semalam aku mabuk parah, aku muntah lalu... ah ya, ada seseorang tapi aku tidak ingat lagi", ujarnya.

"Baiklah, jangan dulu di paksakan. Lagi pula kau baru siuman. Kepalamu di hajarnya, mungkin itu sebabnya kau pingsan".

Seokjin memegangi kepalanya yang berbalut verban dan sedikit mengaduh.

"Oppa....sayang....kau baiak-baik saja kan?", tiba-tiba seorang gadis menyeruak masuk ke dalam kamar rawat seokjin.

"Ah menyebalkan. Hai detektif Han, kau bisa mengusir manusia itu?, aku mau istirahat agar cepat ingat kejadian semalam", ujar Seokjin pada Seola.

"Begitu ya?. Kalau begitu, nona, silahkan keluar. Pasien butuh istirahat", Seola mengusir gadis itu dengan lembut.

"Yak sayang, kau tidak bisa melakukan ini padaku!. Aku minta maaf, aku janji aku...",

"Usir dia!, kepalaku pusing", ulang Seokjin.

"Nona, sebaiknya kita tinggalkan dulu pasien sendiri", kali ini Seola menyeret gadis itu keluar.

"Lepaskan!, kau tidak sopan sekali. Kau tidak mengenalku hah?",

"Aku rasa aku juga butuh keterangan darimu, nona. Bisa kita bicara di tempat lain?",

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan tunanganku?",

"Mari bicara di tempat lain", ajak Seola.

"Cafe sekitar sini saja ya!, aku sangat mengkhawatirkan tunanganku",

Seola mengangguk.
Mereka pun mencari cafe terdekat untuk membicarakan keadaan Seokjin.

"Aku detektif Han Seola dari kepolisian Seoul. Aku di beri tugas mengintrogasi dan melindungi saksi pembunuhan",

"Pembunuhan? Saksi? Apa Seokjinku menyaksikan sesuatu?", potong gadis itu.

"Ehemm", Seola berdahem agar gadis itu berhenti memotong ucapannya.

"Ah mianhae", dia kembali tenang.

"Dini hari tadi ditemukan sesosok mayat di sebuah gang sempit di kawasan pertokoan sekitar sini. Korban seorang pelajar SMU bernama Park Yumna, 18 tahun. Bersamaan dengan jasadnya, masih di lokasi yang sama, kami menemukan Kim Seokjin pingsan dengan kepala berlumuran darah. Kuat dugaan tunangan anda menjadi korban penyerangan karena menyaksikan kejadian pembunuhan atau mungkin dia yang berusaha membantu korban. Entahlah, dia belum bisa dimintai keterangan. Kalau boleh tahu, apa yang terjadi sebelumnya?",

i can smell your SCENT [On GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang