20 / bencana

1.1K 84 19
                                        

"Oh, pulang juga kamu? Udah abis duitnya?"

Giselle baru saja meraih secangkir gelas untuk kemudian diisi dengan air dingin. Setelah mendarat di kota asalnya tiga belas jam lalu, gadis itu hanya menghabiskan waktu di dalam kamar. Hari ini belum melakukan interaksi lain dengan manusia selain Bi Ani. Menyenangkan rasanya memberi makan ego introvert-nya setelah sekian lama.

Kini ibundanya berjalan ke arahnya masih dengan setelan kantor lengkap dan tas ditenteng di tangan. Di belakangnya Bi Ani berlari berusaha mengimbangi langkah Ibunya yang panjang. Raut wajah Bi Ani terlihat panik dan mengisyaratkan saat ini bukan waktu yang tepat jika Giselle memilih untuk pick a fight seperti biasanya.

"Di suruh pulang membantah! Sekarang uang sudah habis baru pulang bukannya kasih kabar orang tua malah Ibu taunya kamu sudah pulang dari Pak Supri." Pak Supri adalah supir pribadi ibunya.

Belum sempat gelasnya terisi air, Giselle menghela napas panjang.

"Bi Ani juga! Bukannya mengabari saya. Jadi, apa guna kamu di sini?"

Bi Ani menunduk dalam tatkala Yulia membalikkan badannya.

"Ngapunten, Bu."

"Kerjamu ngurus rumah kosong aja gak becus! Memangnya kurang duit kamu?" cerca Yulia membuat Bi Ani makin mengecil di tempatnya, Ia menunduk kian dalam membuat Giselle tidak tahan melihat itu.

"Marahin aku aja, Bu. Gausah nyasar ke Bibi." Giselle meletakkan gelasnya ke atas mini bar lantas berdiri di depan Ibunya berusaha mengalihkan perhatian.

"Memang urusan ini sama kamu! Kamu pikir bisa hidup seenaknya setelah lulus, hah? Hapus dulu namamu dari KK baru boleh kamu hidup liar seperti itu!" Yulia meletakkan tas kulitnya dengan asal ke lantai.

Giselle sudah terbiasa menjadi samsak tiap kali Ibunya tidak dalam mood yang bagus. Alih-alih merasa terluka, gadis itu malah ingin menertawai ibunya yang kekanak-kanakan dan seringkali melampiaskan emosinya ke anak yang tidak disayanginya ini.

"Memangnya aku ada di mana ngaruh apa ke Ibu?"

Yulia mengerutkan keningnya, "Pertanyaanmu bodoh Gisella!"

"Harusnya Ibu yang tanya kemana semua uang yang kamu habiskan itu? Senang-senang dengan siapa kamu?"

"Ibu baru tanya sekarang? Toh aku juga udah pulang dan itu bukan urusan Ibu." Giselle menjauh dari hadapan Yulia hendak meraih tangan Bi Ani dan mengajaknya pergi tapi Yulia malah menarik tangannya hingga gadis itu terhempas kembali ke posisinya.

"Berani sekali kamu kurang ajar ya!" Giselle menatap pergelangan tangannya yang memerah karena cengkraman.

Gadis itu menarik napas dalam sebelum menatap lurus ke kedua bola mata coklat yang sangat mirip dengan miliknya itu, "Maaf udah ngabisin uang Ibu, nanti aku ganti." Giselle berupaya melepaskan cengkramannya tapi malah makin menguat seiring dengan wajah Yulia yang kian memerah.

"Ganti? Kamu bisa apa memangnya Gisella? Bisamu itu cuma senang-senang. Mau cari duit lewat mana kamu?"

"Ibu?"

Bayangan sosok yang datang dengan kemeja lusuh itu mendekat membuat semua orang menolehkan kepala ke sumber suara.

Yulia menatap tajam ke anak bungsunya sebelum melepaskan cengkaram.

"Urus yang benar adik kamu, Javier! Jangan dibiarkan dia jadi sampah gak berguna yang cuma bisa mempermalukan Ilvanoveri." Yulia meraih kembali tasnya hendak meninggalkan tempat namun Giselle malah membuatnya kembali memberang.

"Sudah puas melampiaskan semua masalah Ibu ke aku? Selama ini gak ada yang bisa Ibu marahi kan. Silakan kalo belum puas, aku masih sanggup kok denger beberapa lagi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perendinate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang